Ceramah Master Cheng Yen: Membina Insan Berbakat dengan Menumbuhkan Rasa Syukur


“Halo, Kakek Guru, ada rahasia yang ingin kami sampaikan. Ini adalah TK Cinta Kasih yang Kakek Guru bangun untuk kami. Terima kasih, Kakek Guru. Kami juga memiliki sebuah Perkebunan Cinta Kasih yang sangat luas. Di sana, kami dapat menanam banyak sayuran. Jika melihat serangga, kami akan membawanya ke samping dan memetik sehelai daun untuknya agar serangga itu juga bisa makan. Jadi, kita dan serangga sama-sama bisa makan. Dengan begitu, mereka tidak akan mati kelaparan. Selain menjual sayuran di luar, kami juga datang ke Aula Jing Si untuk menjual sayuran kepada para bibi di sini karena kami hendak menggalang cinta kasih. Ini adalah rangkaian bunga yang kami buat di kelas. Kami juga menjual bunga-bunga ini. Ini adalah dana dan cinta kasih yang terhimpun dari hasil penjualan kami. Kami akan terus bekerja keras,” kata murid-murid TK Cinta Kasih Tzu Chi Tainan berbagi pengalaman secara bergantian kepada saya.

“Kakek Guru hendak membeli vaksin agar murid-murid seperti kami dapat segera menerima vaksinasi. Karena itu, murid-murid kelas 6 SD membuat taoge demi mendukung pembelian vaksin,” tutur Wei Jing-xuan, murid SD Tzu Chi Tainan.

“Sesungguhnya, menjaga taoge adalah misi yang tidak mudah. Sama seperti orang tua membesarkan anak, itu membutuhkan kerja keras,” aku Chen Xi, murid SD Tzu Chi Tainan.

“Saat melakukan pengemasan, saya sungguh-sungguh membersihkan dan merapikan taoge agar orang-orang yang membelinya dapat merasakan ketulusan saya,” lanjut Wei Jing-xuan.

“Niat baik adalah benih. Pikiran baik adalah bunga. Perbuatan baik adalah buah. Setiap orang memiliki benih ini. Lewat gerakan kali ini, kami berharap dapat membangkitkan kebajikan masyarakat agar benih kebajikan makin bertambah dan bertumbuh subur,” ungkap Li Shu-cheng, murid SD Tzu Chi Tainan.

“Semoga dunia ini makin indah. Mari kita menumbuhkan cinta kasih,” tambah ketiganya secara bersamaan.


Apa yang saya dengar dan lihat sungguh membuat saya dipenuhi sukacita. Keanggunan murid-murid kita membuktikan kesungguhan hati kita dalam mendidik mereka. Dengan kesungguhan hati para guru dan ketekunan murid-murid, barulah pendidikan kita bisa memperoleh pengakuan dari orang-orang.

Saya sungguh gembira dan dipenuhi sukacita. Yang terpenting ialah bersyukur. Murid harus bersyukur kepada guru dan orang tua, orang tua murid harus bersyukur kepada guru, dan guru harus bersyukur kepada masyarakat. Guru mengemban tanggung jawab atas masyarakat ini. Tidak peduli dalam hal apa, saat seseorang bisa mengemban tanggung jawab, saat seseorang bisa mengemban tanggung jawab, barulah kehidupannya benar-benar bernilai. Contohnya saya. Saya merasa bahwa setelah datang ke dunia ini, saya hendaklah mengemban tanggung jawab. Saat memiliki jalinan jodoh, saya hendaklah berfokus melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Inilah yang disebut mengemban tanggung jawab.

Saya bukan kepala sekolah, guru, ataupun murid. Namun, saya merasa bahwa saya harus mengemban tanggung jawab sebagai seorang manusia. Mengemban tanggung jawab berarti bertindak. Apa pun yang mampu saya lakukan, saya akan mengerahkan segenap hati dan tenaga saya untuk melakukannya. Karena itulah, saya berpikir untuk membangun sekolah.

Sekolah kita bisa dikelola dengan baik, saya harus bersyukur kepada kepala sekolah kita. Para kepala sekolah mengelola sekolah kita dengan baik. Mereka bisa memberi pertanggungjawaban pada saya dan memperoleh pengakuan dari saya. Para kepala sekolah bisa mengelola sekolah dengan baik karena para guru menunaikan kewajiban mereka dalam mendidik murid-murid. Jadi, murid-murid kita sangat anggun dan sopan. Ini berkat para guru.


Guru juga harus bersyukur kepada para orang tua murid yang memercayakan anak-anak pada mereka. Murid-murid bisa begitu patuh dan sopan, Murid-murid bisa begitu patuh dan sopan, ini pasti karena para guru bersungguh hati mendidik mereka.

Saat berkunjung ke Tainan sebelumnya, saya juga mengunjungi sekolah kita. Saya melihat lingkungan yang sangat indah. Yang lebih indah ialah ketertiban dan tata krama murid-murid kita. Ketertiban dan tata krama murid-murid serta keindahan lingkungan sekolah kita sungguh menciptakan lingkungan yang luar biasa. Jadi, saya juga sangat bersyukur.

Saya bersyukur kepada murid-murid yang begitu sopan, para guru yang bersungguh hati dalam mengajar, dan kepala sekolah yang membantu saya mengemban tanggung jawab misi pendidikan. Saya juga bersyukur kepada para ayah dan ibu asuh Tzu Chi yang membantu saya membangun sekolah. Berkat donasi banyak orang, barulah saya bisa membangun sekolah. Jadi, saya bersyukur kepada banyak orang. Berkat cinta kasih dan sumbangsih dari orang yang tak terhingga, barulah sekolah ini bisa memiliki lingkungan yang begitu baik untuk mendukung pendidikan murid-murid kita.

Intinya, untuk membina karakter yang baik dalam diri murid-murid kita, rasa syukur haruslah ada. Contohnya saya, terhadap siapa pun, saya selalu bersyukur.

Di Aula Jing Si Kaohsiung, saya melihat banyak Bodhisatwa cilik yang sangat menggemaskan. Saya berpikir di dalam hati, "Anak-anak ini begitu menggemaskan. Kelak mereka hendaklah dididik dengan baik." Saya juga berkata pada orang tua mereka, "Kalian harus menjaga dan mendidik anak kalian dengan baik."

Menjaga anak bagaikan menjaga taoge atau kecambah kacang yang dibahas oleh murid-murid kita tadi. Keduanya dilandasi oleh prinsip yang sama. Kecambah kacang bukan hanya bisa dikonsumsi, melainkan juga bisa ditanam di tanah hingga bertumbuh menjadi tanaman kacang, dari kecil hingga besar.

Di Kompleks Tzu Chi Gangshan, saya melihat banyak pohon besar. Pohon-pohon itu sangatlah besar dan rimbun. Saya terus mendongak untuk melihat pohon-pohon yang rimbun itu. Saya juga merasa penasaran dan menghentikan langkah saya sejenak. Saat melihat sebatang pohon, saya berpikir, "Pohon ini sudah berusia ratusan tahun." Jadi, pohon itu bukan hanya tahan terhadap terjangan topan, tetapi juga menyediakan tempat berteduh. Pohon itu sangatlah indah. Jika memiliki waktu luang, kalian juga bisa mengajak murid-murid ke sana.

“Saat libur, kami akan mengajak murid-murid ke sana sebagai kegiatan ekstrakurikuler,” ungkap Kepala Sekolah.


Baik. Tempat itu sangat luas dan pohon-pohonnya sangat besar. Semua pohon itu berawal dari tunas-tunas yang kecil. Tunas yang begitu kecil bisa bertumbuh menjadi pohon yang begitu besar.

Kini, saat masih kecil, kalian memperoleh kasih sayang dari orang tua dan didikan dari guru. Kalian akan menuntut ilmu dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Setelah itu, kalian mungkin akan melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana. Kalian harus memiliki cita-cita yang tinggi dan bersungguh-sungguh memperluas wawasan agar dapat membimbing lebih banyak orang kelak.

Jika ada orang yang tidak begitu tertarik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kalian bisa mempelajari keterampilan. Dengan keterampilan, kalian bisa memperoleh banyak pencapaian.

Anak-anak, kembangkanlah kebijaksanaan kalian. Saat kalian meraih prestasi yang bagus, itu berarti batin dan kebijaksanaan kalian itu berarti batin dan kebijaksanaan kalian tengah memancarkan kecemerlangan. Kelak, kalian hendaklah menjadi insan berbakat yang membawa kecemerlangan bagi masyarakat dan berbuat baik. Apakah kalian mengerti? (Mengerti)

Para guru bersungguh hati mendidik kalian, kepala sekolah mengasihi kalian, dan orang tua kalian bersungguh hati membesarkan kalian. Kalian hendaklah senantiasa bersyukur. Inilah kehidupan terindah.  

Menabur benih kebajikan dengan pendidikan yang baik
Menanamkan budi pekerti yang mengandung semangat budaya humanis
Pohon besar yang rimbun menyediakan tempat berteduh
Membina insan berbakat dengan menumbuhkan rasa syukur

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 02 Januari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 04 Januari 2022
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -