Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Diri Sendiri dengan Hati yang Murni

Di dunia ini terdapat banyak penderitaan. Penderitaan inilah yang membentuk dunia Saha. Hidup di dunia Saha ini, kita harus sanggup menanggung penderitaan. Jika tidak sanggup menanggung penderitaan, kita tak akan bisa hidup di dunia ini. Jadi, kita harus sukarela menanggung penderitaan di dunia ini.

Di dunia ini terdapat penderitaan, juga terdapat kebahagiaan. Di manakah kebahagiaan berada? Setelah melihat penderitaan, menyadari berkah, dan menolong orang yang membutuhkan, kita akan memperoleh kebahagiaan. Di dunia ini, apakah kita menderita? Di dunia ini, kita bisa melihat banyak orang yang lebih menderita dari kita. Kita hendaknya menyadari berkah, menghargai berkah, dan kembali menciptakan berkah.

“Meski saya tidak bisa berdonasi banyak setiap bulan, tetapi dengan mengumpulkan botol kaca dan mengisinya dengan minyak, saya bisa menolong orang-orang yang membutuhkan seperti saya. Dengan cara seperti ini, saya bisa menolong orang yang membutuhkan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan,” tutur David Lumacang, relawan Tzu Chi.

“Saya sangat bersyukur kepada Yayasan Tzu Chi, baik dahulu maupun sekarang. Saat wabah COVID-19 merebak, Tzu Chi terus memberikan bantuan pada kami. Saya berterima kasih atas bantuan Tzu Chi yang tak pernah terputus,” ujar Monica Camandona, penghuni Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Ormoc.


Dengan sedikit berhemat, kita bisa menciptakan berkah yang tak terhingga. Dengan mengurangi sedikit pengeluaran, kita bisa menolong banyak orang. Dengan menginspirasi lebih banyak orang, kita bisa menghimpun kekuatan yang lebih besar untuk memberikan bantuan. Segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri. Kita harus bersumbangsih terlebih dahulu dan mengajak orang-orang untuk bersumbangsih bersama.

Saya yakin dengan menghimpun tetes demi tetes cinta kasih dan kekuatan orang-orang, kita bisa menolong banyak orang yang menderita. Kita juga dapat menginspirasi mereka untuk menolong sesama. Saya yakin dengan kebajikan dan cinta kasih yang murni, mereka dapat membantu kita melakukan banyak hal.

Saya tetap ingin mengingatkan kalian bahwa kita harus tersadarkan dan memetik hikmah dari pelajaran besar yang didatangkan oleh pandemi COVID-19. Tidak banyak yang bisa saya katakan. Setiap orang hendaknya tersadarkan sendiri. Dharma sangatlah nyata. Setelah mempelajari Dharma dan membuka pintu hati, kita harus membangkitkan cinta kasih.

Setelah mengetahui bahwa banyak orang yang menderita di dunia ini, kita harus bersumbangsih. Inilah yang disebut menciptakan berkah bagi dunia. Jika tidak membimbing diri sendiri di kehidupan sekarang, lalu kapan lagi? Di kehidupan sekarang, berhubung memiliki berkah dan jalinan jodoh untuk terlahir sebagai manusia, kita harus memanfaatkan tubuh ini untuk bersumbangsih saat kita mampu. Jika kita tidak menggenggam kehidupan sekarang untuk bersumbangsih, kapan lagi kita mampu bersumbangsih?

Jadi, Bodhisatwa sekalian, jika kita tidak membimbing diri sendiri di kehidupan sekarang, lalu kapan lagi? Di kehidupan sekarang, kita memiliki jalinan jodoh untuk terlahir sebagai manusia, bersumbangsih bersama, dan mengajak orang-orang untuk turut bersumbangsih.

Melihat penderitaan orang-orang, saya semakin tidak tega. Menghadapi pandemi kali ini, kita harus memetik hikmah darinya dan tersadarkan. Pandemi kali ini merupakan pelajaran besar yang menunjukkan ketidakkekalan pada kita serta mengajari kita untuk menghargai kehidupan sekarang dan mengembangkan potensi untuk bersumbangsih bagi dunia. Dengan berbuat demikian, secara tidak langsung, kita dapat mengakhiri pandemi ini dengan cepat.

Tentu saja, penyakit masuk melalui mulut. Kita hendaknya membangkitkan cinta kasih dan jangan mengonsumsi daging hewan. Kita hendaknya memupuk pahala dengan mengasihi dan melindungi hewan. Jangan mengonsumsi daging hingga berutang nyawa setiap hari. Setiap kali mengonsumsi daging, kita akan berutang nyawa.

Jika seekor ayam harus kehilangan nyawa untuk hidangan di atas satu meja, berapa ekor ikan, udang, dan lain-lain yang akan kehilangan nyawa untuk hidangan di beberapa meja? Hewan-hewan telah dimasak menjadi lauk yang harum, tetapi arwah mereka mengelilingi meja dan menatapi manusia yang sedang menyobek tubuh mereka dengan sumpit.

 

Setiap mengonsumsi daging, kita berutang nyawa. Semakin banyak daging yang kita makan, semakin besar utang kita. Kelak, hewan-hewan itu akan menagih utang dengan menambahkan bunga atau mungkin menagih dua kali lipat dari utang semula. Berhubung mengonsumsi daging membuat kita berutang nyawa, maka usahakanlah untuk tidak makan daging. Dengan begitu, kesehatan kita juga terjaga.

Dengan mengonsumsi tanaman pangan, kesehatan tubuh kita akan terjaga dan kita tidak akan berutang nyawa. Utang kita pada hewan-hewan sebelumnya juga akan terhapus. Berhubung tanaman pangan sangat bersih, maka saat membuka kulkas, kita bisa mencium harum sayuran, biji-bijian, dan sebagainya. Alangkah menyenangkannya. Saat mengonsumsi makanan vegetaris, kita juga merasa damai dan tenang. Tanpa daging dan ikan yang amis, perut kita akan sangat bersih. Makanan yang kita makan juga sangat bergizi.

Bodhisatwa sekalian, dalam kehidupan sehari-hari, kita hendaknya mengembangkan kekuatan cinta kasih. Dengan kekuatan cinta kasih, kita dapat mengakumulasi karma baik. Saat melihat orang-orang yang menderita, kita hendaknya membayangkan kehidupan mendatang kita. Melihat penderitaan mereka sekarang, kita hendaknya memikirkan kondisi kehidupan mendatang kita. Kita harus berpikir lebih jauh.

Saya berharap semua orang bersungguh hati dan mengembangkan cinta kasih setiap waktu untuk menulis sejarah kehidupan yang murni tanpa noda dan membawa manfaat bagi orang-orang. Untuk itu, kita harus lebih bersungguh hati setiap waktu.

Memetik hikmah dari pelajaran besar dan membuka pintu hati
Penderitaan menunjukkan ketidakkekalan
Memupuk cinta kasih dalam keseharian
Membimbing diri sendiri dengan hati yang murni
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Agustus 2020          
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 Agustus 2020
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -