Ceramah Master Cheng Yen: Membina Benih Kebajikan dan Menjalin Jodoh Baik


“Hari ini, saya ingin berbagi kisah tentang ‘malaikat tak bersayap’ yang tidak pernah menyerah. Xin-an adalah seorang siswa dengan retardasi mental tingkat sedang. Saat belajar di sekolah menengah luar biasa, dia sering berdiri di luar kelas dan melihat grup dansa balai riung. Ini menarik perhatian gurunya. Setelah melalui upaya yang keras, dia dan pasangan tarinya yang bernama Ying-yu menjadi pasangan tari yang penuh keharmonisan. Xin-an juga dengan penuh cinta kasih mengikuti gurunya untuk pergi mengajar di berbagai kelas luar biasa. Saat ini, dia telah menjadi generasi kedua guru tari yang penuh cinta kasih,”
kata Zheng You-fen relawan Tzu Chi.

“Saya tahu bahwa ekonomi keluarga saya kurang dan kami berbeda dengan yang lainnya. Dua tahun yang lalu, ibu saya harus dirawat di ruang perawatan intensif pernapasan dan tidak bisa keluar dari rumah sakit. Ayah saya telah meninggal tahun lalu. Kakak saya juga sebelumnya telah dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama dan meninggal 2 tahun yang lalu. Di rumah hanya tersisa saya sendiri,” kata Huang Xin-an penerima beasiswa Tzu Chi.

“Dalam beberapa tahun ini, saat saya merasa tidak berdaya, Tzu Chi selalu mengulurkan tangan untuk membantu. Saya sangat bersyukur karena ada seseorang berharga dalam hidup saya, yaitu Ibu Guru Zhong Pei-jun. Beliau selalu berkata bahwa beliau memperlakukan kami sama seperti siswa lainnya dan tidak ada perbedaan. Jadi, jika orang lain bisa melakukannya, kami juga harus bisa,” lanjut Huang Xin-an.

“Berkat kesungguhan hati Bu Guru Pei, saya bisa menari dengan baik dan mendapatkan banyak penghargaan. Meski Bu Guru Pei sakit dan sementara tidak dapat mengajar, saya harus tetap berlatih dengan tekun dan berharap Bu Guru cepat sembuh sehingga dapat mengajar kami Kembali,” pungkas Huang Xin-an.

Setiap orang dilahirkan dengan bakat masing-masing. Selama kita sepenuh hati dan memiliki cinta kasih, apa yang seharusnya dicapai akan tercapai. Hati anak-anak ini sangat murni dan mereka sangat polos. Ketika melihat mereka, orang-orang akan merasa senang. Sungguh, hendaknya kita mengembangkan cinta kasih yang tulus untuk melindungi mereka.

Saya melihat anak-anak ini sebagai Bodhisatwa karena hati mereka yang murni. Saat melatih diri, tidak ada yang kita cari selain kembali pada hakikat sejati yang juga merupakan hati yang murni. Sama prinsipnya dengan ini. Oleh karena itu, melihat mereka benar-benar membuat hati tersentuh.


Hendaknya kita lebih sering memperhatikan mereka. Mereka tidak memiliki sifat kompetitif dengan orang-orang di dunia ini. Mereka hanya memiliki hati yang murni dan bergantung pada bakat yang mereka miliki. Kemampuan yang mereka miliki dapat disebut sebagai potensi bajik tanpa adanya sifat kompetitif. Potensi tanpa sifat kompetitif ini harus kita puji. Mereka sangatlah berbakat. Melihat mereka membuat hati setiap orang bahagia.

Terima kasih, Bodhisatwa sekalian. Anda dan saya telah berperan dengan sangat baik di panggung dunia ini. Saya juga memiliki peran. Peran yang saya mainkan ialah membabarkan Dharma di dunia. Saya memainkan peran ini dengan sungguh-sungguh. Saya menerima ajaran Buddha dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.

Buddha mengajari saya bagaimana melatih diri dan membimbing saya untuk melihat bahwa semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Lihatlah, bukankah semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan? Dengan hakikat kebuddhaan ini, Anda dan saya dapat bersatu hati dan menapaki jalan yang sama, yaitu Jalan Bodhisatwa.

Hendaknya kita saling memperhatikan dan mengasihi satu sama lain. Lihatlah Ibu Pei yang telah mengasihi anak-anak dengan ketulusan dan kesabaran. Berkat adanya guru seperti ini, anak-anak memiliki sandaran batin. Hendaknya kita mendoakan guru tersebut.


Kita telah melihat bakat anak-anak ini, mendengar kisah mereka, dan melihat hasil dari usaha mereka. Kisah mereka telah menyemangati banyak orang. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Contohnya saya. Saya tidak bisa membuat tembikar dan tidak bisa bermain biola. Bayangkanlah, saya memiliki banyak kekurangan. Apa yang dapat saya lakukan? Untungnya, saya memiliki kelebihan, yaitu jalinan jodoh yang baik.

Pada kehidupan lampau, saya telah menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Pada kehidupan saat ini, saya memiliki jalinan jodoh yang baik untuk dapat bertemu dengan guru saya. Guru saya mengajarkan tentang bekerja demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk, saya berfokus untuk menjadi murid Buddha yang baik. Inilah bekerja demi ajaran Buddha.

Untuk bekerja demi semua makhluk, Guru memberi tahu saya untuk mengasihi semua orang yang saya temui. Oleh karena itu, saya tidak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan etnis atau negaranya. Saya mengasihi semua orang. Inilah yang disebut patuh dan menerima ajaran. Apa yang guru saya ajarkan, akan saya praktikkan dengan sungguh-sungguh.

Ketika orang lain melihat saya, semuanya bersikap hormat dan berterima kasih. Begitulah jalinan jodoh baik yang saya miliki. Ketika semua orang saling mengasihi dan menghormati, dunia ini akan penuh dengan keharmonisan. Dalam kehidupan ini, saya telah membina cinta kasih dan menabur benih kebajikan. Saya percaya bahwa benih kebajikan yang saya taburkan ini akan terus saya bawa hingga kehidupan selanjutnya.


Bodhisatwa sekalian, saya menyebut kalian sebagai Bodhisatwa karena kebajikan yang kalian miliki. Hendaknya kita memelihara benih yang baik hingga matang. Dengan arah kehidupan yang benar, kita dapat memelihara benih ini hingga matang. Tentu saja, kita harus menjalin banyak jodoh baik. Selama orang lain memiliki jalinan jodoh dengan kita, kita harus bersumbangsih dengan cinta kasih untuk mendampingi dan merawat mereka.

Hari ini, saya melihat beberapa relawan muda. Atas dasar cinta kasih, kalian menyemangati mereka untuk menunjukkan bakat mereka kepada saya. Ini juga disebut dengan membina jalinan jodoh baik dengan membawa mereka ke hadapan saya. Jika tidak, saya tidak akan mengenal mereka selamanya dan mereka pun tidak akan mengenal saya. Dengan begitu, tidak ada jalinan jodoh yang terbentuk. Ketika melihat mereka, saya merasa sangat mengasihi mereka.

Saya berharap jalinan jodoh ini akan berlanjut dari kehidupan ke kehidupan. Dengan keterbatasan yang mereka miliki, pendampingan yang kalian berikan dan bimbingan dari orang tua mereka akan membuat mereka mampu berperan dengan baik di panggung kehidupan masa depan. 

Melindungi anak-anak dengan cinta kasih dan ketulusan
Kembali pada hakikat sejati yang seperti hati anak kecil
Bertindak sesuai ajaran dan mengembangkan benih kebajikan
Menjalin jodoh baik dengan semangat welas asih Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 30 Juli 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 01 Agustus 2024
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -