Ceramah Master Cheng Yen: Membina Berkah dan Kebijaksanaan dengan Dharma
“Master Cheng Yen berkata bahwa kita harus menggunakan sepasang tangan kita yang sedang bertepuk tangan untuk melakukan daur ulang. Setelah mendengarnya, saya mulai dari membuka titik daur ulang, kemudian berkembang menjadi posko daur ulang. Tidak peduli apa pun yang kita lakukan, ketika ada orang mengunjungi kantor perwakilan kita, kita harus memperlakukan mereka dengan hati yang tulus,” petikan wawancara Huang Wei Min, relawan Tzu Chi.
Waktu membantu kita mencapai banyak hal. Seiring berjalannya waktu, pengetahuan kita menjadi bertambah. Karena waktu terus berlalu, maka pengetahuan kita terus terakumulasi mejadi kebijaksanaan. Karena waktu terus berlalu, maka kita harus memanfaatkan waktu dengan baik. Waktu seperti air yang mengalir. Ketika kita mencuci sesuatu dengan air, meski airnya akan mengalir dan berlalu, tetapi barangnya sudah bersih. Meski waktu terus berlalu, tetapi jika kita memanfaatkan waktu untuk menyerap Dharma di dalam hati, maka jiwa kebijaksanaan kita akan bertumbuh. Karena itu, kita harus lebih bersungguh hati.
Jika kita menerapkan ajaran Buddha dalam keseharian dan dapat menerima, mendengar, serta memanfaatkan ajaran Buddha sepanjang hidup kita, kita akan dapat mengubah tabiat buruk kita. Dharma bagaikan air. Dengan air yang terus mengalir, kita dapat membersihkan barang yang kita gunakan setiap hari. Begitu pula dengan hati kita. Kita harus melenyapkan noda batin kita. Apakah kita memiliki banyak pikiran pengganggu? Ya, tentu saja.
Ketika memiliki noda batin, kita harus membersihkannya dengan air Dharma. Kita harus segera melenyapkan noda dan kegelapan batin. Kita harus segera mengikis jodoh buruk dan sungguh-sungguh memanfaatkan jalinan jodoh baik. Dalam interaksi antarsesama, kita akan berhubungan dengan banyak hal. Kita harus menyaring hal yang baik dan buruk. Hal yang buruk harus kita lepaskan. Hal yang baik kita transformasikan menjadi kebijaksanaan kita. Dengan demikian, semua ini akan terakumulasi dalam ingatan kita.
Saya teringat bahwa pada Januari 2001, terjadi gempa berkekuatan besar di El Salvador. Insan Tzu Chi segera pergi ke sana untuk memberikan bantuan darurat. Selain memberikan bantuan darurat, Tzu Chi juga membangun rumah di tanah yang disediakan oleh Pemerintah di dua desa dengan jumlah penerima lebih dari seribu keluarga. Begitulah Tzu Chi memulai misi dan memiliki benih di El Salvador.
Dua relawan dari Amerika Serikat pergi ke sana untuk mengemban tanggung jawab dan menginspirasi orang-orang di sana. Ketika ada bencana badai, orang-orang di desa akan bekerja sama untuk menyediakan makanan hangat. Mereka akan mendorong satu sama lain untuk mengumpulkan bahan makanan guna membuat makanan hangat bagi korban bencana. Begitulah sesama warga saling menjaga. Kita juga membantu mereka membangun sekolah.
Tahun lalu, Lϋ Rong kembali dari Amerika Serikat dan memberi laporan pada saya. Dia berkata bahwa citra pendidikan anak-anak di El Salvador sangat baik. Murid-murid SD itu terlihat sangat rapi dengan pakaian seragam mereka. Melihat anak-anak dididik dengan sangat baik, saya sangat gembira. Murid-murid SD itu terlihat sangat rapi dengan pakaian seragam mereka. Guru-guru juga sangat bersungguh hati dalam mendidik mereka.
Meski kita sangat jarang berinteraksi dengan mereka, tetapi mereka tetap sangat berterima kasih atas bantuan Tzu Chi. Seluruh desa dijaga dengan sangat bersih. Mereka mencintai desa itu dengan penuh rasa syukur. Namun, ada sebagian rumah yang sudah tua dan warga tidak mampu memperbaikinya. Ketika turun hujan, rumah itu akan bocor. Apa yang mereka lakukan? Insan Tzu Chi bertanya kepada mereka, "Apakah kalian ingin membantu sesama warga desa?" Kemudian, relawan berbagi tentang kisah orang yang menyisihkan segenggam demi segenggam beras untuk membantu orang yang lebih membutuhkan.
Jadi, mereka bisa saling membantu dengan mengumpulkan uang untuk memperbaiki atap rumah. Setelah mendengarnya, mereka pun mulai menghemat uang 3 dolar AS setiap bulan. Uang yang terkumpul dari seratus orang lebih bisa memperbaiki atap puluhan rumah dan membuat mereka yang hidup sebatang kara memiliki tempat tinggal yang layak. Beginilah kita meringankan penderitaan orang lewat berbagi Dharma.
Ketika orang-orang mengalami kesulitan, kita bekerja sama untuk memberikan sandaran yang aman bagi mereka. Seperti itulah prinsip kebenaran. Kita harus belajar Dharma dan mempraktikkannya di mana pun berada. Setelah belajar, kita akan memperoleh pemahaman dan tahu cara apa yang harus digunakan untuk membantu orang. Setelah para relawan memberi petunjuk, para warga terinspirasi dan melakukan tindakan nyata. Semua orang menghimpun kekuatan untuk melakukan hal ini. Seperti inilah semua orang bekerja sama.
Motivasi ini berasal dari pemahaman yang diperoleh dari mendengar Dharma dan menerapkannya dalam keseharian. Para relawan menangani masalah dengan menggunakan Dharma. Ini adalah sesuatu yang sederhana. Namun, ini juga merupakan sebuah jalan. Jadi, untuk membina berkah, kita harus terjun ke tengah masyarakat dan menjalin jodoh baik dengan orang-orang.
Menjalin jodoh baik berarti membina berkah. Membimbing dan menginspirasi orang untuk menciptakan berkah disebut membina berkah. Dengan membina berkah, berarti kita sedang menuju ke Jalan Bodhi. Kita sedang menuju ke arah pelatihan yang benar. Kita mengerti untuk terjun ke tengah masyarakat guna membawa manfaat bagi semua makhluk serta membimbing dan menginspirasi semua makhluk untuk membawa manfaat bagi orang lain lewat Empat Metode Pendekatan, yaitu berdana, tutur kata penuh kasih, tindakan bermanfaat, dan kebersamaan. Ini adalah hal yang benar untuk dilakukan.
Saudara sekalian, kita harus melakukan apa yang sudah kita pelajari. Inilah Dharma yang sesungguhnya. Saya berharap semua orang memahami dengan jelas pengetahuan dan pandangan Buddha serta menerapkannya dalam keseharian. Kita harus lebih bersungguh hati.
Menggunakan air Dharma untuk membersihkan batin
Jalinan jodoh mendukung penyebaran benih kebajikan
Membimbing semua makhluk untuk membawa manfaat bagi orang lain
Warga desa bekerja sama untuk memperbaiki atap rumah
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 5 Agustus 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Lilie