Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Semua Makhluk dengan Percaya Diri dan Ulet

“Sebagai relawan Tzu Chi, saya bisa menolong anak-anak seumur saya. Saya sungguh dipenuhi berkah. Saya mengira bahwa saya tidak punya sandaran sehingga sangat kesepian dan tidak berdaya. Namun, melihat relawan Tzu Chi datang, saya tahu bahwa saya bukan tak punya sandaran. Saya tidak kesepian lagi.” Ungkap Justin, Relawan berusia 11 tahun.

Antarsesama manusia sungguh perlu saling memperhatikan. Kita bisa melihat relawan cilik kita bergabung bersama insan Tzu Chi untuk memperhatikan orang yang membutuhkan serta membantu membersihkan rumah dan lingkungan di sekitar mereka. Kelihatannya, relawan cilik ini sudah mulai membangkitkan kebajikan hakikinya. Berhubung sering berinteraksi dengan orang-orang yang penuh cinta kasih, dia tahu untuk membantu sesama manusia. Ini sungguh merupakan kekuatan cinta kasih.

Kita juga bisa melihat insan Tzu Chi dari AS dan Amerika Selatan kembali menginjakkan kaki di Ekuador. Kali ini, mereka benar-benar mendapatkan kepercayaan warga setempat. Saya sangat bersyukur. Mayoritas warga setempat menganut agama Katolik. Kita memahami bahwa warga yang dilanda bencana besar membutuhkan tempat ibadah sebagai sandaran batin. Karena itu, relawan kita kembali mengunjungi gereja dan mencari cara untuk membangunnya kembali. Dengan memulihkan gereja yang merupakan sandaran batin warga setempat, sendi kehidupan mereka akan lebih cepat pulih. Kini warga setempat juga sangat membutuhkan tempat tinggal. Kita juga berusaha membantu mereka.

Di Taiwan, kapan dan di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi juga segera muncul untuk membantu. Kemarin, terjadi kebakaran di sebuah gedung di New Taipei City. Setelah menerima kabar ini, insan Tzu Chi segera membagi diri ke dalam dua kelompok. Satu kelompok pergi ke lokasi kebakaran, sedangkan kelompok lainnya mencurahkan perhatian ke rumah sakit. Setelah tahu bahwa ada korban yang kehilangan semua anggota keluarganya, insan Tzu Chi pun mendampinginya dengan sepenuh hati dan membantunya mengurus segalanya. Berhubung para penghuni di gedung itu merasa sangat ketakutan, maka insan Tzu Chi menghibur dan memperhatikan mereka satu per satu. Kita harus mengembangkan kekuatan cinta kasih seperti ini.

Di Changhua, terdapat sebuah gang yang penuh dengan cinta kasih antartetangga. Saat matahari hampir terbenam atau turun hujan, mereka akan membantu yang lain mengangkat jemuran. Semuanya saling membantu. Saat tukang pos datang, seorang ibu akan mewakili semua orang menerima surat. Mereka bisa keluar rumah tanpa mengunci pintu karena tidak perlu khawatir kedatangan orang asing. Mereka juga memperhatikan para lansia dan membantu merawat anak-anak. Singkat kata, antartetangga hidup rukun bagaikan satu keluarga.

Kita juga bisa melihat sebuah kasus di Keelung. A-han, seorang bapak telah belasan tahun menutup diri. Saat mengunjunginya, kita melihat bahwa dia telah menyerah pada diri sendiri. Rambutnya sangat panjang. Dia duduk di dalam rumahnya dengan cahaya remang-remang tanpa masa depan.

Setelah menerima kasus ini, insan Tzu Chi Liu Rui-qiang mulai memperhatikannya. Awalnya, dia tidak berani keluar rumah. Untuk berobat, dia juga harus didampingi insan Tzu Chi. Suatu kali, saat mencoba obat baru, kondisi A-han terlihat tidak baik. Karena itu, Kakak Li-hong segera menelepon saya dan meminta saya untuk mengantarkannya ke Rumah Sakit Keelung. Saat menggendongnya ke dalam mobil, saya terus berpikir di dalam hati,  “Bagaimanapun caranya, saya harus mengeluarkannya dari kegelapan.”

Dengan semangat seperti relawan yang dahulu membimbing saya, saya berteman dengannya dan berusaha memahami pikirannya untuk membimbingnya. Ada relawan yang menarik tangan saya dan tangan saya kembali menarik tangan orang lain. Dengan demikian, cinta kasih ini dapat diwariskan. Relawan kita terus mendampinginya dan mencari pengobatan yang tepat untuknya sehingga penyakit mentalnya perlahan-lahan pulih. Kita telah mendampinginya selama empat tahun. Kita juga mengajaknya berjalan-jalan ke luar dan bergabung dalam kegiatan daur ulang untuk membangun rasa percaya dirinya.

“Suasana hati saya sama seperti cuaca hari ini, sangat cerah. Saya melakukannya dengan gembira. Hati saya dipenuhi sukacita. Di sini, saya berterima kasih kepada semua relawan Tzu Chi dan Master.” Ungkap A-han. Berkat curahan perhatian insan Tzu Chi, kini dia juga menyisihkan koin setiap hari dan menyumbangkannya setiap bulan. Dia juga dapat melakukan daur ulang bersama relawan Tzu Chi. Lihatlah, ini semua membutuhkan rasa percaya diri. Asalkan kita bersedia melangkah untuk membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, maka menjadi Bodhisatwa bukanlah hal yang mustahil.

Relawan cilik di Filipina bisa melakukannya. Para relawan di Taiwan juga bisa melakukannya. Sumbangsih mereka dapat membawa manfaat bagi sebuah komunitas dan orang banyak. Mereka memberi bimbingan secara perlahan. Ini membutuhkan kesabaran. Meski membutuhkan waktu selama bertahun-tahun, mereka tetap memberi pendampingan setiap hari. Jadi, semua orang mampu untuk bersumbangsih. Dengan menumbuhkan rasa percaya diri, tidak ada hal yang mustahil.

Contohnya Filipina yang diterjang Topan Haiyan. Sendi kehidupan setempat pulih dengan cepat berkat banyaknya orang yang bekerja sama dengan kesatuan hati untuk memberikan bantuan. Kini, kita bisa melihat sendi kehidupan di Filipina telah pulih dan warga setempat hidup makmur. Begitu pula dengan Ekuador. Insan Tzu Chi memberi pendampingan di sana selama sebulan penuh dan berusaha membimbing warga setempat untuk bangkit kembali. Pemerintah setempat juga berusaha untuk membantu warga. Jika mereka bisa melakukannya, apakah kita tidak bisa? Tzu Chi telah berdiri selama 50 tahun. Asalkan ada niat, maka tidak ada yang sulit.

Anak-anak yang berhati murni belajar berbuat baik

Antar tetangga hidup rukun bagai satu keluarga

Membantu pembangunan kembali tempat ibadahyang merupakan sandaran batin warga

Membangun rasa percaya diri untuk membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 04 Agustus 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 06 Agustus 2016

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -