Ceramah Master Cheng Yen: Membuka Hati, Menyadari Berkah, dan Mengubah Kehidupan

Kita manusia di dunia harus mawas diri dan tulus. Di negara atau daerah mana pun kita tinggal, kita harus berdoa dengan tulus semoga setiap negara dapat aman dan tenteram. Sudan Selatan merupakan negara tertinggal, kini ditambah dengan peperangan yang terjadi. Negara itu sudah kekurangan air bersih, kini ditambah lagi dengan adanya wabah kolera.

Tanpa adanya air yang aman dikonsumsi, wabah penyakit dan diare mudah muncul. Ini dapat memicu kekurangan gizi dalam hitungan hari. Jika tingkat kekurangan gizi ini parah, anak-anak berkemungkinan meninggal. Bagaimana warga di sana mampu bertahan hidup? Kita yang hidup tenteram seharusnya mampu menyadari berkah dan menghargai berkah yang kita miliki.

“Kami adalah murid SD Tzu Chi Taiwan. Kami tahu kalian berada dalam kesulitan. Kalian tidak sendirian. Kami adalah teman kalian. Hati kami ada bersama kalian. Kami akan menemani kalian tumbuh bersama. Mari kita bersama-sama mengubah dunia dan mengantarkan cinta kasih ke Suriah,” kata seorang murid.

doc tzu chi

Anak-anak kita dapat memahami kondisi teman-teman seusia mereka itu. Mereka hidup di tengah ketenteraman dan begitu bahagia. Jika anak-anak kita dibandingkan dengan anak-anak di negara-negara tadi, anak-anak tadi sungguh menderita. Ini membuat anak-anak kita membangkitkan rasa empati sehingga menuliskan doa bagi mereka.

Anak-anak di sana juga mengerti untuk berterima kasih. Mereka juga membuat gambar dan lukisan.

“Saya menggambar hati. Setengah milik Suriah, setengah milik Taiwan. Meski kami kini jauh dari Suriah dan harus hidup di Yordania, tetapi ada relawan Tzu Chi yang menjaga kami sehingga kami merasa bagaikan pulang ke Suriah. Ini sangat membahagiakan. Saya menggambar tangisan untuk Suriah. Air mata yang menetes adalah darah,” kata seorang anak asal Suriah.

Di dalam dunia anak-anak, ada anak-anak yang bahagia, ada anak-anak yang menderita. Lihatlah di dalam gambar mereka, air mata mereka tidak berhenti mengalir dan hampir menjadi air mata darah. Semuanya berwarna merah. Inilah ungkapan suara hati mereka. Melihatnya, saya sungguh sedih dan tidak tega.

doc tzu chi

Mereka menggambar dua belah hati yang disatukan dan sama-sama membentuk cinta kasih. Ini juga lukisan yang mereka buat. Lihatlah, di dalam dunia mereka, anak-anak mengungkapkan makna yang dalam. Makna yang mereka ungkapkan sungguh dalam. Makna yang mendalam ini sungguh membuat saya terharu melihatnya.

Kita juga melihat Yordania. Negara itu adalah negara mayoritas Muslim, tetapi dalam peringatan Waisak setiap tahunnya, para relawan dan warga di sana juga menyelami makna Waisak dan menunjukkan rasa hormat. Di tengah kesederhanaan, ketulusan mereka tidak berkurang. Mereka tetap dipenuhi rasa syukur. Mereka bersyukur atas budi luhur Buddha, budi luhur ibu, dan budi luhur semua makhluk di sekitar mereka. Mereka juga mampu mengungkapkan makna yang dalam ini.

Kita juga melihat Mozambik. Para relawan di sana mengadakan upacara Waisak di tengah kondisi yang penuh kesederhanaan. Mereka bersungguh hati membentuk formasi lingkaran yang melambangkan kesatuan hati. Mereka tidak memiliki sumber daya apa pun, tetapi di tengah keterbatasan itu, mereka mampu menggambar lingkaran formasi satu demi satu dengan batang kayu untuk mewujudkan formasi tersebut dan membuat alur pradaksina.

Mereka terus-menerus berlatih hingga hari diadakannya upacara Waisak pada tanggal 20 Mei. Pemandangan yang terlihat sangat indah dan agung. Bunga yang mereka persembahkan di altar adalah bunga yang dipetik di tepi jalan. Mereka mendekorasi bunga dengan kain kasa dan mempersembahkan air dengan wadah batok kelapa. Semuanya sangat sederhana, tetapi ketulusan mereka tidak kalah dari kita.

doc tzu chi

Selain itu, Dharma yang telah mereka dengar mereka tuangkan ke dalam pertunjukan. Mereka menggelar pertunjukan tanpa panggung. Mereka juga mempertunjukkan cerita kereta lembu putih, cerita anak miskin, rumah yang terbakar, dll. Semua kostum mereka menggunakan warna biru. Saat ditanya mengapa kereta kambing menggunakan kostum warna biru dan putih, mereka menjawab karena biru dan putih adalah warna Tzu Chi.

Mereka telah menyucikan hati sendiri hingga bagaikan langit yang biru sehingga mampu melukiskan makna demikian. Bayangkan, bukankah mereka telah menyerap Dharma? Mereka sangat menyerap Dharma. Mereka mempertunjukkan kereta kambing, kereta rusa, dan kereta lembu putih. Mereka juga mempertunjukkan cerita tentang sekelompok orang yang tersesat.

Selain itu, juga ada cerita tentang sekelompok orang yang mendengar dan memahami Dharma, tetapi masih menyimpan tabiat buruk. Semua Dharma ini mereka pentaskan dengan sederhana dan mudah dimengerti oleh banyak orang yang menyaksikannya. Mereka juga mementaskan Sutra Bakti Seorang Anak. Mereka menyesuaikan cerita di dalamnya dengan kondisi di Afrika.

Mereka mengisahkan seorang perempuan yang hamil di luar nikah, lalu ditinggalkan oleh kekasihnya. Menurut mereka, ini sering terjadi di sana. Perempuan itu harus menjadi orang tua tunggal. Kondisi ini sering terjadi di sana. Dengan demikian, orang-orang yang menyaksikan juga tersadarkan dan memperoleh pemahaman. Selain itu, mereka juga menggubah lagu "Doa" dengan bahasa mereka. Di dalamnya diungkapkan rasa syukur terhadap guru, terhadap Buddha, dan terhadap insan Tzu Chi.

Lagu "Doa" yang mereka nyanyikan penuh dengan rasa syukur dan membuat saya terharu mendengarnya. Para warga di Mozambik termasuk beruntung karena dapat mengenal ajaran Buddha, sedangkan lebih sulit bagi relawan kita untuk masuk ke Sudan Selatan. Rintangan karma di sana lebih berat. Ini menyebabkan penderitaan bagi warga di sana. Buah karma para warga di Sudan Selatan mendatangkan rintangan yang berat.

Sebaliknya, di Mozambik, meski warga hidup kekurangan, tetapi berkat kehadiran insan Tzu Chi, mereka dapat membuka hati sehingga kehidupan mereka pun berubah. Batin mereka telah kaya dan kini mereka mampu membantu orang lain. Mereka kini hidup bahagia. Meski mereka kekurangan secara materi, tetapi batin mereka tetap bahagia.

Kisah seperti ini sungguh tak habis diceritakan. Jadi, kita harus menyucikan hati manusia agar orang-orang dapat meningkatkan kewaspadaan, tidak menciptakan karma buruk, dapat mawas diri, tulus, dan mampu menciptakan berkah. Dengan begitu, barulah bumi kita dapat penuh berkah, aman, dan tenteram.

Menyadari berkah dan mawas diri setelah melihat penderitaan
Anak-anak mengungkapkan  isi hati lewat lukisan
Memperingati Waisak dengan tulus tanpa memandang perbedaan agama
Membuka hati dan mengubah kehidupan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Mei 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 26 Mei 2017

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -