Ceramah Master Cheng Yen: Membina Berkah dan Kebijaksanaan serta Menghimpun Cahaya


“Ibu saya meninggal dunia pada tahun 1992. Tiga hari sebelum meninggal dunia, beliau mengatakan sesuatu yang membuat saya sangat tergugah. Beliau berkata, ‘Seumur hidup, saya bekerja keras dan hidup hemat. Demi keluarga kita, saya mengorbankan kehidupan dan waktu saya. Saya bekerja keras untuk menafkahi keluarga hingga kini memiliki tabungan. Namun, saya malah sakit berat.’ Beliau menghela napas dan berkata, ‘Meski memberikan semua uang saya kepada dokter, dokter pun tidak dapat menyelamatkan nyawa saya dan menyembuhkan penyakit saya.’ Ucapannya ini membuat saya sangat tergugah,”
kata Huang Xiu-yan relawan Tzu Chi.

“Karena itu, seusai pemakaman ibu saya, saya berkata kepada komite pembimbing saya bahwa saya ingin berbuat baik bersamanya dan menjadi anggota komite Tzu Chi. Saya sangat menyukai apa yang saya lakukan. Setelah melihat begitu banyak usia tua, sakit, dan kematian, saya menjadi berpikiran terbuka dan dapat mengurangi kemelekatan. Adakalanya, kita tidak menyadari bahwa kita melekat pada sesuatu,” pungkas Huang Xiu-yan.

Saya berulang kali berkata bahwa kita hendaknya lebih bersungguh hati terhadap empat fase dari tiga fenomena, yakni terbentuk, berlangsung, rusak, hancur; lahir, tua, sakit, mati; timbul, berlangsung, berubah, lenyap. Pikiran mengalami fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap. Bisakah kita mempertahankan sebersit pikiran? Dengan menilik diri sendiri, kita akan mendapati bahwa pikiran dapat jauh mengembara.

Saya berharap kita semua dapat menjaga pikiran dengan baik. Selain itu, kita juga harus memotivasi diri sendiri. Untuk menginspirasi orang lain, dibutuhkan kisah yang menyentuh. Semangkuk nasi saja bisa membuat orang yang menderita merasa puas. Yang mereka inginkan tidaklah banyak. Apakah kita sudah puas dengan apa yang kita miliki? Belum. Ketamakan inilah yang menyebabkan kemiskinan.


Belakangan ini, saya sering berkata bahwa jika guratan pada aksara Mandarin "miskin" dikurangi, maka terbentuklah aksara "tamak". Jadi, orang yang tamak akan selalu merasa kekurangan. Ada orang yang berkata, "Saya sangat kaya." Mereka terus membahas tentang banyaknya perusahaan mereka. Setelah mendengarkan mereka, saya bertanya, "Apakah kalian sudah puas dengan kondisi sekarang?" Mereka selalu menjawab bahwa mereka belum puas dan akan terus mengembangkan bisnis mereka. Cukup melelahkan jika terus mendengar hal seperti ini. Orang yang bercerita sangat antusias, tetapi yang mendengarkan mungkin sangat lelah.

Saya selalu berharap orang kaya dapat menolong orang kurang mampu yang jumlahnya begitu banyak. Dengan mendonasikan sedikit uang mereka, mereka dapat menolong banyak orang. Bodhisatwa sekalian, yang paling kita butuhkan ialah ketulusan semua orang. Mari kita membangkitkan ketulusan yang sama.

Kita bukan hanya tulus untuk memohon sesuatu, seperti ketenteraman. Kita tidak akan memperoleh apa pun dengan memohon. Jika ingin dipenuhi berkah, kita harus menciptakan berkah. Kita menciptakan berkah dengan terus bersumbangsih. Kita mengakumulasi kekuatan ketulusan, lalu beranjali. Saat beranjali, kita menyatukan kedua telapak tangan dengan ketulusan penuh. Setiap orang beranjali.

Dengan segenggam beras di setiap tangan orang-orang, berapa banyak beras yang akan terhimpun? Relawan kita sangatlah bijaksana. Kepada warga yang tidak membawa beras, relawan kita berkata, "Ambillah segenggam beras dari sini dan masukkan ke dalam toples ini." Saya sangat kagum kepada insan Tzu Chi Malaysia dan Singapura yang memulai misi Tzu Chi di Nepal.


Lihatlah bagaimana mereka membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Mereka bukan hanya membina berkah, tetapi juga mengembangkan kebijaksanaan. Mereka berangkat ke Nepal serta membina berkah dan kebijaksanaan di sana. Mereka telah menjangkau tanah kelahiran Buddha. Apakah yang mereka lakukan di sana? Mereka bukan menyalurkan bantuan bencana, melainkan mengentaskan kemiskinan.

Bagaimana relawan kita menolong begitu banyak orang yang kekurangan di sana? Relawan kita mulai memikirkan cara agar anak-anak setempat dapat mengenyam pendidikan. Relawan kita tengah mencari solusi untuk menolong warga setempat. Kita berusaha untuk membimbing warga setempat agar mereka lebih tekun dan bekerja keras.

Kita hendaknya bertekad untuk menjadi Bodhisatwa dunia. Setiap orang dapat mencapai kebuddhaan dengan menapaki Jalan Bodhisatwa. Buddha terdapat di dalam hati setiap orang. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Setiap orang memiliki stupa Puncak Burung Nasar. Di manakah kita dapat menemukan Puncak Burung Nasar? Kita dapat berlatih di Puncak Burung Nasar sekarang juga karena Puncak Burung Nasar terdapat dalam batin sendiri.

Mari kita bersama-sama membina keluhuran. Stupa melambangkan keluhuran. Untuk membina keluhuran, kita harus melatih diri. Tinggi stupa melambangkan tingkat keluhuran seseorang. Saya berharap setiap orang dapat mengerahkan potensi kebajikan untuk menunjukkan penderitaan di dunia kepada semua orang dan berusaha untuk membentangkan jalan agar orang-orang dapat menapaki Jalan Bodhisatwa dan bersumbangsih bersama.


Cahaya yang samar pun, saat dihimpun bersama, akan menjadi cahaya cemerlang yang dapat menerangi orang-orang di sudut kegelapan dunia dan membuat mereka membuka pintu hati. Meski hanya cahaya yang samar seperti cahaya kunang-kunang, tetapi saat sekawanan kunang-kunang berhimpun, mereka dapat membawa kecemerlangan bagi dunia ini. Jadi, kita hendaknya menghimpun cahaya samar yang tak terhingga.

Himpunan segenggam demi segenggam beras bagaikan sebuah gunung kecil. Kita bisa melihat pemandangan seperti ini di Myanmar. Saya berharap orang-orang dapat menyaksikan video seperti ini dan saling berbagi pemahaman mereka. Dengan memperoleh pemahaman, mengingat pemandangan seperti ini di dalam hati, dan berbagi dengan orang-orang, ini disebut menyebarkan Dharma.

Berbagi sejarah dan kisah adalah menyebarkan Dharma. Ini dapat menginspirasi orang-orang. Selama lebih dari 50 tahun ini, saya sering membagikan kisah-kisah. Sungguh, penderitaan yang ekstrem juga merupakan materi untuk membimbing sesama. Kita juga harus membimbing orang yang hidup di tengah kenikmatan agar mereka tidak tersesat dan terpuruk. Kaya bukan jaminan tidak akan terjatuh ke neraka. Orang kaya sering kali mengejar kenikmatan hidup dan menciptakan banyak karma buruk. Itu juga merupakan sejenis krisis. Bagaimana mengubah krisis menjadi kesempatan?

Belakangan ini, saya sering mengulas tentang hal ini. Bagaimana menyucikan ruang? Kita harus menyucikan dunia terlebih dahulu. Untuk menyucikan dunia, kita harus menyucikan hati manusia. Singkat kata, saat semua orang memiliki kesatuan hati dan tekad, kekuatan yang terbentuk akan sangat besar. 

Menjaga kemurnian pikiran yang mengalami fase timbul, berlangsung, berubah, dan lenyap
Menghimpun cahaya samar dan memupuk pahala yang tak terhingga
Membimbing orang berbuat baik serta membina berkah dan kebijaksanaan
Tekun berlatih di Puncak Burung Nasar dalam batin sendiri

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 16 Juli 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 18 Juli 2023
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -