Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Sesama dengan Kegigihan dan Cinta Kasih

Lin Yue-hua adalah relawan penggerak daur ulang. Pada tahun 2002, Lin Yue-hua didiagnosis menderita lupus. “Sejak tahun 1970-an, demi mencari nafkah, saya bekerja sebagai pekerja bangunan. Setelah mengetahui kondisi penyakit saya ini, saya meninggalkan pekerjaan saya. Anak-anak juga sudah tidak bergantung pada saya. Jadi, saya melepaskan pekerjaan saya. Saya sungguh harus menggenggam waktu yang ada karena entah sampai kapan saya bisa hidup atau sampai kapan saya bisa bergerak. Sebelum garasi ini dibangun, saya melakukan daur ulang di sini, di bawah sebuah payung besar.”

Relawan bernama Yue-hua ini memiliki kondisi kesehatan yang kurang baik, tetapi dialah yang memulai kegiatan daur ulang di Fenglin, Hualien hingga berkembang menjadi 130 titik daur ulang. Lihatlah, dia sungguh luar biasa. Mulanya, dia memilah barang daur ulang di bawah sebuah payung besar. Dia juga mengendarai sepeda motor untuk berkeliling ke berbagai tempat guna mengumpulkan barang daur ulang. Meski tubuhnya menderita sakit, tetapi dia tetap banyak bersumbangsih. Seorang relawan Tzu Chi, Wu Lian-ying pernah bertanya kepada saya.

"Yue-hua, kesehatanmu tidak begitu baik, tetapi di antara begitu banyak misi Tzu Chi, mengapa kamu malah memilih pelestarian lingkungan?" Saya menjawab, "Master pernah berkata selama hal itu benar, maka lakukan saja."Selebihnya, serahkan saja pada Buddha.

Saya berpikir bahwa harus ada orang yang memikul misi pelestarian lingkungan. Jadi, saya memilih untuk melakukannya dan memberanikan diri untuk memikul tanggung jawab. Dia sungguh luar biasa. Banyak orang yang tersentuh oleh kegigihannya. Payung besar tadi akhirnya berubah menjadi atap besi. Sepeda motor yang dia gunakan juga sudah berganti menjadi sebuah mobil. Semua itu adalah sumbangsih orang-orang yang tersentuh olehnya.

Mereka menyumbangkan mobil, bahkan mengisi bensinnya hingga penuh sebelum mengantarkannya ke posko daur ulang dan menyerahkannya. Lihatlah, cinta kasih dan kegigihan adalah kekuatan yang dapat menginspirasi orang. Yue-hua bukan berasal dari keluarga yang berada. Dia bahkan pernah bekerja sebagai tukang dan pernah menjadi perawat orang sakit. Dahulu Anda pernah mencari uang dengan menjaga orang sakit. Kabarnya Anda bekerja dengan baik sehingga keluarga pasien berkata,

"Kamu merawat kakek dan nenek saya dengan sangat baik." "Nenek kami sangat puas." "Ini angpau sebagai tanda terima kasih kami."

Dengan kondisi keuangan Anda saat itu, apakah angpau itu penting? Penting. Namun, akhirnya ke mana angpau itu? Dia menyerahkan angpaunya kepada saya dan meminta saya mendonasikannya ke Tzu Chi. Angpaunya didonasikan ke Tzu Chi, atas nama siapa? Atas nama pasien. Aneh sekali, Anda seharusnya menanam berkah untuk diri sendiri, mengapa berdonasi atas nama pasien? Karena kesehatannya kurang baik. Saya berharap itu bisa menjadi wujud doa saya baginya semoga dia dapat cepat pulih. Dengan keyakinan, tekad, dan praktik, dia menjalani kehidupan yang bermakna. Hingga pada suatu saat dokter menyatakan dia terkena penyakit lupus akibat masalah autoimun, dia berhenti dari pekerjaannya, tetapi mulai bersumbangsih di dalam misi Tzu Chi.

Dia mulai sepenuh hati mendedikasikan hidupnya untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dan terjun ke dalam misi Tzu Chi. Lihatlah, setelah bersumbangsih di Tzu Chi, dia dapat menginspirasi banyak orang sehingga kini di kecamatan tempat tinggalnya ada lebih dari seratus titik daur ulang. Bahkan, para warga suku asli pun tergerak. Para pemuka agama juga tersentuh. Saat kita menggelar upacara Waisak, dia juga mengundang mereka untuk hadir. Seorang relawan daur ulang Tzu Chi, Yang Yu-mei berusia 80-an tahun juga melakukan daur ulang bersamanya. Meski relawan ini pernah mengalami stroke, tetapi dia tetap meneladani Yue-hua.

"Sudahlah, tidak usah lakukan lagi." Begitulah perkataan mereka kepada saya karena saya sakit. Saya berkata pada diri sendiri jika saya sembuh, saya akan melanjutkan kegiatan ini.

Semangatnya dalam menyayangi Bumi dan keinginannya untuk membalas budi Tzu Chi sangatlah teguh. Bahkan, setelah mengalami stroke, dia tetap tidak melupakan kegiatan daur ulang. Di dunia ini, kita harus melakukan hal-hal yang bermakna berlandaskan cinta kasih. Dengan cinta kasih, kita membantu orang-orang yang membutuhkan. Semua ini berawal dari sebersit niat baik Yue-hua yang akhirnya menggugah orang orang di kampungnya baik tua maupun muda. Berkat dirinya, kini di sana telah ada lebih dari seratus titik daur ulang.

Melihat kontribusinya, saya sendiri juga merasa malu. Saya tidak sebanding dengan dirinya. Lihatlah, dia sangat memanfaatkan waktu dan tak hentinya bekerja keras sehingga orang-orang pun tersentuh. Terhadap teriknya matahari ataupun derasnya hujan, dia tidak gentar sedikit pun. Dia juga berkeliling naik turun gunung dengan begitu berani sehingga menginspirasi seorang relawan lansia yang juga tulus bersumbangsih bersamanya. Apa pun agamanya, baik Kristen Protestan maupun Katolik, Yue-hua menginspirasi mereka dan mendobrak pagar pembatas agama sehingga mereka dapat bersama-sama berpartisipasi dalam kegiatan daur ulang Tzu Chi. Bayangkan, saya sungguh merasa bersyukur dan terharu.

Inilah contoh teladan Bodhisatwa dunia. Kita harus percaya bahwa Bodhisatwa selalu merespons kala dibutuhkan. Asalkan kita berjalan di Jalan Bodhisatwa, maka semua orang akan dapat menjadi Bodhisatwa yang merespons mereka yang membutuhkan. Bagaimana kita bisa menyelamatkan dunia? Kita harus menjalankan praktik nyata. Dengan demikian, kita bisa membimbing dan menginspirasi lebih banyak orang. Orang seperti ini disebut Bodhisatwa. Menghindari kejahatan dan melakukan kebajikan, itulah Bodhisatwa.

Kita juga melihat relawan Tzu Chi dari Jermanmenyalurkan bantuan setelah Italia dilanda gempa. Mereka menempuh perjalanan jauh dari Jerman untuk bergabung dengan relawan setempat dan meninjau kondisi bencana. Ada juga seorang pastor yang ikut menjadi relawan. Di daerah bencana, mereka harus berjalan kaki untuk meninjau dan mengumpulkan data tentang kondisi yang ada.

Para relawan Tzu Chi di Jerman juga menggelar sebuah pertunjukan amal dan menjelaskan kondisi di Italia untuk membangkitkan cinta kasih orang-orang agar himpunan tetes demi tetes cinta kasih dari setiap orang dapat menjadi sebuah kekuatan yang dapat membantu Italia. Dalam pertunjukan amal tersebut, mereka juga mengajak orang-orang untuk berdoa. Sungguh, kita harus mawas diri dan berhati tulus. Kita telah melihat rentannya bumi ini dan tidak kekalnya kehidupan ini. Kita harus mengingatkan diri sendiri.

Singkat kata, saat berada dalam kondisi aman dan tenteram, kita harus bersyukur. Dilandasi rasa syukur ini, kita harus membangkitkan cinta kasih untuk berbuat baik demi menciptakan berkah dan melenyapkan bencana. Jika setiap orang dapat menciptakan berkah, maka bencana niscaya akan berkurang.

Tetap bersemangat dan tak gentar terhadap penyakit

Menginspirasi warga sekampung untuk turut menyelamatkan Bumi

Membawa harapan dengan bantuan pascabencana

Membangkitkan cinta kasih untuk menciptakan berkah

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 03  September 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 06 September 2016

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -