Ceramah Master Cheng Yen: Membuka Jalan dengan Sutra dan Menapakinya


“Master mengulas tentang hati dan pikiran. Hati digunakan untuk menjalankan misi amal dan pikiran digunakan untuk menentukan arah. Ceramah Master tentang hati dan pikiran ini selaras dengan ajaran Buddha tentang menghindari segala kejahatan, melakukan segala kebaikan, dan menyucikan pikiran diri sendiri. Dalam pementasan adaptasi Sutra kali ini, ada banyak orang yang berhimpun bersama. Semua relawan menggenggam kesempatan yang langka dan jalinan jodoh yang istimewa ini untuk berhimpun bersama. Saat orang-orang berhimpun, pasti akan terjadi interaksi. Saat orang lain bergerak, kita mungkin diam, bergerak maju, atau bergerak mundur,”
kata Luo Ming-xian Relawan Tzu Chi.

“Di tengah proses ini, kita belajar untuk menyelaraskan pikiran kita. Karena itulah, saya sering berbagi dengan relawan lain bahwa setiap kali melakukan sesuatu, kita perlu meluangkan waktu setiap hari untuk merenung. Kita harus merenungkan segala sesuatu yang kita lakukan pada hari itu benar atau salah serta berusaha untuk memperbaiki diri. Semua ini perlu kita renungkan. Jika kita tidak memikirkannya kembali untuk mengingatkan diri sendiri, kita akan tanpa sadar melakukan kekeliruan,” pungkas Luo Ming-xian.

Hati dan pikiran memiliki arah yang benar, inilah yang paling saya pedulikan. Saya berkata pada diri sendiri bahwa penyakit fisik merupakan bagian dari hukum alam. Namun, menjaga hati dan pikiran pada arah yang benar tidaklah mudah. Karena itu, kita harus menjaga pikiran kita dengan baik.


Belakangan ini, saya sering mendengar para relawan kita berkata, "Saya bersedia." Sesungguhnya, selain diri sendiri bersedia, saat orang-orang di sekitar kita juga bersedia mendukung kita, itulah pencapaian terbesar. Untuk menunjukkan jempol tangan, kita harus menyatukan jari-jari lain terlebih dahulu. Demikian baru ada kekuatan. Jika jari-jari lain tidak menyatu, kita tidak akan bisa menunjukkan jempol tangan. Jadi, kita harus bekerja sama dengan harmonis. Kita harus menyatukan hati, ucapan, dan pikiran.

Saya selalu menyebut kalian Bodhisatwa. Bodhisatwa adalah makhluk berkesadaran. Kita harus menggenggam waktu dan jalinan jodoh untuk bersumbangsih bersama. Kita memiliki jalinan jodoh untuk berhimpun bersama dan memperoleh sukacita dalam Dharma. Hendaklah kita menggenggam jalinan jodoh ini. Dalam Sutra Bunga Teratai dikatakan bahwa Bodhisatwa berhimpun dari segala penjuru. Sutra mengajarkan bahwa hati dan pikiranlah yang menunjukkan arah pada kita. Yang terpenting ialah hati dan pikiran kita harus menyatu dengan kebenaran.

Manusia berpikir dengan hati atau pikiran? Hati dan pikiran hanyalah kata ganti. Sesungguhnya, ini adalah perpaduan sebab dan kondisi. Bagi orang-orang yang berjodoh dengan saya, saat tahu bahwa saya akan datang, mereka merasa sukacita dan bersiap-siap untuk menemui saya. Inilah jalinan jodoh. Jadi, Bodhisatwa sekalian, mari kita menjalin jodoh baik dengan orang-orang. Saya yakin bahwa saya telah menjalin jodoh baik dengan kalian dari berbagai kehidupan lampau. Karena itulah, saat mendengar nama saya atau melihat saya, kalian dipenuhi rasa sukacita. Inilah jalinan jodoh.


Bodhisatwa sekalian, saya berharap kalian dapat menjalin jodoh baik satu sama lain. Dengan demikian, saya yakin bahwa kita dapat menapaki Jalan Bodhisatwa bersama dari kehidupan ke kehidupan. Dalam kunjungan kali ini, saya ingin mengucap syukur kepada kalian. Semua orang memiliki jalinan jodoh untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Di jalan dan ladang pelatihan besar kita, kita mempelajari prinsip kebenaran di dunia ini. Ingatlah untuk mempelajari Sutra Makna Tanpa Batas dan menyelami Dharma dalam kehidupan sehari-hari. Sutra ini adalah jalan. Kita harus membuka "jalan" ini setiap hari.

Saat hendak melangkah, kita harus memperhatikan langkah kita. Meski hanya mempelajari satu kalimat atau sepenggal setiap hari, itu tidak menjadi masalah. Sebelum keluar rumah, bukalah Sutra dan bacalah salah satu kalimat di dalamnya. Dengan demikian, saat berhimpun dengan orang lain, kita pasti bisa bekerja sama dengan harmonis karena di dalam hati kita terdapat kalimat atau penggalan yang kita baca sebelumnya.

“Halo, Master.”

“Mari kita ucapkan selamat tinggal kepada Master. Kami menyambut Master pulang ke rumah.”

Baik. Semoga semua orang gembira dan sukacita. Saya datang untuk mengunjungi kalian. Semoga kalian merasa sukacita.

“Apakah kalian merasa sukacita?”

Semoga kalian hidup tenteram dan sehat. Saya sangat gembira bisa melihat begitu banyak peserta program penitipan warga lansia begitu turun dari kendaraan. Meski merupakan peserta program penitipan warga lansia, tetapi semuanya terlihat sangat sehat. Dari sini bisa diketahui bahwa kita merawat mereka dengan baik.


Bodhisatwa sekalian, melihat mereka yang telah lansia, kita juga harus menilik diri sendiri. Waktu berlalu dengan sangat cepat dan usia kita terus bertambah. Karena itu, kita harus menggenggam setiap hari untuk mengembangkan potensi kebajikan kita. Jika tidak mengembangkan potensi kebajikan untuk bersumbangsih di tengah masyarakat, lalu apa yang akan kita lakukan? Dengan berhimpun bersama untuk bersumbangsih dengan kesungguhan hati dan cinta kasih, barulah kehidupan kita bernilai. Nilai kehidupan kita berasal dari akumulasi cinta kasih dalam interaksi antarmanusia.

Tadi, saat berjalan ke sini, saya melihat bacang yang sangat besar dan menyentuhnya dengan tangan saya. Saya merasa bahwa itu melambangkan menyatukan orang banyak. Sebiji bacang itu tidak dapat dihabiskan seorang diri. Mungkin butuh 2, 3, atau 4 orang untuk menghabiskannya. Jika orangnya lebih banyak, seperti 5 atau 6 orang, bacang itu juga bisa dimakan bersama. Ini karena kapasitas lambung kita fleksibel. Lambung kita bisa menyusut, juga bisa meregang. Dalam melatih diri, kita pun hendaknya demikian.

Qingshui adalah kampung halaman saya. Saya lahir di sini dan tumbuh besar di Fengyuan. Kali ini, saya tidak bisa berkunjung ke Fengyuan karena tidak memiliki cukup waktu. Saya sangat bersyukur atas jalinan jodoh untuk memiliki ladang pelatihan ini di Qingshui. Yang paling membahagiakan ialah memiliki benih-benih Tzu Chi di sini. Kalian bertekad dan berikrar untuk menggalang Bodhisatwa dunia. Berhubung memiliki ladang pelatihan di sini, kita harus membina Bodhisatwa dunia. Dengan adanya ladang pelatihan dan Bodhisatwa di sini, kita dapat mewariskan inti sari Dharma.

Untuk mengembangbiakkan sesuatu, dibutuhkan benih. Inti sari Dharma bagaikan sumsum tulang. Sumsum tulang memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Sumsum tulang dapat menghasilkan sel darah. Dengan menggalang Bodhisatwa dunia di sini, berarti kita mewariskan silsilah Dharma. Kita membina Bodhisatwa dunia di sini. Saya menaruh harapan besar pada kalian semua. Di sini, saya memiliki jalinan jodoh yang mendalam dengan para saudara se-Dharma saya.   

Menghimpun kekuatan semua orang dengan ketulusan dan pikiran benar
Bersukacita mendengar nama dan melihat Master karena memiliki jalinan jodoh baik
Mewariskan inti sari Dharma dan menyelami Sutra
Membuka jalan dengan sukacita dan tekun melatih diri

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 12 Agustus 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 14 Agustus 2023
Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -