Ceramah Master Cheng Yen: Membimbing Umat Manusia dengan Dharma


“Nama saya Timothy Athanasios,
Liu Hanxiang, saya adalah Kepala SD Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Indonesia. Saya juga seorang Kristen dan seorang pendeta. Tidak pernah terpikirkan dalam hidup saya bahwa saya boleh menjadi insan Tzu Chi bahkan boleh berdiri di hadapan Shangren. Sebagai murid saya sangat terharu karena saat ini mendapatkan kesempatan untuk dilantik menjadi relawan Komite Tzu Chi. Shangren mengatakan bahwa semua agama yang benar pasti mengajarkan kebenaran dan cinta kasih. Jika pikiran kita besar, maka perbedaan akan menjadi kecil, tapi jika pikiran kita kecil maka perbedaan akan dibesar-besarkan,” kata Timothy Athanasios Kepala SD Cinta Kasih Tzu Chi, Indonesia.

Bodhisatwa sekalian, nilai-nilai Tzu Chi adalah prinsip kebenaran yang selaras dengan ajaran berbagai agama. Kita harus membimbing orang-orang agar tidak berjalan menyimpang. Kita hendaknya menginspirasi anak-anak untuk berjalan di jalan yang benar dan lapang. Jadi, inilah yang ingin kita capai bersama-sama. Tidak peduli agama apa pun yang dianut, kita semua berpegang pada ajaran benar.  

Saya berharap insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat membagikan pandangan benar kepada anak-anak dan membimbing mereka untuk berjalan di jalan yang benar dan lapang. Ini sangatlah penting. Saya sangat bersyukur kita telah berjalan di arah yang sama, yakni bersumbangsih di tengah masyarakat sebagai Bodhisatwa dunia. Kita telah bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia dengan tekun dan bersemangat di negara masing-masing.

Dari tahun ke tahun, para relawan senior terus mendampingi relawan baru agar mereka lebih memahami Tzu Chi dan dapat bekerja sama dengan harmonis. Contohnya Vietnam. Makin banyak orang di sana yang bergabung dengan kita. Ini semua berkat kalian yang telah menginspirasi semua orang dengan cinta kasih yang tulus. Yang paling penting dan membuat saya merasa sukacita ialah kalian telah mempelajari Dharma dengan tekun dan bersemangat. Dharma bersifat abadi, sedangkan hidup manusia tidak kekal.  


Waktu terus berlalu tanpa henti. Usia kehidupan kita juga terus berkurang. Karena itu, yang paling penting bagi kita ialah menyerap Dharma ke dalam hati. Selain itu, kita juga harus sepaham. Ketika kalian membagikan cerita, Ketika kalian membagikan cerita, kami semua mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Dengan menyerap semua perkataan kalian, kami dapat memahami hal-hal yang disampaikan.  Kita telah mendengarkan cerita relawan kita dari Kanada dan Hong Kong. Kita juga melihat perkebunan di Kanada.  Ketika saya berada di Taipei, orang yang menyumbangkan lahan mengunjungi saya.  

“Meski kami tidak bergabung di Tzu Chi, tetapi kami mengetahui bahwa Tzu Chi adalah sebuah organisasi amal yang melakukan kebajikan dengan langkah yang mantap. Ini yang pertama. Yang kedua, kami memiliki lahan tersebut, tetapi tidak memanfaatkannya. Pada bulan April tahun ini, kami melihat para relawan memanfaatkan lahan ini dengan sangat baik. Saya dan suami saya pun merasa kami telah membuat keputusan yang tepat. Para relawan Tzu Chi benar-benar mengembangkan lahan ini dengan baik sehingga dapat membawa manfaat besar bagi masyarakat. Terima kasih, Relawan sekalian. Terima kasih, Master,” kata Ibu Zang Ye-hua.

Saya tidak mengenal Bapak Shao ketika beliau menyumbangkan lahan untuk Tzu Chi. Beliau sangat rendah hati dan sederhana. Beliau juga tidak banyak berbicara. Intinya, kehidupan dan tekad mereka selaras dengan Dharma. Daripada membiarkan ladang tersebut terbengkalai, mereka memilih untuk memercayakannya kepada Tzu Chi. Mereka percaya terhadap Tzu Chi dan mengakui apa yang telah dilakukan insan Tzu Chi sehingga menyumbangkan lahan seluas itu kepada Tzu Chi.  Intinya, mereka percaya bahwa kita dapat memanfaatkan lahan tersebut dengan sebaik-baiknya. Jadi, kita tidak memiliki hak milik atas kehidupan ini, hanya memiliki hak pakai.


Saya benar-benar berharap para relawan di Kanada dapat membuat perencanaan tentang pemanfaatan lahan tersebut untuk membawa manfaat bagi semua orang. Mari kita bekerja sama untuk menciptakan nilai terbesar dari lahan tersebut. Inilah cara kita menciptakan pahala. Kita harus menguras pikiran untuk menciptakan pahala. Setelah menerima lahan dari Bapak Shao, kita harus bertekad untuk menggarap dan memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Saya berharap kalian dapat melakukannya.  

Bapak Shao telah menyumbangkan lahan dengan tulus. Kita hendaknya menggarap lahan tersebut dan memanfaatkannya dengan baik. Pahala ini akan bertahan hingga selamanya. Intinya, kita memiliki hak pakai atas kehidupan ini. Kita hendaknya memanfaatkannya untuk mengembangkan nilai kehidupan.  Untuk itu, kita harus menghimpun kekuatan semua orang.  

Saya sering mengatakan bahwa kita harus menyatukan hati. Nilai terbesar Tzu Chi terletak pada para insan Tzu Chi di seluruh dunia yang menghimpun cinta kasih untuk bersumbangsih bersama. Apa tujuan kita bersumbangsih bersama? Untuk membawa manfaat bagi semua makhluk. Buddha datang ke dunia ini dengan satu tujuan utama, yakni mengajarkan praktik Bodhisatwa. Bodhisatwa harus menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Ada banyak orang yang hidup di dunia dan setiap orang memiliki pengetahuan. Namun, apakah ini bermanfaat bagi masyarakat? Tidak selalu demikian.


Dengan berpengetahuan tinggi, masyarakat menjadi penuh perhitungan dan mempermasalahkan hal-hal sepele sehingga kerap menimbulkan konflik. Inilah penyebab konflik antarmanusia makin lama makin banyak. Sebagai insan Tzu Chi, kita harus memikul tanggung jawab untuk membuka dan melapangkan hati orang-orang. Ini membutuhkan Dharma. Banyak orang yang mengubah pandangan mereka terhadap kehidupan setelah sering mendengarkan Dharma. Jadi, saya sungguh lega.

Beruntung, selama empat hingga lima puluh tahun terakhir, kita telah menginspirasi satu sama lain dengan ajaran Tzu Chi. Intinya, ajaran Buddha dapat membuka pikiran orang-orang dan setiap insan Tzu Chi berjuang menjernihkan hati manusia dengan membagikan prinsip kebenaran. Jadi, saya mengatakan bahwa Tzu Chi benar-benar telah membawa manfaat besar bagi dunia ini.      

Membina para pelajar untuk menapaki Jalan Kebenaran  
Tidak membeda-bedakan agama dan melatih diri bersama  
Membuka pintu hati dan membimbing orang-orang dengan Dharma  
Mengajak lebih banyak orang untuk menghimpun cinta kasih  

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 13 Desember 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 15 Desember 2023
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -