Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing ke Jalan Kebajikan dengan Mewariskan Keterampilan

“Saat kecil, saya sudah pernah menganyam. Melihat anak-anak muda ini terus menganyam, saya sangat gembira. Saya akan mewariskan keterampilan menganyam ini,” kata Wang Fu-zhi, relawan Tzu Chi.

“Tahun lalu, saya jatuh sakit sehingga hilang ingatan. Yang saya ingat hanyalah cara menganyam. Dengan menganyam, saya memulihkan ingatan dan kesehatan saya. Saya juga belajar menenangkan pikiran. Saat pikiran kita tenang, kita tidak akan risau,” ujar Li Bi-e, relawan Tzu Chi.

“Akhir tahun lalu, seorang anak saya mengalami kecelakaan lalu lintas dan langsung meninggal di tempat. Hati saya sakit sekali. Master menyarankan saya untuk menganyam, saya pun belajar menganyam pembatas buku setelah pulang ke rumah. Akhirnya, saya bisa. Saya mendengarkan ceramah Master sambil menganyam pembatas buku. Saya bersyukur kepada Master. Saya sungguh melupakan semua kerisauan dan kepiluan saya,” tutur Lü Yuan, relawan Tzu Chi.

“Kami mengajak sesama anggota tim penganyam dari wilayah pelabuhan Taichung untuk mengikuti kegiatan bedah buku di komunitas guna menyerap ajaran Master. Kami pun pasti akan mewariskan kerajinan tangan yang luar biasa ini,” terang Qian Fang-jiao, relawan Tzu Chi.

 

Melihat para Bodhisatwa lansia di atas panggung yang telah mengembangkan keterampilan dan potensi kebajikan mereka, hati saya sungguh dipenuhi sukacita. Keterampilan menganyam ini membuat saya teringat akan masa kecil saya. Saat saya kecil, setiap hari, dalam perjalanan berangkat dan pulang sekolah, saya melihat orang-orang menganyam caping. Mereka dapat menganyam tanpa melihat dengan gerakan Mereka juga bisa membuat anyaman yang bercorak.

Setiap orang memiliki cara tersendiri. Meski mereka sedang berbicara, memandang ke tempat yang jauh, atau melihat orang lain berbicara, tetapi tangan mereka terus bergerak untuk menganyam caping. Itulah yang terlihat pada masa kecil saya, pemandangan yang indah. Kini sangat sulit untuk melihatnya.

Karena itulah, saya selalu berharap kerajinan tangan yang luar biasa ini tidak dibiarkan lenyap.  Jadi, selama beberapa tahun ini, jika insan Tzu Chi dari Qingshui, Dajia, dan Haikou kembali ke Hualien, saya akan berkata, "Jangan biarkan keterampilan kalian lenyap.Saat berinteraksi dengan sesama, genggamlah kesempatan untuk menggunakan tutur kata baik, keterampilan, dan berbagai cara lainnya untuk membimbing orang-orang memasuki jalan kebajikan."


Kita bisa melihat keterampilan mereka. Lihatlah sepatu ini. Sepatu ini adalah sepatu monastik. Kalian selalu berkata bahwa kalian akan mengikuti langkah saya. Sepasang sepatu ini ibarat keharmonisan. Kalian menganyam topi, sepatu monastik, labu botol, dan pembatas buku.

Saya suka menyelipkan pembatas buku seperti ini di setiap buku saya agar saat saya membuka buku, tercium aroma kampung halaman. Saya sangat menyukai aroma rumput ini. Setiap kali melihat anyaman-anyaman ini, banyak yang ingin saya sampaikan karena saya sangat menyukainya.

Dalam kehidupan ini, setiap orang menyukai hal yang berbeda-beda. Menyukai hal yang berbeda bukanlah masalah selama tetap di jalan yang benar. Kita boleh menyukai hal yang berbeda-beda, tetapi hendaklah menyukai satu hal yang sama, yaitu ajaran Buddha. Kita harus bersungguh-sungguh merangkul ajaran Buddha dan mengukirnya dalam-dalam di dalam hati.

Bodhisatwa sekalian, sulit untuk terlahir sebagai manusia dan mendengar Dharma. Kita telah terlahir sebagai manusia, mendengar Dharma, dan yang terpenting, menapaki Jalan Bodhisatwa.


“Murid-murid Jing Si Miaoli dan wilayah pelabuhan Taichung berikrar dengan tulus untuk bersiteguh menuju arah yang benar dan mempertahankan sebersit niat hingga selamanya. Master sepenuh hati menjalankan misi demi ajaran Buddha dan semua makhluk. Kami telah mendengar dan merasakannya. Kami pasti akan tekun mendengar Dharma dan melatih diri. Master, kami yang ada di kampung halaman Master membutuhkan Master. Kami sungguh sangat membutuhkan Master. Mohon Master membabarkan Dharma bagi kami. Semoga Master panjang umur dan senantiasa membabarkan Dharma.”

Saya sungguh tergugah. Saya sangat bersyukur dan tersentuh. Kalian mendengarkan yang saya ucapkan, benar tidak? (Benar) Apakah kalian menyerapnya ke dalam hati? (Ya) Apakah kalian mengingatnya? (Ya) Apakah kalian mempraktikkannya selangkah demi selangah? (Ya) Baik. Jangan menyia-nyiakan sedetik pun. Tunaikanlah kewajiban kita dan lakukan hal-hal yang dapat kita lakukan. Jangan menyia-nyiakan waktu.

Butir demi butir bacang melambangkan panen pangan yang berlimpah. Setiap butir bacang sangat berisi. Di sini juga ada untaian bacang yang melambangkan kehidupan yang memiliki arah dan struktur untuk menciptakan berkah bagi dunia. Kita juga melihat lentera anyaman dengan lampu di dalamnya. Lentera ini melambangkan orang-orang yang membina kebijaksanaan dan dapat menunjukkan jalan bagi kita, yakni arah yang benar dan tidak menyimpang.


Mari kita menapaki Jalan Bodhisatwa dengan tulus. Kita harus menghargai berkah dan membina kebijaksanaan. Inilah arah dan tujuan kita. Kita harus menggenggam waktu. Tahun demi tahun terus berlalu. Waktu dapat merenggut segalanya dari kita. Dibandingkan dengan tahun lalu, kesehatan saya tahun ini jauh lebih buruk. Saya berharap semua orang dapat menggenggam jalinan jodoh, menghargai berkah, dan menciptakan berkah bagi dunia.

Saya bersyukur kepada Bodhisatwa sekalian atas sumbangsih penuh cinta kasih kalian. Saya bersyukur kepada para relawan daur ulang yang mengumpulkan "berkah". Dengan niat untuk menciptakan berkah dan kebijaksanaan dalam bekerja sama, mari kita berdoa dengan tulus semoga dunia damai dan tenteram. Semoga kalian senantiasa hidup tenteram. Semoga setiap keluarga tenteram dan setiap hari dipenuhi berkah. Semoga kalian dapat membina berkah sekaligus kebijaksanaan.

Relawan daur ulang mengumpulkan "berkah" dan membina kebijaksanaan
Menganyam lentera ibarat menyalakan lentera hati
Membimbing ke jalan kebajikan dengan mewariskan keterampilan
Semangat untaian bacang di kampung halaman Master

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 November 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 30 November 2020
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -