Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Semua Makhluk dengan Ketulusan dan Penuh Cinta Kasih
Tanggal 23 Maret kemarin adalah Hari Meteorologi Sedunia. Kini, kondisi cuaca di dunia sangat ekstrem. Di tahun 2015 lalu, kondisi cuaca dunia memecah rekor terburuk karena terjadi gelombang panas, turun hujan lebat, kekeringan parah, dan lain-lain. Bencana akibat ketidakselarasan empat unsur terus-menerus terdengar.
Kondisi tahun ini juga semakin parah. Beberapa negara dilanda kekeringan sehingga tidak dapat bercocok tanam. Persediaan bahan pangan bagi umat manusia sudah mulai terlihat langka. Akibat kekeringan yang parah, para petani tidak dapat bercocok tanam ataupun saat sudah mendekati masa panen, malah terjadi angin ribut dan turun hujan lebat yang merusak semua tanaman sehingga terjadilah gagal panen. Bukankah ini yang terjadi pada paruh akhir tahun lalu?
Di Myanmar, tanaman padi yang sudah siap dipanen malah rusak akibat angin ribut. Lahan pertanian yang begitu luas rusak dalam waktu sekejap. Ini membawa penderitaan bagi banyak petani. Karena itu, sejak akhir tahun lalu hingga kini, kita terus membagikan bibit padi. Begitu pula dengan di Filipina. Petani di bagian utara Filipina mengandalkan hidup dengan menanam bawang. Namun, bencana banjir parah telah menggenangi lahan pertanian mereka. Relawan Tzu Chi juga berangkat ke sana dua kali untuk membagikan bantuan.
Bayangkanlah, dahulu negara-negara ini dikenal sebagai negara penghasil pangan bagi umat manusia. Benarkah Tiga Bencana Kecil sudah menghampiri kita? Mengingat hal ini, saya sungguh merasa khawatir.
Kita juga melihat laporan berita tentang kondisi iklim yang ekstrem. Fenomena El Nino masih terus membawa dampak dan menguat hingga sekarang. Suhu Bumi juga masih terus meningkat. Karena itu, bencana akibat ketidakselarasan unsur masih terus terjadi. Penderitaan para pengungsi juga membuat kita sangat khawatir dan tidak tega.
Beberapa negara di Eropa mulai menutup wilayah perbatasan. Negara-negara di Eropa memberlakukan pembatasan lebih ketat terhadap para pengungsi. Kini relawan Tzu Chi telah berkumpul di Serbia untuk memberikan bantuan. Sejak 1 Maret, relawan Tzu Chi telah tiba di sana. Kini mereka telah mendapat pengakuan dari warga dan Komisi Penanganan Pengungsi Serbia.
Beberapa warga setempat berkata, “Berkat adanya kalian, para pengungsi mulai tersenyum kembali dan merasa lebih bahagia. Jika tidak, para pengungsi yang terdampar di sana sudah hampir kehilangan kesabaran.” Mereka berharap relawan Tzu Chi dapat berada di sana lebih lama. Ini menunjukkan pengakuan dan keyakinan mereka terhadap Tzu Chi.
Saat konferensi video kemarin, seorang pemilik hotel juga datang menemui saya. Lewat konferensi video, dia berkata bahwa dia sangat menyukai relawan Tzu Chi dan berharap relawan Tzu Chi dapat tinggal di sana lebih lama. Dengan cinta kasih dan ketulusan, setiap hari relawan Tzu Chi bersumbangsih di sana serta mengajak para pengungsi menyanyikan lagu “Satu Keluarga”. Para pengungsi pun mulai tersenyum kembali.
Seorang juru masak dari Suriah berkata bahwa dia sangat berterima kasih dan sangat menyukai relawan Tzu Chi. Setelah memahami kisah di balik pembuatan nasi Jing Si dan semangat celengan bambu, dia pun mendonasikan 5 euro kepada Tzu Chi. Dia sungguh membuat orang tersentuh.
Para pengungsi itu berhasil mengungsikan diri karena memiliki kondisi ekonomi yang baik. Namun, selama mengungsi, mereka harus mengeluarkan banyak uang sehingga uang yang tersisa tidaklah banyak. Relawan Tzu Chi tidak tega menerima donasinya, tetapi juru masak itu sangat berharap donasi kecilnya dapat melakukan amal besar dan dapat menolong lebih banyak orang. Mereka bagaikan berteman baik. Melihat mereka bagaikan satu keluarga, saya sangat tersentuh.
Kisah yang menyentuh hati sangat banyak. Di Serbia, relawan Tzu Chi mulai merencanakan pembagian bantuan bencana. Pada awal Maret lalu, Serbia dilanda banjir besar. Ketinggian air mencapai genting rumah. Wali kota setempat berharap Tzu Chi dapat memberi bantuan. Relawan Tzu Chi telah selesai melakukan survei dan bersiap-siap untuk menyalurkan bantuan.
Ketidakselarasan empat unsur alam dan pikiran manusia telah mendatangkan banyak bencana. Selain itu, ada pula insiden yang mendatangkan ketidakkekalan. Tadi malam, di Sanchong terjadi sebuah kebakaran yang menelan 6 korban jiwa, termasuk seorang anggota komite kita beserta suami dan putrinya. Sungguh membuat orang merasa sedih. Insiden yang terjadi dalam sekejap ini sungguh mendatangkan penyesalan. Hanya seorang putranya yang selamat. Sekelompok relawan kita ini akan memberi bantuan.
Semua orang yang hidup di dunia ini adalah satu keluarga. Semoga semua orang di dunia aman dan selamat. Semoga hati semua orang di dunia dapat tenang dan damai. Inilah doa yang harus kita panjatkan dengan tulus setiap hari. Kita harus mawas diri dan berhati tulus.
Kita dapat melihat kehidupan Relawan Lai yang sudah berubah. Dahulu dia sangat gemar minum minuman keras. Selain itu, dia adalah seorang tunarungu. Meski demikian, relawan kita menggunakan bahasa isyarat tangan untuk membimbingnya. Dia mulai melakukan daur ulang hingga kini telah dilantik menjadi anggota komite. Dia juga bersama relawan Tzu Chi melakukan kunjungan kasih. Dia juga selalu berbagi kisahnya dengan bahasa isyarat tangan. Asalkan memiliki hati yang tulus, tanpa perlu berkomunikasi dengan suara, hanya dengan gerakan tubuh dan bahasa isyarat tangan saja, kita tetap dapat menunjukkan ketulusan.
Banyak orang yang hidup menderita, orang yang pernah hidup dalam ketersesatan, dan lain-lain, semuanya tersentuh olehnya. Mereka juga dapat menyerap Dharma ke dalam hati dan mengubah kehidupan mereka. Semua orang memiliki potensi dan hakikat kebuddhaan. Setiap orang memiliki kemampuan untuk membimbing sesama. Meski tak dapat berbicara, Relawan Lai dapat menggunakan bahasa tubuh untuk menyelamatkan dan membimbing sesama.
Kondisi iklim yang ekstrem menyebabkan krisis bahan pangan
Mendampingi para pengungsi dengan tulus bagaikan satu keluarga
Menghibur anggota keluarga korban kebakaran
Membimbing semua makhluk meski tak dapat berbicara
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24
Maret 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena,
Marlina
Ditayangkan tanggal 26 Maret 2016