Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Orang-orang Menuju Kesadaran

Insan Tzu Chi memiliki cinta kasih tanpa syarat. Mereka terus mencari orang-orang yang membutuhkan bantuan. Inilah wujud cinta kasih tanpa syarat. Kita tak tega melihat orang lain menderita sehingga mencari cara untuk menolong mereka agar terbebas dari penderitaan. Inilah welas asih yang merasa senasib sepenanggungan.

Kita melihat penderitaan sebuah keluarga. Ada seorang ibu yang tegar menghadapi dua orang anaknya. Anaknya yang berbobot 250 kilogram hanya memiliki kecerdasan anak usia satu tahun. Anak keduanya hanya memiliki tingkat kecerdasan anak usia 7 sampai 8 tahun. Meski dirinya sendiri sakit, dengan kasihnya, sang ibu tetap menjaga anak-anaknya. Dia berkata bahwa selama bertahun-tahun ini, dia hanya tidur tidak lebih dari 3 jam sehari. Dia menderita sekali. Beruntung, relawan Tzu Chi berjodoh untuk memberi perhatian padanya. Meski tak banyak yang bisa dilakukan terhadap kondisi anak-anaknya, tetapi relawan membawa penghiburan batin. Relawan berbincang dengan mereka dengan bahasa yang mereka pahami. Para relawan sangat berusaha maksimal untuk membuat tubuh mereka nyaman dan hati mereka merasa bahagia.


Yang paling menderita ialah ibu mereka. Memiliki anak dengan tingkat kecerdasan seperti anak kecil berusia satu dan tujuh tahun, bagaimana sang ibu harus merawat mereka? Tekanannya besar sekali. Saya terus berpikir bahwa sepertinya banyak orang menjalani kehidupan bagai berjudi. Mereka tidak mau mengaku kalah dan terus-menerus berusaha mendapat untung. Akibatnya, mereka memupuk kekuatan karma hingga semakin menumpuk. Semoga para Bodhisatwa dunia dapat membimbing mereka agar hati mereka yang bagai terombang-ambing di lautan luas dapat diselamatkan oleh perahu cinta kasih. Ini sungguh sulit. Kasus seperti ini jarang kita temukan. Namun, kita harus memuji para Bodhisatwa dunia. Asalkan bertemu orang yang membutuhkan, mereka pasti membantu. Mereka membantu dengan segenap kemampuan.

Kita juga melihat beberapa relawan di Dazhou. Letak tempat itu cukup jauh. Melihat kegiatan Tzu Chi sangat bermakna, mereka bersedia menyisihkan waktu keluarga untuk menjalankan kegiatan Tzu Chi. Banyak orang hanya mencari kesenangan.


“Saya tidak terbiasa. Saya tak bisa melakukan hal besar, tetapi bisa melakukan hal kecil,” ucap Li Xiangzhen, Relawan Tzu Chi.

“Para ibu ini berusia di atas 70 tahun. Kami mulai menjalankan Tzu Chi sejak berusia 60-an tahun.”

“Saya rasa saya masih cekatan. Beruntung saya masih bisa berjalan. Kami akan melangkah bersama. Sejak bencana gempa tahun 2008, kami terus melangkah hingga kini. Master sering berkata bahwa setiap orang harus menggarap ladang berkahnya sendiri. Semakin banyak berbuat, semakin banyak yang didapat. Saya juga tidak merasa sudah tua. Saya masih bisa berjalan dengan leluasa. Saya juga masih bisa pergi ke mana-mana. Pikiran saya juga masih jernih,” lanjut ucap Li Xiangzhen, Relawan Tzu Chi.

“Master berkata kita harus melakukan praktik nyata. Kini saya merasa selama masih bisa bertindak nyata, saya harus melakukannya dan memanfaatkan waktu yang ada saat ini,” kata Cao Yulan, Relawan Tzu Chi.

“Tak peduli saya hidup hingga usia 100 atau 80 tahun, yang penting kehidupan saya bermakna. Saya bukan ibu rumah tangga biasa, melainkan adalah orang yang bisa berbuat baik, sama seperti orang tua saya dahulu. Melakukan kebajikan tentu akan menuai kebajikan,” ucap Ren Guanggui, Relawan Tzu Chi.


Sejak bencana gempa melanda Sichuan, mereka mulai menjadi relawan. Hingga kini, lebih dari 10 tahun telah berlalu. Mereka turut melakukan daur ulang dan bergabung dalam tim konsumsi. Para relawan berusia 70 hingga 80-an tahun ini bagaikan saudara di jalan Tzu Chi. Mereka memiliki tekad dan jalan yang sama. Mereka menjalaninya dengan bahagia. Tentu, kita juga melihat tekad dan ikrar para relawan di Xiamen.

“Untuk menggalang lebih banyak Bodhisatwa, kita membutuhkan ladang pelatihan. Di sini, orang-orang saling belajar tentang arah kehidupan dan praktik Bodhisatwa di tengah masyarakat. Untuk itu, diperlukan tempat berkumpul. Sepasang suami istri relawan di sana menyediakan satu lantai ruangan. Dengan adanya rumah baru ini, para relawan kita bisa lebih banyak membantu orang yang menderita,” ucap Zhang Haiwang, Pengusaha.


“Saya sungguh terharu. Rumah ini terwujud berkat dukungan semua orang, bukan hanya kami berdua. Jadi, saya merasa ini sungguh bermakna. Ini menunjukkan bahwa kekuatan cinta kasih di Xiamen sungguh besar dan kental,” kata Huang Aimei, Relawan Tzu Chi.

Banyak orang bertekad untuk membantu renovasi tempat itu. Banyak material yang digunakan adalah material daur ulang atau barang lama. Ini melibatkan banyak orang yang menyumbangkan uang dan tenaga. Mereka menata peruntukan ruangan dengan sangat terencana dan sangat praktis. Mereka melaporkan progres renovasinya.

Bapak Lin Jinwang melaporkannya dengan sepenuh hati. Beliau sangat berdedikasi. Ada pula Bapak Zhang Haiwang. Keduanya sama-sama bernama "Wang" (makmur). Yang satu menyediakan tempat, yang lain berdedikasi dalam seluruh proses renovasi. Tentu, masih banyak sumbangsih orang lain yang turut serta dalam renovasi itu, baik dalam bentuk uang maupun tenaga. Ada pula yang bertanggung jawab dalam pengaturan. Kini, para relawan dapat berkumpul di sana. Kondisinya sangat ramai. Ini terwujud berkat para relawan tadi.


Tiada yang kita bawa  sebelum dan sesudah kehidupan ini. Genggamlah waktu semasa hidup untuk membawa manfaat bagi masyarakat. Ladang pelatihan ini adalah tempat berkumpul bagi Bodhisatwa Tzu Chi. Di sana mereka saling belajar dan dapat menginspirasi lebih banyak orang sehingga dapat berpaling dari kesesatan dan menjadi orang yang sadar serta penuh kasih. Tempat itu sungguh bernilai. Sumbangsih tanpa pamrih dalam kehidupan ini sungguh bermakna dan bernilai. Mereka memanfaatkan kehidupan mereka untuk melakukan hal yang benar. Jadi, harap semua orang memilih arah hidup yang benar dari keteladanan orang-orang seperti ini. Kita hendaknya senantiasa berterima kasih kepada mereka.   

Membimbing orang dengan ketulusan
Bersatu hati menggarap ladang berkah
Bersama-sama mewujudkan ladang pelatihan Bodhisatwa
Menyadarkan orang-orang yang tersesat 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 5 Juni 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 7 Juni 2019

Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -