Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Semua Makhluk Menuju Kebajikan


Bodhisatwa sekalian, Jalan Bodhisatwa harus kita buka. Jalan Bodhisatwa yang lapang ini juga harus kita bentangkan sepenuh hati. Kita harus membentangkan sebuah jalan yang rata agar orang-orang di belakang kita dapat mengikuti kita menapaki Jalan Bodhi dan menciptakan berkah di dunia. Dengan demikian, batin saya menjadi lebih lega, beban di pundak saya juga lebih ringan. Sungguh, saya bersyukur dari lubuk hati terdalam.

Dalam kehidupan ini, bagaimana kita menjalani keseharian? Berhubung telah terlahir ke dunia ini dan telah berjodoh dengan ajaran Buddha, kita memahami bahwa kehidupan hanya sementara. Dalam waktu puluhan tahun yang singkat ini, perbuatan kita menentukan kondisi kehidupan mendatang. Alangkah baiknya kini kita telah berjodoh. Kalian berjodoh untuk mendengar kata-kata saya dan lebih jauh lagi memasukkannya ke dalam hati serta membentangkan jalan ini dengan teguh. Jadi, selain diri sendiri menjalankan kebajikan, kita harus membimbing orang lain untuk melakukan hal yang sama. Inilah yang saya butuhkan.


Untuk mewujudkan cinta kasih, kita harus bervegetaris. Inilah cinta kasih yang utuh dan menyeluruh. Selain mengasihi sesama manusia, kita harus mengasihi semua makhluk. Semua makhluk, termasuk hewan, juga memiliki nyawa.

Saya sering mengatakan bahwa dalam satu detik, manusia memakan lebih dari 2.500 ekor hewan. Itu adalah jumlah dalam satu detik. Satu hari terdiri atas 86.400 detik. Bayangkan, berapa banyak nyawa hewan yang dikorbankan dalam sehari? Ini menciptakan karma buruk.

Karma buruk semua makhluk telah terakumulasi. Para makhluk yang dibunuh dapat menuntut balas. Mereka tengah menanti saat yang tepat. Untuk dapat melewati pandemi kali ini, kita membutuhkan sebuah selaput pelindung yang jernih dan transparan. Selaput transparan itu ialah tubuh dan batin kita yang murni, begitu murni sampai transparan dan cemerlang. Jadi, kita harus memulainya dari kehidupan sehari-hari.


Dalam kehidupan sehari-hari, sebuah perkara penting dan paling krusial ialah perihal makan. Setiap orang harus makan tiga kali dalam sehari, bahkan ada yang perlu makan makanan ringan. Intinya, mulut manusia, dalam sehari harus mengorbankan begitu banyak nyawa. Orang-orang melakukannya tanpa sadar. Orang-orang merasa makan daging adalah hal yang wajar. Ini membuat karma yang tercipta berlipat ganda karena selain melakukan pembunuhan, manusia merasa tak ada yang salah dengan hal itu.

Kekuatan karma ini menjadi berlipat ganda dan terus terakumulasi. Karma buruk yang tercipta menjadi tak terhingga. Dengan adanya kekuatan karma ini, saat waktu dan kondisinya sesuai, dunia akan mengalami banyak bencana.

Alam telah terus-menerus mengalami kerusakan. Hidup di dunia yang besar ini, kita bisa merasakan bahwa pencemaran terus meningkat dan membawa tekanan bagi semua makhluk. Jadi, kita membutuhkan udara yang bersih.

Saat ini, kekuatan dan kesatuan hati manusia sangatlah diperlukan. Jadi, pandemi kali ini adalah pelajaran besar yang bertujuan untuk mengingatkan dan mendidik umat manusia. Kini, kita bukan hanya perlu mendengar ajaran kebenaran, melainkan juga menjalankannya. Inilah Bodhisatwa yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Kita harus sadar dan terjun ke tengah masyarakat untuk membantu semua makhluk saat ini.


Di tengah berbagai bencana yang terjadi silih berganti, dibutuhkan adanya Bodhisatwa yang terus-menerus memberi pertolongan untuk membebaskan semua makhluk dari kesulitan. Jadi, di tengah pandemi kali ini, para Bodhisatwa Tzu Chi juga memikul tanggung jawab. Berbagai kesulitan mereka hadapi dan selesaikan. Semua ini adalah tempaan terbaik bagi kita. Bukan hanya memikul tanggung jawab, insan Tzu Chi juga telah menempuh jalan ini sejak lama.

Bodhisatwa sekalian, jalan ini, Jalan Bodhisatwa, ialah memikul tanggung jawab atas dunia. Kita harus terus menapakinya. Arah kita sudah benar. Inilah Jalan Bodhisatwa yang agung. Inilah cinta kasih berkesadaran. Kita melakukan yang seharusnya dilakukan. Jadi, para Buddha dan Bodhisatwa juga telah menjadi saksi kita. Kita harus saling menghormati. Semua orang adalah Bodhisatwa.

Kembali pada diri sendiri, kita juga hendaknya memuji diri karena telah berjalan di Jalan Bodhisatwa. Inilah nilai kehidupan kita. Inilah cara membalas budi langit dan bumi, orang tua, serta semua makhluk. Sungguh, alam ini memiliki budi luhur terhadap kita.

Saat ini, semua makhluk hendaknya bersatu hati dan saling membalas budi. Untuk membalas budi semua makhluk dan orang tua, kita harus mengerahkan jiwa raga untuk mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Jalan ini adalah jalan yang tidak menyimpang ataupun salah. Kita berjalan di jalan ini tanpa menyimpang sedikit pun. Kita berada di arah yang benar dan harus melakukan yang harus dilakukan. Terima kasih. Begitulah ajaran Buddha. Tiada Dharma yang lebih dalam daripada ini. Yang paling berharga ialah praktik nyata di Jalan Bodhisatwa. Kita semua telah menjalankannya dan harus terus melanjutkannya.


Jalan Bodhisatwa harus ditapaki selamanya dari kehidupan ke kehidupan hingga kita mencapai pencerahan tertinggi. Dengan begitu, kita tak akan menyimpang dari jalan menuju kebuddhaan. Kita menatap jalan kita di masa depan, yakni jalan menuju kebuddhaan. Kini kita mulai melangkah setapak demi setapak di arah yang benar. Ini adalah pahala yang tak terhingga.

Terima kasih, Bodhisatwa sekalian. Saya berterima kasih kepada kalian semua. Para Buddha dan Bodhisatwa pun tersentuh. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih. Teruslah melangkah di Jalan Bodhisatwa. Terima kasih.

Memiliki cinta kasih yang setara terhadap semua kehidupan
Rangkaian sebab akibat terus bergulir tanpa henti
Membimbing semua makhluk ke arah kebajikan dan Jalan Bodhisatwa
Menjalankan praktik nyata demi membalas budi luhur

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Juli 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 Juli 2021
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -