Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Orang Menapaki Jalan Bodhisatwa


Saat ini, orang-orang di seluruh dunia mengenakan masker. Mengenakan masker bukan hanya demi melindungi diri sendiri, tetapi juga demi melindungi orang lain. Saat ini, kondisi pandemi sangat serius. Kita harus meningkatkan kewaspadaan dan menjalankan protokol kesehatan dengan ketat. Jadi, kita harus bertindak secara nyata untuk menjadi teladan.

Saat kita mengenakan masker, orang-orang di sekeliling kita juga akan mengenakan masker. Jadi, harus ada orang yang menjadi teladan.

Selain mengenakan masker, yang terpenting ialah yang sering saya katakan, karma buruk kolektif semua makhluk. Selain karma yang diciptakan lewat mulut, juga ada karma lewat tubuh dan pikiran. Tubuh kita akan menciptakan karma buruk jika pikiran kita diliputi kegelapan dan noda batin.

Di antara semua kegelapan dan noda batin, apa yang paling parah? Nafsu keinginan. Di antara semua nafsu keinginan, apa yang paling kentara dan beracun? Nafsu untuk mengonsumsi daging. Ini berarti merenggut nyawa makhluk lain.

Kini populasi manusia hampir mencapai 8 miliar. Setiap hari, lebih dari 200 juta ekor hewan disembelih dan dikonsumsi oleh manusia. Di dunia ini, kita bernapas dan menimbulkan kekeruhan. Untuk mencegah penularan virus penyakit dan mengurangi kekeruhan yang ditimbulkan oleh pernapasan dan ucapan kita, kita harus mengenakan masker. Dengan demikian, udara akan lebih bersih dan kekeruhan antarmanusia tidak akan semakin parah.


Jadi, berbicara juga dapat menimbulkan kekeruhan. Yang keluar dari mulut kita menimbulkan kekeruhan, yang masuk ke dalam mulut kita juga tidak bersih.

Cita rasa daging hanya bertahan dua hingga tiga detik di mulut kita. Bagaimanapun aroma dan teksturnya, makanan akan ditelan setelah dikunyah. Setelah ditelan, cita rasanya akan hilang. Cita rasa makanan hanya dirasakan oleh mulut dan lidah kita selama beberapa detik sebelum ditelan. Setelah itu, cita rasanya akan hilang.

Di dalam saluran pencernaan, makanan akan terus dicerna hingga menjadi kotoran yang dikeluarkan keesokan harinya. Karena itulah, Buddha berkata bahwa tubuh ini tidaklah bersih. Tubuh ini ialah yang paling tidak bersih. Di dunia ini, yang paling tidak bersih dan aromanya paling tidak sedap ialah tubuh manusia. Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita harus melepas kemelekatan dan memahami nilai kehidupan kita.

Mari kita mengenal hati kita sendiri. Kita harus kembali pada sifat hakiki kita, yaitu hati Buddha. Kita harus membangkitkan hati Buddha dan mempraktikkan jalan yang ingin dipraktikkan oleh Buddha. Jalan yang ingin dipraktikkan oleh Buddha ialah mengimbau orang-orang menjadi Bodhisatwa. Jika kita tidak menjadi Bodhisatwa dan tidak bersedia belajar, bagaimana kita bisa mencapai kebuddhaan?

Kita harus meneladan Buddha. Untuk mencapai kebuddhaan, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita harus mempraktikkan jalan kebenaran sambil memperbaiki diri. Kita harus menapaki jalan ini.


Buddha telah membuka Jalan Bodhisatwa yang lapang bagi kita. Jalan Bodhisatwa ini telah menunjukkan sebersit cahaya untuk membimbing kita menapakinya, tetapi sebagai makhluk awam, ada berbagai rintangan batin yang terus merintangi kita. Rintangan batin ini harus kita atasi sendiri.

Jadi, kini kita harus membentangkan jalan bagi diri sendiri di dunia ini karena Jalan Bodhisatwa sudah terbuka. Ujung dari cahaya di kejauhan itu adalah Jalan Bodhisatwa.

Namun, kalian harus mempersiapkan kondisi batin masing-masing. Inilah adalah sebuah arah yang sangat lurus. Jalan ini seakan-akan mengarah ke saya, tetapi sesungguhnya, ia berbalik ke kalian. Kita berjalan bersama menuju cahaya tersebut sesuai ajaran Buddha. Di jalan ini, kita membimbing satu sama lain.

Lima puluh lima tahun lalu, saya membentangkan sebuah jalan di dunia. Di jalan ini, saya belajar untuk menjangkau orang-orang yang menderita, membangkitkan cinta kasih diri sendiri, dan mengulurkan tangan untuk membimbing mereka berjalan bersama. Demikianlah saya mulai menginspirasi Bodhisatwa dunia.

Saya memahami ajaran Buddha serta bertekad dan berikrar untuk menjadi Bodhisatwa. Saya berjanji pada diri sendiri untuk menjadi Bodhisatwa. Jadi, saya adalah Bodhisatwa yang baru bertekad.

Sebagai Bodhisatwa yang baru bertekad, perjalanan saya masih sangat panjang. Dari lamanya saya menapaki Jalan Bodhisatwa, saya hanya bisa disebut Bodhisatwa yang baru bertekad. Meski demikian, saya telah menapaki jalan ini selama 55 tahun. Jadi, saya juga membimbing orang-orang.


Selama 55 tahun ini, jalan ini telah terbentang ke lebih dari seratus negara di berbagai belahan dunia. Saya sangat berharap jalan Tzu Chi dapat terbentang ke setiap pulau dan setiap tempat di Bumi ini. Tzu Chi telah berdiri setengah abad lebih. Untuk meneruskan jiwa kebijaksanaan, kita harus membimbing orang-orang dan menggalang Bodhisatwa dunia.

Kini saya sangat berharap ada relawan muda yang dapat bergabung karena usia para relawan senior terus bertambah. Siapa yang dapat mewariskan semangat Tzu Chi dan ajaran Buddha di dunia ini?

Bodhisatwa sekalian, saya tetap ingin menyemangati kalian untuk menggalang Bodhisatwa dunia. Dengan jumlah relawan yang begitu sedikit, bagaimana kita bisa menyucikan hati manusia? Saat hati orang-orang tersucikan, mereka pasti akan menapaki Jalan Bodhisatwa. Jika orang-orang belum menapaki Jalan Bodhisatwa, berarti kita belum menyucikan hati mereka.

Kita mengukur kualitas dengan kuantitas. Dengan adanya kuantitas, barulah kita dapat melihat kualitasnya. Jika kita hanya membicarakan kualitas tanpa ada kuantitas, maka itu sama dengan nol.

Jadi, dalam kekosongan sejati hendaklah terdapat eksistensi ajaib. Kita harus menginspirasi banyak orang untuk membangkitkan hati Buddha yang tulus.            

Cita rasa makanan akan hilang setelah ditelan
Melepas kemelekatan dan melenyapkan kegelapan batin
Menyucikan hati manusia dan mewaspadai wabah penyakit
Melihat cahaya di Jalan Bodhisatwa yang lapang  

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Mei 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 Mei 2021
                                                                    
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -