Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Diri Sendiri dan Orang Lain di Ladang Pelatihan yang Agung


Bodhisatwa sekalian, kalian sangat bersungguh hati. Kini, kita telah membentuk barisan yang tertib dan panjang di Jalan Bodhisatwa. Berkat kemajuan teknologi sekarang, keagungan kalian dapat dilihat oleh orang-orang di seluruh dunia. Dharma juga dapat tersebar ke seluruh dunia berkat kemajuan teknologi sekarang.

Saat saya memberikan ceramah di sini, orang-orang di seluruh dunia dapat mendengarnya. Dengan mengetukkan jari tangan saja, orang-orang di berbagai tempat dapat melihat kita yang berada di sini. Mereka bisa melihat kalian yang duduk di hadapan saya membentuk barisan yang tertib. Di sini juga ada relawan berseragam abu-abu putih.

Berhubung luas ruangan ini terbatas, ada pula relawan yang berada di ruangan lain. Jadi, meski berada dalam bangunan yang sama, kita terpisah di ruangan yang berbeda. Dengan kekuatan cinta kasih, kita membuka ladang pelatihan. Ladang pelatihan kita adalah ladang pelatihan Bodhisatwa. Para relawan kita berbagi pengalaman masing-masing sebagai Bodhisatwa dunia. Yang kita bagikan ialah hal-hal yang benar-benar telah kita lakukan.

Kita hendaknya berjalan sambil menggandeng tangan satu sama lain. Tiga orang dapat membentuk kelompok. Kita mengenal empat kelompok murid Buddha. Bhiksu, bhiksuni, upasaka, dan upasika disebut empat kelompok murid Buddha. Selain empat kelompok ini, juga ada yang lain.

Sebagai manusia, kita hendaknya memperhatikan semua makhluk. Jadi, kita harus membimbing diri sendiri sambil membimbing orang lain. Jika menunggu hingga diri sendiri tercerahkan, itu masih sangat lama. Tekad dan ikrar kita adalah menapaki Jalan Bodhisatwa untuk membimbing diri sendiri dan orang lain. Kita saling mendampingi di Jalan Bodhisatwa untuk bersumbangsih di tengah masyarakat. Demikianlah kita mempelajari praktik Bodhisatwa.


Kita semua memiliki hakikat kebuddhaan dan hati yang murni seperti anak-anak. Hanya saja, kita diselimuti ketidaktahuan dari kehidupan ke kehidupan. Kini, kita memiliki jalinan jodoh untuk belajar menapaki Jalan Bodhisatwa sehingga dapat melihat banyak fenomena yang terjadi di dunia ini. Kita menapaki Jalan Bodhisatwa sambil melihat penderitaan di dunia dan memahami ketidakkekalan di tengah masyarakat. Empat fase dari tiga fenomena adalah bagian dari hukum alam.

Di dunia ini, ada pertemuan, ada pula perpisahan. Karena itu, kita harus menggenggam jalinan jodoh yang ada sekarang untuk menyelami Dharma. Kehidupan tidaklah kekal. Kita hendaknya menggenggam hari ini untuk mengakumulasi jalinan jodoh baik. Kita hanya berusaha untuk bersumbangsih tanpa mengharapkan balasan.

Saya sering berkata bahwa kita harus menginventarisasi kehidupan kita. Setiap hari, saat bangun tidur, kita hendaknya bersyukur tangan dan kaki kita masih sehat, kedua kaki kita masih bisa menginjak lantai, dan kita masih bisa turun dari ranjang untuk melakukan hal yang ingin kita lakukan. Demikianlah kita menggenggam waktu setiap hari untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.

Kekompakan gerakan kalian di atas dan di bawah panggung telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. Singkat kata, saya bersyukur kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia. Berkat jalinan jodoh dengan Tzu Chi dan saya, kalian bisa mendengar ceramah saya. Meski kini suara saya tidak selantang dahulu dan terdengar agak sumbang, saya selalu memberikan ceramah dengan segenap hati dan tenaga. Karena itu, kalian juga hendaknya bersungguh hati mendengarkannya.

Singkat kata, setiap orang hendaknya bersungguh hati mewariskan silsilah Dharma Jing Si dari generasi ke generasi. Demi ajaran Buddha, kita harus menyebarkan Dharma; demi semua makhluk, kita harus bersumbangsih di tengah masyarakat. Kepada setiap Bodhisatwa yang ada di sini, saya bersyukur atas ketekunan dan semangat kalian.


Bodhisatwa sekalian, sejak kita memulai praktik celengan bambu hingga sekarang, yang ada dalam pikiran saya hanyalah menginspirasi setiap orang untuk membangkitkan cinta kasih dan menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Kita hendaknya tak hanya bersumbangsih sendiri, melainkan memberikan kesempatan pada orang lain untuk turut bersumbangsih dengan cinta kasih. Inilah yang disebut membimbing semua makhluk.

Bodhisatwa sekalian, penggalangan Bodhisatwa dunia hendaknya dilakukan hingga selamanya dari kehidupan ke kehidupan. Kita harus mewariskan kebajikan dalam keluarga dan menghimpun kebajikan untuk menyucikan dunia. Inilah kekuatan cinta kasih. Lihatlah, ada relawan muda, relawan paruh baya, dan relawan lansia di sini. Namun, janganlah kita menyerah pada usia. Saya juga tidak menyerah pada usia. Asalkan masih mampu mengerahkan kekuatan, berarti kita belum tua. Singkat kata, kita harus selamanya bersumbangsih.

Saya akan bersumbangsih hingga akhir hayat saya dan kembali lagi di kehidupan berikutnya. Apakah kalian akan terus mengikuti saya? (Ya) Kita harus selamanya menapaki Jalan Bodhisatwa sebagai partner Bodhisatwa. Saya bersyukur kepada kalian yang saling mendampingi. Terima kasih. Saya mendoakan semoga kalian dapat membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus serta dipenuhi rasa sukacita dalam Dharma setiap hari.


Bodhisatwa sekalian, kalian memiliki hati yang sangat tulus. Ini karena setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan dan kalian selalu bersungguh hati dan tulus bersumbangsih di Jalan Bodhisatwa. Insan Tzu Chi selalu menggunakan hati yang tulus dan bajik untuk menunjukkan keindahan. Kita bisa melihat barisan yang sangat tertib dan kesatuan hati semua orang. Sungguh indah.

Bodhisatwa sekalian, kita harus menyebarkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan di dunia. Jika bisa demikian, berarti setiap orang menyucikan dunia, setiap orang adalah Bodhisatwa Avalokitesvara, dan setiap keluarga adalah Buddha. Dengan hati Buddha dan Bodhisatwa, kita membangun ikrar agung dari kehidupan ke kehidupan untuk bersumbangsih di tengah masyarakat.

Bodhisatwa sekalian, kita terus memperluas cinta kasih dan memperpanjang jalinan kasih sayang di kehidupan sekarang dan kehidupan mendatang yang tak terhingga. Kalian yang tadi berikrar untuk mengikuti saya hendaknya mengikuti langkah saya dengan erat hingga berbagai kehidupan mendatang. Saya mendoakan semoga setiap keluarga hidup tenteram dan penuh berkah setiap hari. Terima kasih.

Bertukar pengalaman dengan sukacita Dharma serta membimbing diri sendiri dan orang lain
Menghimpun jalinan jodoh baik dan tersadarkan lewat belajar
Bodhisatwa saling mendampingi untuk membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus
Memperpanjang jalinan kasih sayang dengan tekad pelatihan yang agung

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 14 November 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 16 November 2024
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -