Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Semua Makhluk dengan Ketulusan dan Rasa Hormat

Di waktu pagi setiap harinya, kondisi sangat hening. Pada permulaan hari, tiada masalah yang mengganggu batin kita. Pada saat ini, kita dengan tenang, penuh konsentrasi, dan tulus memasuki aula untuk menghormat pada Buddha. Bukankah kita melakukannya dengan sepenuh hati? Bukankah kita melakukannya dengan tulus?

Setelah menghormat pada Buddha, kita duduk untuk berkonsentrasi mendengar Dharma. Kebenaran sangatlah dalam. Kebenaran ini memang tak berwujud dan sangat dalam. Tanpa ketulusan dan ketenangan dalam mendengarnya, bagaimana mungkin kita dapat menerima maknanya?

Jika kita tidak memahami makna Dharma itu, bukankah duduk lama di aula berarti membuang-buang waktu? Ini sangat melelahkan.

Setelah bersusah payah duduk lama di sini, saya berharap kita dapat mendapatkan pemahaman atas makna Dharma yang dapat kita gunakan saat menghadapi orang dan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam mendengar Dharma, yang terpenting ialah menyerap intisari Dharma. Hidup di dunia ini, kita menyerap Dharma untuk membuat kehidupan kita lebih bermakna. Ini sangat penting. Bagaimana boleh kita tidak benar-benar tulus? Jadi, kita harus memiliki kesungguhan dan ketulusan hati.

Kesungguhan dan ketulusan ini ada dalam hati kita. Namun, ketulusan dalam hati ini harus kita tunjukkan lewat disiplin diri. Ketulusan ini ada di dalam hati kita, sedangkan disiplin terwujud pada sikap. Kita menunjukkan ketulusan lewat sikap kita. Ketulusan yang sungguh-sungguh adalah dasar dalam menjadi manusia. Dalam menghadapi orang dan masalah sehari-hari, kita harus menggunakan hati yang tulus.

“Saya selalu berbagi bahwa orang yang dapat bersumbangsih adalah orang yang paling beruntung. Saat Anda dapat membantu orang lain, berarti berkah Anda lebih besar dari orang lain. Anda memiliki kemampuan lebih untuk membantu orang,” kata Gong De-yi, relawan Tzu Chi.


“Awalnya kami melakukan kegiatan amal, seperti daur ulang dan menjual pakaian. Hasil dari daur ulang dan menjual pakaian itu kami gunakan untuk menolong orang yang memerlukan,” kata Asiong Henry, relawan Tzu Chi.

“Orang-orang sangat mendukung dan bersedia ikut serta. Kadang, saat saya mengajak mereka untuk melakukan kegiatan potong rambut di panti jompo, mereka bersedia ikut,” kata Gong De-yi.

“Saya sangat bersyukur karena dapat membantu para pelajar di Paitan,” kata Jonathan Robin, relawan Tzu Chi.

Sebagai relawan, kami pergi mengunjungi daerah-daerah atau orang-orang yang membutuhkan. Kita merasa terharu dan kasihan. Kadang-kadang kita juga sedih dan menangis saat melihat keluarga yang benar-benar miskin. Kita pun miskin, tetapi tidak sampai seperti itu, sedangkan mereka yang kita kunjungi benar-benar berada jauh di bawah,” kata Donny Koh, relawan Tzu Chi lainnya.

“Saya beragama Kristen. Saya sudah enam tahun ikut Tzu Chi. Perasaan saya senang karena dapat membantu orang susah. Kita punya satu tujuan untuk menolong orang,” kata Pritty Tup, relawan Tzu Chi.

Jika ada ketulusan antarsesama manusia, jika semua orang berinteraksi dengan tulus, maka mereka yang berpengaruh positif kepada kita serta dapat saling memicu dan mendukung, merupakan sahabat yang baik. Bergaul dengan hati yang tulus merupakan pedoman terpenting dalam interaksi antarmanusia.

Nama saya Waradaraju. Tahun ini saya berusia 53 tahun. Saya tiba-tiba terkena sakit ginjal. Dalam dua hari, saya harus dirawat di rumah sakit. Dokter menyarankan agar saya menjalani cuci darah,” kata Waradaraju, penerima bantuan Tzu Chi.


“Guru dari putra sulungnya melaporkan kasus ini. Mungkin beliau melihat anak ini mengalami ketidakstabilan emosi akibat ketidakkekalan yang terjadi di keluarga mereka. Tzu Chi membantu biaya pengobatannya, pendidikan putranya, serta biaya transportasi,” kata relawan Tzu Chi.

“Mereka memberi dukungan moral bagi saya. Mereka berkata, ‘jangan khawatir, kami akan selalu membantu di sisi Anda. Kami akan datang ke rumah Anda’. Inilah yang mereka katakan. ‘Kapan pun Anda dapat menghubungi kami’,” jelas Waradaraju.

“Mereka sangat baik, sangat memperhatikan saya. Mereka tahu cara membantu kami menyelesaikan masalah. Saya tidak bisa bekerja karena setelah menjalani cuci darah, suami saya akan sangat kelelahan. Saya harus membantunya mempersiapkan segala sesuatu. Harus ada orang yang menjaganya di rumah. Berhubung kondisinya seperti ini, relawan Tzu Chi mencoba untuk membantu saya dan menyarankan agar saya membuat sesuatu, seperti kerajinan tangan,” kata Karthiyaeni, penerima bantuan Tzu Chi.

“Kini dia bersumbangsih kembali bagi masyarakat dengan mengikuti kegiatan daur ulang dan lainnya. Setiap bulan, dia juga berdonasi. Contohnya, saat ada kegiatan pembersihan, kita akan mengajaknya untuk ikut,” kata Huang Li-qin, relawan Tzu Chi.

“Niat bersumbangsih berasal dari lubuk hati dan sangat indah. Ia membuat hati kita bahagia. Datang kemari menjadi relawan ladang berkah, saya sangat gembira,” kata Karthiyaeni,  penerima bantuan Tzu Chi.   

Lihatlah para Bodhisatwa dunia atau insan Tzu Chi. Mereka dapat bersumbangsih dan membawa pengaruh bagi banyak orang. Mereka mempraktikkan Dharma di dunia lewat tindakan nyata dan menjadi teladan. Mereka juga menolong banyak orang dan mengubah pemikiran banyak orang.


Beberapa tahun belakangan ini, saya sering mendengar insan Tzu Chi pergi membimbing para narapidana di lembaga pemasyarakatan. Alasannya ialah orang-orang di sana pernah melakukan kesalahan di masa lalu. Relawan Tzu Chi membimbing mereka sehingga sikap dan pemikiran mereka terhadap kehidupan berubah. Mereka kini juga dapat membantu orang lain.

Berkat bimbingan para Bodhisatwa dunia, mereka dapat kembali menginspirasi orang lain. Bukankah ini yang disebut mengubah keburukan menjadi kebaikan? Demikianlah insan Tzu Chi bersungguh hati membimbing semua makhluk serta menghormati para Buddha dan Bodhisatwa.

Dengan pikiran yang tulus, mereka menyerap ajaran Buddha sebagai persembahan kepada para Buddha dan Bodhisatwa. Inilah persembahan yang paling tulus. Kita telah menerima ajaran Buddha dan berusaha meneladani para Bodhisatwa. Jadi, kita harus selalu mempertahankan tekad untuk memberi persembahan kepada para Buddha dan Bodhisatwa dengan tulus. Kita menerima ajaran Buddha dan mengikuti jejak langkah para Bodhisatwa. Untuk itu, kita harus tulus.

Kita harus menyucikan hati dan membersihkan pikiran dari noda batin. Dengan hati yang tulus dan penuh rasa hormat, kita memberi persembahan kepada para Buddha dan Bodhisatwa. Inilah arah tujuan kita.

Kita berlatih di dalam keseharian. Harap kita semua bersungguh hati untuk mengingat hal ini di dalam hati. Sebagai praktisi yang melatih diri, kita harus memiliki sikap seperti ini. Kita harus memperkuat semangat kita.

Tulus memberi persembahan kepada Buddha
Senantiasa bersemangat membimbing semua makhluk
Menyerap intisari Dharma dengan kesungguhan dan ketulusan
Melatih disiplin diri demi membimbing semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 03 November 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 05 November 2019

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -