Ceramah Master Cheng Yen: Membina Cinta Kasih yang Mendalam dan Tak Berujung
“Dahulu, selama bertahun-tahun, baik di Kantor Cabang Tzu Chi Taichung, di Hualien, maupun dalam pembangunan RS Tzu Chi Dalin, penyaluran bantuan pascagempa 921, dan Proyek Harapan pascagempa 921, kita bisa melihat Kakak Lin Zhao-xiong mengambil foto. Dengan satu panggilan telepon saja, beliau pasti hadir. Kesigapannya dalam mengemban tanggung jawab membuat para relawan di Taichung memanggilnya ‘Papa Xiong’. Sekitar empat hingga lima tahun lalu, kesehatannya mulai bermasalah. Beliau tak bisa lagi memegang kamera dan perlu mengenakan alat bantu dengar. Ini membuatnya putus asa dan enggan keluar rumah. Tubuhnya menjadi kurus bagai tinggal tulang berbalut kulit,” kata Jiang Mei-fang relawan Tzu Chi.
“Saat melihatnya, saya merasa sangat tidak sampai hati. Karena itu, saya mengajak para relawan yang dahulu pernah menjalankan tugas bersama dan sangat dekat dengan Papa Xiong untuk mengunjunginya beberapa waktu sekali. Hanya mengunjunginya tidaklah cukup. Kami juga menggunakan ajaran Master dengan harapan ajaran Master dapat membantunya bangkit kembali dan memulihkan kesehatannya,” pungkas Jiang Mei-fang.
“Saat datang mengunjungi saya, mereka selalu menyuruh saya memberi penghormatan kepada Buddha, menyisihkan uang ke dalam celengan bambu, serta berdoa semoga dunia bebas dari bencana dan Master selalu sehat. Mereka menyuruh saya melakukan daur ulang dan menghirup keharuman Dharma di pagi hari. Dengan demikian, saya dapat mengingat kembali ajaran lama, seperti ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran dan mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia,” kata Lin Zhao-xiong relawan Tzu Chi.
“Sebagai insan Tzu Chi, ke dalam kita melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan; ke luar kita mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Meski melakukan daur ulang hanyalah hal kecil, tetapi saya melakukannya dengan sukacita. Terakhir, saya hendak melaporkan kepada Master bahwa kesehatan saya telah pulih 70 hingga 80 persen. Diri saya yang bagaikan seekor ulat pada tiga tahun lalu telah kembali menjadi seekor naga sekarang. Kini saya hendak kembali berikrar di hadapan Master bahwa saya akan mengikuti Master menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan,” pungkas Lin Zhao-xiong.
Sungguh, ini berkat adanya jalinan jodoh. Saya sangat bersyukur atas jalinan jodoh ini. Saya berharap semua orang dapat memahami hukum sebab akibat dengan jelas. Bagaimanapun kita mendalami ajaran Buddha, semuanya tak lepas dari hukum sebab akibat. Ada orang yang memiliki jalinan jodoh yang mendalam, ada pula yang memiliki jalinan jodoh yang luas. Jadi, pelatihan diri tak luput dari jalinan jodoh.
Saya sering berkata bahwa kita tidak boleh percaya pada takhayul, tetapi harus percaya pada hukum sebab akibat. Sesuai hukum sebab akibat, apa yang kita peroleh sekarang merupakan buah. Berkat benih yang kita tabur dahulu, kini kita dapat berkumpul di sini. Tentu saja, yang paling penting ialah kita bersama-sama menapaki Jalan Tzu Chi.
Kita telah membentangkan Jalan Tzu Chi bersama. Kalian hendaknya menginventarisasi kehidupan sendiri dan mengakui kebaikan yang telah kalian lakukan. Jangan berpikir bahwa kalian hanya melakukan apa yang saya katakan. Bukan demikian. Saya hanya sebutir benih. Kalian harus menggenggam jalinan jodoh yang ada. Saya mengajak kalian untuk bersumbangsih dan kalian memiliki jalinan jodoh untuk bersumbangsih. Jika kalian menggenggam jalinan jodoh, kalian akan bersumbangsih. Jadi, kita harus sungguh-sungguh bersumbangsih agar dapat menginspirasi orang banyak. Dengan bersumbangsih, kita menjalin jodoh dengan orang banyak.
Kalian bisa berbagi dengan orang-orang bahwa kalian merupakan relawan Tzu Chi dan apa saja yang dilakukan oleh Tzu Chi. Kalian juga bisa mengajak orang-orang untuk bergabung agar mereka dapat merasakan sukacita dan mengerahkan kekuatan untuk bersumbangsih. Jika tidak bergabung, mereka tidak akan merasakan sukacita ataupun mengerahkan kekuatan untuk bersumbangsih.
Tzu Chi harus dijalankan hingga selamanya. Jika tidak bergabung dengan Tzu Chi untuk bersumbangsih secara langsung, meski mendengar kebenaran yang sangat mendalam, kita juga tidak dapat memahami ataupun meresapinya. Dengan turut bersumbangsih, kita akan merasa berkaitan dengan hal tersebut dan merasa gembira karena telah bersumbangsih. Kita bisa merasakan prinsip kebenaran di balik hal-hal yang nyata di dunia ini. Yang sakit mendapat pengobatan dan yang miskin mendapat barang bantuan. Kita bisa memberikan bantuan pada mereka.
Menolong orang yang miskin dan jatuh sakit, inilah tujuan kita sebagai Bodhisatwa dunia. Kemiskinan dan penyakit adalah penderitaan. Demi melenyapkan penderitaan inilah Bodhisatwa muncul. Buddha mengajari orang-orang untuk menjalankan praktik Bodhisatwa. Dalam Sutra Teratai dikatakan bahwa Buddha muncul di dunia demi satu tujuan mulia. Apakah tujuan mulia ini? Membimbing orang-orang terjun ke tengah masyarakat untuk menjangkau makhluk yang menderita.
Sutra menunjukkan arah untuk pelatihan diri kita sehingga kita dapat melangkah dengan mantap. Dengan demikian, barulah kita dapat melangkah maju dengan tekun dan bersemangat. Jadi, kita harus tekun dan bersemangat mempraktikkan Dharma. Dharma harus dipraktikkan di dunia. Berhubung dunia ini penuh dengan penderitaan, maka Buddha datang ke dunia untuk membimbing kita.
Buddha mengajarkan kebenaran yang sangat luas. Yang Maha Sadar memiliki belas kasih terhadap semua makhluk. Kita tahu bahwa di Bumi terdapat banyak makhluk hidup, bukan hanya manusia. Jika manusia dididik dengan baik, semua makhluk dapat hidup tenang. Asalkan manusia dididik dengan baik, maka makhluk hidup lain dapat hidup di habitat masing-masing dengan bebas dan tenang. Tidak akan ada orang yang memburu hewan yang terbang di udara ataupun melukai hewan yang berjalan di darat. Jika orang-orang dapat bermawas diri, secara alami dunia akan damai dan harmonis.
Kini populasi dunia telah mencapai delapan miliar jiwa. Bumi telah kelebihan muatan. Apa yang harus dilakukan sekarang? Saya melihat jam iklim di New York. Kini hanya tersisa enam tahun lebih bagi kita untuk aktif menyelamatkan Bumi. Bagaimana mengurangi emisi karbon di Bumi ini? Kita hanya memiliki waktu enam tahun lebih. Setiap hari, jam itu berjalan mundur detik demi detik. Kini kita harus bersungguh-sungguh menjaga Bumi.
Setiap orang hendaklah mengasihi barang. Jika kita terus mengonsumsi sesuatu, ia akan terus diproduksi. Dalam proses produksi itulah emisi karbon terus tercipta. Jadi, pola hidup sederhana sangatlah penting. Orang-orang menikmati berkah bersama. Namun, kita hendaknya menciptakan berkah bersama. Ini tidak akan menurunkan kualitas hidup kita.
Di Tzu Chi, semua orang sangat dekat. Di Tzu Chi, semua orang memiliki kesepahaman dan kesepakatan. Kita bisa terus bertutur kata baik. Jangan mengucapkan kata-kata yang tidak berguna. Ucapkanlah lebih banyak kata-kata baik yang edukatif dan dapat menginspirasi orang-orang. Jadi, kalian dapat mengunjungi tetangga dan komunitas kalian untuk menjalin jodoh baik secara luas, memperkenalkan Tzu Chi, dan menyebarkan konsep mengasihi dan melindungi Bumi. Ini adalah tanggung jawab kita.
Hanya tersisa waktu enam tahun lebih bagi kita untuk mengimbau orang-orang mengurangi emisi karbon. Waktu enam tahun lebih ini sangatlah krusial. Dalam waktu enam tahun lebih ini, jika kita dapat menjaga Bumi dengan baik, Bumi akan aman dan tenteram. Dengan demikian, secara alami kita dapat meredam perubahan iklim yang ekstrem. Inilah yang hendaknya kita usahakan.
Mari kita menjalankan misi Tzu Chi dan menapaki Jalan Tzu Chi. Kita harus membina kasih sayang Bodhisatwa dan cinta kasih agung yang murni tanpa noda. Saya berharap semua orang dapat membina cinta kasih yang mendalam dan tak berujung.
Memiliki keyakinan mendalam terhadap hukum sebab akibat
Menolong semua makhluk dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin
Melindungi Bumi dengan berusaha mengurangi emisi karbon
Menjadi makhluk berkesadaran yang memiliki cinta kasih yang mendalam dan tak berujung
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 November 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 22 November 2022