Ceramah Master Cheng Yen: Membina Dokter Humanis

Kehidupan manusia tidaklah kekal. Kita sungguh-sungguh harus senantiasa mengingatkan diri kita akan hal ini. Kita bisa melihat para Silent Mentor yang sebagian merupakan insan Tzu Chi. Mereka telah mengembangkan potensi besar dalam kehidupan mereka. Kita bisa melihat saat mereka masih hidup dan memiliki tubuh yang sehat, mereka bersumbangsih bagi masyarakat. Hidup di dunia ini, kita pasti pernah melakukan kesalahan. Ini semua akibat adanya delusi dalam hidup kita.

Kita bisa melihat orang tua Jiang Tong. Dahulu, ayahnya tergila-gila pada permainan mahyong hingga mengabaikan keluarga mereka. Karena itu, orang tuanya pun bercerai. Setelah mengenal Tzu Chi,ayahnya perlahan-lahan berubah. Lalu, orang tuanya pun kembali menikah. Selain itu, Jiang Tong juga menjadi penyiar radio yang setiap hari membahas tentang Tzu Chi dan perkataan yang saya ucapkan. Ayahnya telah mengganti kebiasaan main mahyong dan pola hidup yang mewah dan boros dengan kegiatan daur ulang. Dia sangat mengikuti tata krama Tzu Chi dan melakukan daur ulang dengan sepenuh hati. Akhirnya, dia dilantik menjadi relawan.

Saat jatuh sakit, dia tetap sangat memperhatikan kartu relawan yang saya berikan kepadanya. Dia sangat patuh dan merupakan murid saya yang baik. Dia selalu bertanya apakah kartu relawan yang saya berikan itu tersemat dengan rapi atau tidak. Lihatlah,kita tetap dapat mengubah kehidupan kita meski sudah berusia lanjut. Dia memperbaiki kesalahannya di masa lalu pada masa-masa tuanya. Dia juga mendonorkan tubuhnya demi pendidikan mahasiswa-mahasiswi kedokteran. Pada akhir perjalanan hidupnya, dia mempersembahkan tubuhnya agar mahasiswa-mahasiswi kedokteran dapat lebih memahami struktur organ tubuh manusia dan bagaimana cara menjalankan operasi.

“Saya sangat menghargai kesempatan ini. Untuk mempelajari pembedahan, melakukan praktik sekali mungkin lebih berguna daripada membaca buku tiga atau empat kali,” ujar Xu qian-fu Mahasiswa Taipei Medical University.

Chen Mei-feng, anggota keluarga Silent Mentor  juga berkata jika Ibunya sering berkata, “Kalian boleh menyayat tubuh saya ribuan kali, tetapi jangan pernah sekali pun kalian salah menyayat tubuh pasien.”

Para Silent Mentor memiliki harapan seperti ini. Mereka rela tubuh mereka salah disayat ratusan hingga ribuan kali, tetapi tidak rela jika ada satu pun sayatan yang salah di tubuh pasien. Saat tubuh mereka masih sehat, mereka bersumbangsih bagi masyarakat. Setelah meninggal dunia, mereka  mendonorkan tubuh mereka demi kepentingan medis dan membuat tubuh mereka tetap bermanfaat.

“Kini semua orang tahu bahwa operasi penggantian sendi, baik sendi pinggul maupun sendi lutut, merupakan operasi yang cukup aman dan kemungkinan berhasilnya sangat tinggi. Akan tetapi, jika muncul kondisi yang mengharuskan pasien menjalani operasi untuk kedua dan ketiga kalinya, bahkan hingga berkali-kali, maka tingkat kesulitan operasinya akan meningkat,” ujar Chen Ing-ho, Kepala Kehormatan RS Tzu Chi Hualien. “ Jika kita bisa mewariskan pengalaman selama bertahun-tahun ini kepada mahasiwa-mahasiswi kedokteran lewat kelas simulasi bedah seperti ini dan meningkatkan keterampilan mereka dalam menangani pasien, saya rasa ini akan membawa manfaat besar bagi para pasien,” ujar Fong Yi-chin, Sekjen Joint Reconstruction Society R.O.C.

Kali ini, juga ada tamu dari Shanghai, Tiongkok yang mengikuti kelas simulasi bedah kita. Upacara untuk memulai kelas simulasi bedah penuh dengan semangat budaya humanis.”Setiap orang berdoa dengan tulus, penuh hormat, dan penuh rasa syukur. Kami menyantap makanan bersama anggota keluarga Silent Mentor, mengobrol dengan mereka, dan berdoa bagi para Silent Mentor sebelum memulai kelas simulasi bedah. Saya rasa inilah kekurangan kami sebelumnya,” ujar Li Cheng, Mahasiswa pascasarjana Universitas Jiaotong .” Jurusan kedokteran bukan sekadar ilmu teknis. Kami harus berkomunikasi dengan orang lain. Jurusan kedokteran berbeda dengan jurusan teknologi informasi. Manusia dan mesin tidak bisa berkomunikasi, sedangkan antarmanusia bisa berkomunikasi,” Guan Shao-pei, Mahasiswa pascasarjana Universitas Jiaotong.

Untuk pertama kalinya, mereka merasa begitu tenang, damai, dan penuh rasa syukur saat menyayat tubuh Silent Mentor. Semangat budaya humanis Tzu Chi membuat mereka sangat tersentuh. Hal yang membuat mereka tersentuh sangatlah banyak. Saya berharap semua insan Tzu Chi dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk bergabung menjadi relawan. Jika tidak, dibandingkan dengan populasi manusia di seluruh dunia, jumlah relawan Tzu Chi pada saat ini masih sangat sedikit. Karena itu, kita harus menginspirasi lebih banyak relawan agar hati setiap orang dapat tersucikan dan kehidupan kita dapat tenteram. kita harus menjaga keselarasan unsur alam.

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus sungguh-sungguh memperhatikan pola hidup dan tindakan masing-masing. Manusia selalu memperhitungkan segala hal dan melekat pada segala materi di dunia ini. Inilah yang mengakibatkan kelahiran kembali. Dari kehidupan ke kehidupan, mereka tanpa sadar menumbuhkan banyak kegelapan batin dan menciptakan karma buruk yang terus mengikuti mereka tanpa bisa mereka kendalikan. Jika tidak memahami kebenaran, kita akan melekat pada manusia, hal, dan materi. Karena itu, kita sering mengintrospeksi diri apakah pola hidup kita terlalu mewah atau tidak, terlalu boros atau tidak, dan sebagainya. Kita harus senantiasa bersungguh hati. Kita juga melihat banyak insan Tzu Chi Taiwan, seperti di Taoyuan, Taichung, dan Yilan, yang mengembangkan cinta kasih mereka.

Melihat orang-orang yang rumahnya penuh dengan tumpukan sampah dan sudah bobrok, insan Tzu Chi pun membantu membersihkan dan memperbaiki rumah mereka. Di setiap wilayah, kita bisa melihat insan Tzu Chi bersumbangsih secara berkelompok. Namun, saya tidak memiliki cukup waktu untuk menceritakannya satu per satu. Perubahan terus terjadi seiring berjalannya waktu. Tidak peduli berusaha sekeras apa pun, saya tetap tidak bisa mengimbangi kecepatan perubahan yang terus terjadi tanpa kita sadari. Karena itu, kita tetap harus senantiasa bersungguh hati untuk mengikuti dan mempelajari Dharma.

Perubahan terus terjadi seiring berjalannya waktu tanpa bisa dikendalikan

Waspada terhadap tabiat buruk yang bisa menyesatkan manusia

Giat melatih diri setelah memahami hukum karma

Mendonorkan tubuh demi kepentingan medis

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 September 2015

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -