Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Makhluk yang Tak Terhingga dengan Kasih Sayang yang Tulus

“Nama Dharma yang Master berikan pada saya adalah Jing Lian. Nomor komite saya adalah 266. Saat itu, saya bertekad untuk melatih diri dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Master berkata bahwa harus memiliki tiga pikiran. Yang pertama adalah pikiran yang murni. Dengan penuh ketulusan hati, saya terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih tanpa pamrih. Kedua, dalam hidup ini, ada 80% hingga 90% yang tidak sesuai keinginan, sedangkan 10% bergantung pada diri sendiri. Saya harus memiliki keberanian singa untuk melatih diri di Jalan Bodhisatwa ini. Saat menghadapi kondisi yang sulit, saya menggunakan kesabaran unta untuk bertahan melewatinya. Dahulu, saat menggalang donasi, saya menginspirasi belasan pasang suami istri menjadi relawan. Membimbing relawan adalah demi membimbing hati. Menggalang donasi juga demi menggalang hati. Dengan sepenuh hati dan tekad, saya akan menapaki Jalan Bodhi hingga tuntas dengan menjalankan Empat Latihan dan Enam Paramita. Empat Latihan adalah latihan menyeluruh, latihan jangka panjang, latihan tanpa henti, dan latihan penghormatan. Enam paramita adalah dana, disiplin moral, kesabaran, semangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan,” ucap Xue Shu-zhen, Relawan Tzu Chi.

Kita bisa melihat Jing Lian yang telah bergabung selama lebih dari 30 tahun. Saat saya mulai menyerukan pembangunan rumah sakit di wilayah timur Taiwan, dia memberi dukungan dengan sepenuh hati. Perjalanan hidupnya penuh dengan rintangan, tetapi tekad pelatihannya sangat teguh. Dalam menapaki Jalan Bodhisatwa, dia membimbing banyak anggota Tzu Cheng dan komite yang tadi berdiri di hadapan saya. Saya bertanya, “Mereka semua dibimbing olehmu?” Dia berkata, “Masih ada lebih dari 400 relawan yang duduk di belakang.” Lihatlah, satu benih bertumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga bertumbuh dari satu. Satu Bodhisatwa dapat menginspirasi Bodhisatwa yang tak terhingga. Bayangkanlah, satu orang dapat membimbing lebih dari 400 orang menjadi relawan. Berapa banyak pula orang yang telah dibimbing oleh lebih dari 400 relawan ini? Jadi, kita harus lebih bersungguh hati.

Semakin banyak Bodhisatwa di dunia ini, semakin banyak berkah yang tercipta. Ini karena orang baik menciptakan berkah bagi dunia. Masyarakat kita membutuhkan penyucian hati manusia dan kemunculan orang baik secara terus-menerus. Mazhab Tzu Chi merupakan Jalan Bodhisatwa di dunia. Bodhisatwa harus menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Sungguh, kini kita harus sangat bersungguh hati untuk memahami hal-hal yang terjadi di dunia.

Ajaran Buddha bertujuan untuk membimbing semua makhluk. Buddha datang ke dunia ini hanya demi satu tujuan, yakni mengajari setiap orang tentang hal-hal yang terjadi di dunia. Berhubung dunia penuh dengan penderitaan, maka Buddha mengajari orang-orang untuk saling mengasihi dan mempraktikkan Catur-samgraha-vastu. Artinya, hal pertama yang harus dilakukan adalah berdana. Berdana tidak harus menggunakan uang, tetapi harus menggunakan ketulusan hati. Antarmanusia hendaknya berinteraksi dengan hati yang tulus. Ini juga disebut berdana.

Saat orang berada mendengar bahwa ada yang membutuhkan, selain bersumbangsih dengan tenaga, mereka juga bisa bersumbangsih dengan uang. Ini juga disebut berdana. Jika tidak dapat bersumbangsih dengan uang, kita dapat bersumbangsih dengan tenaga. Inilah wujud berdana yang paling tulus. Selain berdana, kita juga harus melakukan tindakan yang bermanfaat bagi semua makhluk. Inilah hal kedua yang harus dilakukan. Yang pertama adalah berdana. Yang kedua adalah melakukan tindakan bermanfaat. Yang ketiga adalah bertutur kata penuh cinta kasih. Saat berbicara, tutur kata kita harus lembut dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Jangan melukai orang lain dengan tutur kata. Banyak orang yang bisa terluka sangat dalam atau terputus akar pelatihannya karena tutur kata orang lain. Karena itu, dalam bertutur kata, kita harus sangat berhati-hati bagaikan sedang membabarkan Dharma. Inilah yang disebut bertutur kata penuh cinta kasih. Setiap kata yang kita ucapkan harus bermanfaat bagi orang lain serta dapat menasihati dan membimbing mereka. Inilah tutur kata penuh cinta kasih. Kita juga harus menginspirasi orang lain. Orang-orang dapat berkumpul bersama karena memiliki jalinan jodoh.

Di tengah masyarakat zaman sekarang, terdapat banyak organisasi dan banyak jenis badan usaha. Kita juga bisa menginspirasi kolega kita. Inilah Catur-samgraha-vastu. Insan Tzu Chi harus mempraktikkan Catur-samgraha-vastu. Dalam kehidupan sehari-hari, saat bertemu dengan orang yang memiliki jalinan jodoh dengan kita, kita harus mendampingi mereka dengan penuh cinta kasih dan kesabaran serta menjadikan diri sendiri sebagai teladan untuk membimbing mereka. Untuk menumbuhkan benih Bodhisatwa yang tak terhingga, kita harus membina jalinan kasih sayang yang tulus. Kita juga harus melakukan praktik nyata untuk menciptakan dunia yang penuh berkah. Inilah arah tujuan kita.

Selama hampir lima puluh tahun, Tzu Chi membentangkan setiap inci jalan dengan cinta kasih. Kita terus membentangkan jalan dengan cinta kasih yang tak terbatas dan jalinan kasih sayang yang tak berujung. Kita membimbing orang-orang dengan jalinan kasih sayang yang tak berujung dari dahulu hingga kini. Kita membentangkan setiap inci jalan dengan cinta kasih dan membimbing orang-orang ke jalan ini dengan jalinan kasih sayang. Selama lima puluh tahun ini, kita terus membentangkan jalan dan membimbing orang-orang untuk menapaki jalan ini. Inilah yang disebut menjalankan sila, samadhi, dan kebijaksanaan dengan ketulusan dan kebenaran demi mewariskan ajaran Jing Si dan menyerap Dharma tanpa celah dengan keyakinan dan kesungguhan demi meneguhkan mazhab Tzu Chi. Kita harus membina cinta kasih yang tak terbatas dan jalinan kasih sayang yang tak berujung.

Tahun ini, inilah arahan saya bagi kalian. Ingatlah, kita harus menjalankan sila, samadhi, dan kebijaksanaan dengan tulus dan benar. Setiap orang harus menaati sila. Bukankah setiap insan Tzu Chi harus menaati Sepuluh Sila Tzu Chi? Dengan adanya sila, kita baru bisa berkonsentrasi. Dengan adanya konsentrasi, kita baru bisa menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Jadi, kita harus menjalankan sila, samadhi, dan kebijaksanaan dengan tulus dan benar demi mewariskan ajaran Jing Si. Kita harus melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan serta menjalankan sila, samadhi, dan kebijaksanaan untuk mewariskan ajaran Jing Si. Kita juga harus menyerap Dharma tanpa celah dengan keyakinan dan kesungguhan. Dharma kita adalah sila, samadhi, dan kebijaksanaan. Menyerap Dharma tanpa celah berarti senantiasa mengingat-Nya di dalam hati. Jangan masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Setelah mendengar Dharma, kita harus mengingat-Nya. Jangan biarkan Dharma yang kita dengar menghilang. Dengan begitu, barulah mazhab Tzu Chi dapat kukuh untuk selamanya dan memberikan lebih banyak pelayanan bagi masyarakat.

Mempertahankan tekad awal dan membimbing relawan yang tak terhingga

Mempraktikkan Catur-samgraha-vastu di tengah masyarakat

Mewariskan ajaran Jing Si dengan ketulusan,kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan

Membina cinta kasih yang tak terbatas dan jalinan kasih sayang yang tak berujung di dunia

 

Sumber: Lentera Kehidupan tanggal 31 Januari 2016 - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Januari 2016

Ditayangkan di DAAI TV Indonesia tanggal 2 Februari 2016

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -