Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Orang Menuju Jalan Bodhisatwa

“Saya dan suami saya berkenalan, lalu menikah. Tidak lama kemudian, saya baru tahu bahwa jika senang, dia baru pulang dan jika tidak senang, dia akan bersama temannya pergi bermain kartu atau minum minuman keras,” kata Luo Shu-zhen, relawan Tzu Chi.

“Ketika bekerja di luar, saya akan bersama teman pergi minum minuman keras, bermain mahyong, atau berjudi. Malam hari, kami terus minum minuman keras,” ujar Weng Tian-you, relawan Tzu Chi.

“Saya menonton Da Ai TV. Setelah menonton program tentang Bodhisatwa daur ulang di Da Ai TV, saya pun berkata kepada suami saya, "Maukah kamu memanfaatkan waktu di malam hari untuk pergi melakukan daur ulang?" Dia menjawab, ‘Baik.’,” ucap Luo Shu-zhen.

“Semakin melakukan daur ulang, saya semakin tertarik dan gembira. Saya tidak ada tekanan dalam melakukan daur ulang. Saya melihat setiap kakak atau setiap Bodhisatwa melakukan daur ulang dengan sangat gembira. Setelah hari pertama mengikuti pelatihan, saya berhenti merokok, minum minuman keras, makan pinang, dan berjudi,” kata Weng Tian-you


Kita bisa mendengar bahwa sepasang suami istri ini pernah menyimpang dari jalan yang benar. Sebenarnya, Bapak Weng bukan satu-satunya orang yang tersesat dari jalan yang benar. Banyak orang yang hadir di sini mungkin juga pernah tersesat dari jalan yang benar. Di dalam masyarakat, ada organisasi Tzu Chi yang dapat mendampinginya dan membimbingnya untuk kembali ke jalan yang benar serta membangkitkan kembali sifat hakiki yang murni dari setiap orang. Namun, masih ada jalan yang panjang untuk kembali pada sifat hakiki yang murni.

Kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk membimbing mereka dengan pengalaman kita. Jika tak memiliki pengalaman seperti itu, kita tak dapat membimbing orang. Jika kita sendiri pernah menyimpang dari jalan yang benar, ketika bertemu orang yang seperti kita, kita dapat membimbing mereka ke jalan yang benar. Kita bisa memberitahunya, "Saya juga pernah tersesat,

tetapi saya sudah berjalan keluar." "Kini, saya ingin mengingat kembali cara yang saya ambil untuk keluar dari jalan yang tersesat, bisakah kita menemani satu sama lain?" "Kita bersama-sama

berjalan di jalan yang benar." Saya berkata seperti ini, apakah kalian mengerti? (Mengerti)

Tidaklah cukup jika hanya berjalan sekali saja. Jadi, Buddha berkata bahwa Beliau datang ke dunia berulang kali untuk membimbing semua makhluk. Sebagai makhluk yang tercerahkan, Beliau datang ke dunia dan melatih diri kembali. Pikiran ini selalu ada di dalam benak-Nya. Jalinan jodoh telah tersimpan di dalam kesadaran kedelapan sehingga memunculkan pikiran untuk melatih diri.

Dalam setiap kehidupan, ketika kondisi pendukung matang, benih karma sudah ada di sana. Dalam setiap kehidupan, kita melatih diri dengan jalinan jodoh ini. Bagaimana melatih diri? Untuk melatih diri, kita harus belajar bagaimana berinteraksi dengan orang dan menangani masalah. Untuk melatih diri kita harus menempa hati lewat hal yang kita hadapi dan melakukan tindakan nyata. Tak peduli di mana pun kita berada, kita harus menjadikan tempat itu sebagai ladang pelatihan diri baik jasmani maupun rohani.

Singkat kata, untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus terjun ke tengah masyarakat. Sebagai Bodhisattva, kita harus membimbing diri sendiri dan orang lain. Kita harus membimbing orang lain untuk bersama-sama berjalan di Jalan Bodhisatwa. Jika diri sendiri tak merasakan langsung, kita tak akan tersadarkan. Jadi, setelah mendengar kisah orang lain dan ajaran saya, ada orang yang tiba-tiba merasa bahwa dirinya harus berubah. Seperti inilah relawan kita menginspirasi, membimbing, dan mendampingi orang dalam menjalankan Tzu Chi. Ini barulah benar-benar menyerap Dharma ke dalam hati.


Bodhisatwa, kita harus percaya pada apa yang Buddha katakan, yaitu ajaran Buddha selamanya ada di dunia. Tidak harus saya yang membabarkan Dharma. Semua orang dapat mendengar mempraktikkan, dan menyebarkan Dharma. Sebagai pendengar, penyebar, ataupun pembabar Dharma, yang kalian katakan dan praktikkan, itulah Dharma. Pada awalnya, kita juga pernah dibimbing orang lain. Donatur mengikuti anggota komite, lalu akhirnya mereka sendiri membangun ikrar untuk dilantik. Ketika dilantik, mereka menjadi pembuka jalan.

Kalian berjalan di jalan ini karena kalian memiliki keyakinan. Keyakinan adalah ibu dari segala pahala. Kalian bersedia datang untuk dilantik. Orang yang dilantik hari ini juga tidak sedikit. Kalian harus mengingat hati Buddha dan tekad Guru. Inilah hal yang harus kalian emban pada kehidupan ini. Kita sudah memiliki pengalaman dalam berjalan di Jalan Bodhisattva dunia. Kini, kita harus menyerap Dharma ke dalam hati. Saya memahami bahwa kini kalian semua sudah mendengar Dharma, maka kalian harus menggunakan Dharma untuk membuktikan Jalan Bodhisattva ini dengan melakukan praktik nyata.

Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Inilah semangat Bodhisattva. Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisattva di dunia. Kita membimbing orang mulai dari mereka mengenal dan menjadi donatur Tzu Chi. Ketika mereka bersedia berpartisipasi, mereka sudah mulai berjalan di jalan Tzu Chi dan memperoleh pengalaman.  

Setelah berjalan di jalan Tzu Chi dan memasuki Jalan Bodhisatwa, kalian harus membuka jalan yang lebih lapang hingga menyadari hakikat kebuddhaan yang dimiliki setiap orang. Jadi, saya berharap semua orang tahu bahwa Sutra menunjukkan jalan; jalan harus dipraktikkan. Kita telah memiliki semua ini.

Namun, apakah Dharma telah meresap ke dalam batin kita sehingga kita tak lagi dipenuhi noda batin dan kembali kepada sifat hakiki yang murni? Kita masih memiliki noda batin. Jadi, bagaimana membuat pikiran kita kembali murni?

Kita harus membangun ikrar agar akar kebajikan kita selamanya tidak putus. Kita harus terus mengingat kembali bagaimana kita melewati jalan ini dan bagaimana kita membangun tekad awal untuk membimbing orang. Tekad awal merupakan benih kita. Tidak hanya menebar benih kebajikan kepada orang lain saja, kita juga harus menebar benih dalam hati kita sendiri. Dengan menabur benih di hati kita, kita bisa membuat hati kita kaya akan benih kebajikan. Dengan begitu, di kehidupan mendatang, barulah kita dapat menggarapnya ketika jalinan jodoh matang.

Ini disebut menjalin jodoh berkah. Sebelum mencapai kebuddhaan, kita harus menjalin jodoh baik terlebih dahulu. Jalinan jodoh ada di tengah masyarakat. Jadi, kita jangan memutuskan jalinan jodoh. Saya berharap semua orang senantiasa membangun tekad dan mempertahankan tekad kalian.


“Murid-murid Jing Si dari Kaohsiung berikrar kepada Master: memegang teguh keyakinan, memahami Dharma; membangun keyakinan dan pemahaman secara mendalam dan bervegetaris; berpandangan benar dan berperilaku baik; harmonis tanpa pertikaian, menciptakan berkah bersama. Kami berdoa dengan tulus semoga Master panjang umur. semoga Master panjang umur,” ujar relawan Tzu Chi.

 

Mengubah delusi menjadi kesadaran di tengah masyarakat

Menebar benih kebajikan dari kehidupan ke kehidupan

Mempraktikkan Jalan Bodhisatwa

Menginspirasi orang dan menciptakan berkah dengan penuh keyakinan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Desember 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 1 Januari 2019

Editor: Stefanny Doddy

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -