Ceramah Master Cheng Yen: Membina Bodhisatwa Setempat

Saat ini, setiap orang memiliki tanggung jawab. Setiap orang hendaknya memikul tanggung jawab untuk mengulurkan tangan bagi orang-orang yang dilanda bencana. Ketenteraman berasal dari pikiran manusia. Jika pikiran manusia tidak selaras, bagaimana empat unsur alam bisa selaras? Empat unsur alam juga dipengaruhi oleh kekuatan karma orang-orang.

Ketamakan, kebencian, dan kebodohan akan timbul jika pikiran kita bergejolak. Akibat pikiran manusia yang bergejolak, hubungan antarmanusia menjadi tidak harmonis dan tidak damai. Pikirkanlah, bagaimana iklim bisa bersahabat? Karena itulah, saya sering berkata bahwa setiap orang harus bertobat. Jika tidak bertobat, berdoa pun tidak ada gunanya.

Kita harus bertobat. Dengan bertobat dan berdoa pada saat yang sama, barulah kita dapat meredam bencana. Jadi, saat tidak dilanda bencana, kita harus bersyukur setiap waktu. Pada saat yang sama, kita juga harus tahu berpuas diri, menciptakan berkah, serta bertekad dan berikrar untuk bersumbangsih. Namun, membangun tekad sebesar apa pun, kekuatan satu orang tetap sangat kecil.

Contohnya Tzu Chi. Belakangan ini, saya sering berkata pada insan Tzu Chi bahwa Tzu Chi telah memasuki usia ke-55 tahun. Selama 55 tahun ini, sumber daya kita berasal dari akumulasi tetes demi tetes donasi banyak orang. Dimulai dari masa celengan bambu hingga kini, kita telah memberikan bantuan di lebih dari seratus negara dan wilayah dan telah memiliki insan Tzu Chi di 63 negara dan wilayah. Semakin luas insan Tzu Chi tersebar, semakin besar pula kekhawatiran saya. Namun, wilayah yang tidak ada insan Tzu Chi jauh lebih mengkhawatirkan.

 

Dalam kehidupan ini, setiap hal memiliki dua sisi. Wilayah yang memiliki insan Tzu Chi berkaitan dengan saya karena terdapat murid saya di sana. Ada murid yang bertekad untuk bersumbangsih, saya tentu akan memperhatikan mereka. Saat suatu wilayah dilanda bencana, saya langsung memikirkan keselamatan para insan Tzu Chi. Jadi, saya akan segera mencari tahu.

Berhubung mereka memiliki hubungan yang erat dengan saya, saya akan memperhatikan lebih banyak hal. Di wilayah yang tidak ada insan Tzu Chi, saya hanya bisa berkata, "Negara mana yang dekat dengan wilayah itu? Apakah kita memiliki relawan di sana? Apakah kita memiliki jalinan jodoh dengan wilayah tersebut?" Jika ada relawan dan jalinan jodoh, kita bisa segera memberikan bantuan. Bodhisatwa dapat menggarap ladang berkah di sana.

Asalkan ada sebutir benih yang ditabur, benih itu akan tumbuh menjadi tak terhingga. Asalkan dapat menjangkaunya, kita dapat menggarap ladang berkah. Menggarap ladang berkah berarti membawa Dharma ke sana dan menyebarkan semangat Tzu Chi. Dengan menyebarkan semangat Tzu Chi, kita bisa membina Bodhisatwa dunia di sana.

Bukankah orang-orang sering memohon kepada Bodhisatwa Avalokitesvara Berlengan dan Bermata Seribu yang memberikan bantuan saat ada yang membutuhkan? Jika di suatu tempat tidak ada Bodhisatwa, sulit untuk meminta bantuan. Setelah mengetahui bahwa ada orang yang membutuhkan bantuan, Bodhisatwa harus melakukan persiapan.

Untuk menjangkau orang yang membutuhkan, jarak yang harus ditempuh sangatlah jauh. Karena itu, saat hidup tenteram, kita harus menabur benih Bodhisatwa dan membina Bodhisatwa setempat. Karena itulah kita merekrut Bodhisatwa dunia. Dengan demikian, di mana pun orang yang membutuhkan berada, di sana ada Bodhisatwa setempat yang bisa bergerak untuk membantu.


Saya sering berkata, "Turut merasakan kepedihan orang lain." Mendengar bahwa orang lain terluka, kita turut merasakan kepedihan mereka. "Turut merasakan penderitaan orang lain." Mendengar bahwa suatu tempat dilanda bencana dan ada banyak orang yang kehilangan tempat tinggal, kita turut bersedih dan menderita. Jadi, kita turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain.

Berhubung hidup berdampingan dengan semua makhluk, kita harus memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan. Cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin yang sering kita bahas juga dilandasi oleh prinsip yang sama, yakni bisa berpikir di posisi orang lain dengan perasaan senasib dan sepenanggungan. Jadi, kita harus terus mengimbau orang-orang untuk bertekad dan berikrar menapaki Jalan Bodhisatwa bersama. Dengan demikian, barulah kita dapat meredam perubahan iklim.

Selain dapat meredam perubahan iklim, ini juga dapat memperbaiki hubungan antarmanusia menjadi harmonis dan bahagia. Untuk itu, dibutuhkan kesatuan hati, keharmonisan, sikap saling mengasihi, dan gotong royong. Semua orang harus membina kesatuan hati. Saat semua orang bersatu hati, barulah kita dapat membimbing orang lain.

“Kita harus memperbaiki pola pikir kita. Perlu diketahui bahwa kita menyisihkan beras demi menolong orang-orang yang menderita. Jangan hanya memikirkan diri sendiri. Kita harus mendoakan penerima beras ini hidup tenteram dan sehat. Saat menyisihkan beras, kita harus mendoakan mereka dengan cinta kasih,” tutur Su Jin-guo, relawan Tzu Chi.

“Melihat orang-orang menyumbangkan beras, saya sangat gembira. Ini patut dipelajari. Setelah pulang ke desa saya, saya juga akan berbagi dengan orang lain,” kata U Myint Lwin, relawan Tzu Chi.

“Semua orang sangat gembira. Melihat Tzu Chi mengantarkan beras-beras ini ke tangan orang yang membutuhkan, semua orang dipenuhi sukacita dalam Dharma,” ujar U Khin Tun, Ketua RT setempat.

 

Jadi, agar dunia terbebas dari bencana, pikiran manusia harus selaras terlebih dahulu. Jika diri sendiri tidak bertindak, bagaimana kita menyerukan kedamaian? Jadi, untuk membimbing orang lain, kita harus membimbing diri sendiri terlebih dahulu. Kita harus segera menyelaraskan pikiran kita. Jika orang lain tidak memiliki kesatuan hati dengan kita, kita harus menasihati diri sendiri untuk menyatukan hati dengannya.

Kita harus menciptakan berkah bersama dan menggandeng lebih banyak orang untuk berbuat baik. Mari kita bergandengan tangan untuk berbuat baik dan menciptakan berkah bersama. Inilah yang harus kita lakukan. Ini merupakan resep mujarab. Inilah ketulusan. Dengan tulus, kita mengasihi semua orang.

Dengan mengasihi orang-orang, akan tercipta keharmonisan. Dengan bersatu hati dan harmonis, barulah kita bisa saling mengasihi dan bergotong royong. Saya telah mengulas kata-kata ini beserta prinsip kebenarannya dengan jelas. Kata-kata ini bukan sekadar slogan. Ia harus dipraktikkan secara nyata.

Saya sering berkata bahwa Sutra menunjukkan jalan dan jalan harus dipraktikkan. Sesungguhnya, Sutra Buddha mengulas tentang jalan kebenaran. Insan Tzu Chi bukan hanya mengulas tentang jalan kebenaran ini, tetapi juga membuka jalan secara nyata. Kita membentangkan jalan dan membimbing orang-orang menapakinya. Kita membentangkan jalan yang rata agar orang-orang bisa menapakinya.

Bertobat terlebih dahulu sebelum berdoa
Saling mengasihi dan membimbing untuk menggarap ladang berkah
Menghimpun kekuatan kebajikan untuk melindungi alam semesta
Manusia hendaklah hidup berdampingan dengan alam

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 September 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 28 September 2020
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -