Ceramah Master Cheng Yen: Membina Berkah dan Kebijaksanaan dengan Melindungi Cinta Kasih
“Kali ini, ada relawan dari lima negara. Saya sangat bersyukur atas dukungan setiap orang untuk baksos kesehatan kali ini,” kata Xie Ming-xun, relawan Tzu Chi Kamboja.
“Anggota TIMA dari lima negara, yakni Kamboja, Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan, serta para relawan turut berpartisipasi dalam baksos kesehatan TYDA ini,” ujar Huang Si-cheng, Wakil kepala RS Tzu Chi Taipei.
“Kami sangat gembira bisa bekerja sama dengan TIMA. Kami berharap lain kali, kami bisa berkolaborasi dengan Tzu Chi lagi,” tambah Xie Ming-xun, relawan Tzu Chi Kamboja.
Anggota TIMA dari lima negara telah mengikuti baksos selama dua hari di Kamboja. Pasien yang mereka tangani dalam baksos berjumlah lebih dari 3.480 orang. Membahas tentang Kamboja, kita memiliki banyak kenangan di sana. Lebih dari 20 tahun yang lalu, insan Tzu Chi pergi ke Kamboja. Setiap kali pergi ke sana, kita merasa sangat tegang. Di depan kendaraan kita selalu ada tank yang melindungi kita. Saat itu, setiap langkah harus hati-hati karena ranjau tersebar di mana-mana. Karena itulah, saat itu kita sering melihat orang yang mengalami keterbatasan fisik.
Negara itu begitu berbahaya, mengapa relawan kita masih berulang kali pergi ke sana? Karena warga setempat sangat kekurangan. Dalam salah satu pembagian bantuan, seorang ibu datang mengambil beras dengan menggendong anak di punggungnya. Anak yang digendongnya telah meninggal dunia. Orang-orang yang melihatnya berkata padanya, “Anakmu sudah meninggal dunia.” Dia berkata, “Saya tahu. Namun, jika saya tidak datang mengambil sekarung beras ini, di rumah saya masih ada enam anak yang akan mati kelaparan.”
Bayangkanlah, betapa memilukannya kondisi mereka. Hidup mereka sangat menderita dan membuat orang pilu melihatnya. Demikianlah penderitaan yang bisa kita lihat saat itu. Pada saat itu jugalah, kita membantu sebuah sekolah Tionghoa membangun ruang kelas. Sekolah Tionghoa tersebut kini memiliki lebih dari 700 murid. Dalam baksos kesehatan kali ini, murid-murid dari sekolah tersebut juga membantu menerjemahkan.
Beruntung, saat itu, kita membantu sekolah tersebut membangun ruang kelas. Saat para dokter dari berbagai negara yang berbahasa Mandarin pergi ke sana, bagaimana mereka berkomunikasi dengan pasien? Bagaimana mereka mengatasi kendala bahasa? Jadi, lebih dari 20 tahun yang lalu, kita menggenggam kesempatan untuk membantu sekolah tersebut. Saat itu, warga setempat sudah membutuhkan bantuan medis. Kini, mereka semakin membutuhkannya.
Upah warga kurang mampu tidak tinggi. Setiap kali memeriksakan diri ke dokter, dibutuhkan biaya paling sedikit 8 hingga 15 dolar AS. Itu hanya untuk mendapatkan obat. Karena itu, warga setempat tidak berani memeriksakan diri ke dokter. Saat menderita karena jatuh sakit, sebagian besar warga membeli obat bebas. Bahkan, ada yang tidak punya uang untuk membeli obat bebas. Sungguh menderita. Jadi, dibutuhkan adanya baksos kesehatan. Tahun ini, lebih dari 200 relawan dari lima negara berpartisipasi dalam baksos kesehatan di sana. Setelah tiba di sana, relawan kita segera membersihkan lokasi baksos.
“Kami sedang melakukan desinfeksi. Yang terpenting adalah kebersihan. Jadi, kami harus membersihkan semuanya,” kata Huang Si-cheng, Wakil kepala RS Tzu Chi Taipei.
“Kami harus mengeluarkan semua sampah dan membersihkan tempat ini. Kami harus mengubahnya menjadi tempat yang layak untuk mengobati pasien,” ujar Chan Sophors, Ketua Koordinator TYDA.
Lokasi baksos terlihat sangat bersih. Anggota TIMA bukan hanya terdiri atas dokter, tetapi juga ada teknisi listrik dan leding. Kita memiliki relawan dari berbagai profesi. Dengan kerja sama tim, mereka bahkan bisa meningkatkan perlengkapan medis menjadi perlengkapan medis portabel. Dalam baksos selama dua hari ini, lebih dari 3.000 pasien datang berobat.
“Saya sungguh sangat ingin berobat, tetapi saat datang ke sini, saya sangat tegang dan takut karena belum pernah menjalani operasi,” ungkap Zheng Xue-ran, seorang pasien.
“Seorang tenaga medis bukan hanya bisa menjalankan operasi bagi pasien, tetapi juga bisa menenangkan dan menghibur mereka,” tutur dr. Huang Chun-qing, anggota TIMA Singapura.
Mereka melindungi pasien dengan cinta kasih dan berbicara pada pasien dengan lemah lembut. Lihatlah, di tengah cuaca yang panas dan lingkungan yang sederhana, mereka bisa memperhatikan dan membantu pasien. Inilah rasa empati. Lewat ajaran Buddha, kita memahami bahwa semua makhluk memiliki welas asih dan kebijaksanaan yang setara dengan Buddha. Jiwa kebijaksanaan akan bertahan selamanya. Setiap orang memiliki kebijaksanaan yang setara dengan Buddha. Asalkan memiliki keyakinan dan pemahaman yang mendalam, maka secara alami, kita akan mengembangkan cinta kasih universal dan berempati pada orang lain.
Dengan turut merasakan penderitaan orang lain, welas asih agung kita akan terbangkitkan. Karena itulah, kita berdana dan menjalankan sila. Para relawan dari lima negara bekerja sama menjalankan misi dengan tertib di Kamboja. Citra kita telah meyakinkan orang-orang. Setiap kali melihat sumbangsih relawan kita, hati saya dipenuhi rasa syukur. Saya sangat tersentuh dan bersyukur kepada mereka semua.
Selain itu, melihat begitu banyak orang yang menderita, kita semakin terinspirasi untuk tekun dan bersemangat melatih diri. Tekad kita untuk membina berkah dan kebijaksanaan juga semakin teguh. Inilah yang harus kita lakukan. Saya sungguh sangat bersyukur. Saya juga sangat tersentuh oleh mereka yang datang untuk membantu menerjemahkan.
Mendengar bahwa ada begitu banyak orang yang membantu menerjemahkan, saya semakin bersyukur pada lebih dari 20 tahun yang lalu, kita membantu pembangunan ruang kelas sebuah sekolah di Kamboja sehingga murid-murid di sana bisa mempelajari bahasa Mandarin. Tanpa semua itu, baksos kesehatan kali ini akan menghadapi berbagai kesulitan karena kendala bahasa seperti sebelumnya. Jadi, kita harus menggenggam setiap kesempatan untuk berbuat kebaikan karena semuanya saling berkaitan.
Bekerja sama untuk mengadakan baksos
Membersihkan dan mempersiapkan lokasi baksos
Membina berkah dan kebijaksanaan dengan melindungi cinta kasih
Meneruskan jalinan jodoh dengan sebuah sekolah di Kamboja
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Maret 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 21 Maret 2018