Ceramah Master Cheng Yen: Memenuhi Pikiran dengan Kebajikan dan Bergotong Royong

Kita bisa melihat kegiatan belajar di Wulai Elementary and Junior High School telah dimulai kembali. Namun, gedung sekolah yang rusak masih dalam proses perbaikan. Meski demikian, pendidikan anak-anak tidak bisa ditunda. Karena itu, pihak sekolah mengatur kembali penggunaan ruang kelas agar perbaikan gedung sekolah dapat terus berjalan.  Guru-guru di sana sangat bersungguh hati. Mereka berkunjung dari rumah ke rumah untuk memberi tahu orang tua murid bahwa anak-anak sudah bisa kembali bersekolah. Mereka berkata, “Yang bergerak bukan hanya guru wali kelas, tetapi semua guru di sekolah kami.” Setelah mengunjungi seorang murid, mereka mengajak murid itu untuk mengunjungi murid berikutnya. Begitulah, mereka mengunjungi semua murid di tiga kelurahan. Kita bisa melihat bahwa hari ini, murid-murid sudah kembali bersekolah.

Saya yakin insan Tzu Chi yang turut membantu upaya pembersihan juga merasa sangat gembira. Akibat terjangan topan, banyak upaya pembersihan dan perbaikan yang harus dilakukan. Ini sungguh membuat orang merasa sedih. Belakangan ini, saat bertemu relawan Tzu Chi, saya selalu bertanya, “Apakah kamu turut berpartisipasi? Apakah kamu membantu upaya pembersihan?” Relawan yang turut berpartisipasi dalam upaya pembersihan menjawab pertanyaan saya dengan penuh semangat. Mereka berbagi tentang bagaimana mereka membantu membersihkan lokasi bencana dengan penuh semangat. Sebaliknya, relawan yang tidak berpartisipasi sepertinya sangat malu dan kecewa saat menjawab pertanyaan saya.

Orang yang turut bersumbangsih bisa merasakan kegembiraan. barulah ajaran kebajikan bisa terukir di dalam hati kita. Hanya orang yang bertindak secara nyatalah yang bisa memperoleh berbagai pencapaian. Kita juga bisa melihat banjir di Myanmar sejak bulan Juli.

Hingga kini, menjelang bulan September, banjir masih tidak kunjung surut. Bukan hanya relawan Tzu Chi setempat yang terus menyalurkan bantuan bencana, Relawan Ji Yuan beserta timnya dari Malaysia juga pergi ke sana untuk memahami kondisi bencana. Perjalanan para relawan kita di Myanmar mungkin masih sangat panjang. Mereka terus menyediakan makanan hangat. Mereka juga mengajak para bhiksuni dan sramaneri di sebuah kuil untuk membantu menyediakan makanan hangat. Untuk mengantarkan makanan kepada para korban, mereka harus naik perahu kecil atau rakit bambu karena banjir masih belum surut. Banyak orang yang belum bisa menjalani hidup seperti biasanya dan harus bergantung pada bantuan dari orang lain.

Dari sini bisa diketahui betapa besarnya dampak bencana yang ditimbulkan. Kita telah melihatnya. Untuk menyalurkan bantuan bencana, dibutuhkan sekelompok besar Bodhisattva dunia. Untuk membina Bodhisattva dunia, dibutuhkan ladang pelatihan. Dengan adanya ladang pelatihan, barulah orang-orang bisa berkumpul bersama.

Kita juga bisa melihat di Malaysia, seluruh insan Tzu Chi bersatu hati untuk membentangkan jalan dengan penuh cinta kasih. Di Kantor Tzu Chi Kuala Lumpur dan Selangor, banyak orang yang membangkitkan kekuatan cinta kasih untuk bersumbangsih. Mereka menyumbangkan uang dan tenaga untuk membangun sebuah ladang pelatihan di Kuala Lumpur.

Kita bisa melihat mereka berusaha untuk menyelesaikan mozaik yang membentuk lukisan alam semesta. Lukisan alam semesta ini dibuat dari kepingan-kepingan mozaik yang ditempelkan satu demi satu. Para relawan kita menerima bimbingan dari seniman mozaik tentang bagaimana memilih dan menyusun kepingan mozaik. Bagi para relawan yang turut berpartisipasi, kelak, saat melihat ladang pelatihan dengan lukisan alam semesta yang begitu agung ini, mereka seharusnya akan sangat gembira dan merasakan suatu pencapaian.

Pemasangan dua buah pilar akrilik merupakan sebuah momen bersejarah. Bisa kita bayangkan betapa sulitnya memasang pilar yang begitu panjang dan berat. Ini sungguh sangat sulit. Beruntung, mereka telah merencanakan hal ini dalam proyek pembangunan mereka. Mereka terlebih dahulu menyisakan sebuah lubang di tembok agar kedua pilar akrilik ini dapat dimasukkan ke dalam bangunan dengan menggunakan mesin derek. Pilar-pilar itu sangat panjang, lebih dari 17 meter. Untuk mengangkat pilar yang begitu besar dan panjang, mereka harus sangat hati-hati. Ini sungguh membutuhkan kerja keras. Semua itu diselesaikan sehari sebelum kelas pelatihan dimulai. Ini sungguh menakjubkan. Ini semua berkat orang-orang yang telah bersumbangsih dengan uang dan tenaga.

Sumbangsih semua orang sama berharganya. Ada ratusan relawan Tzu Chi yang bergerak untuk membersihkan seluruh Aula Jing Si dan merampungkan pembangunan. Mereka juga harus bersiap-siap untuk menyambut kedatangan relawan dari wilayah utara, timur, dan selatan Malaysia yang akan mengikuti kelas pelatihan. Ini sungguh membutuhkan kerja keras.

Begitu pula dengan para relawan kita di Penang. Kelas pelatihan kali ini diadakan di dua tempat pada saat yang sama. Dahulu, untuk mengikuti kelas pelatihan, fungsionaris yang bisa kembali ke Taiwan hanya sekitar 400 hingga 500 orang. Kini, ada beberapa bhiksuni dari Griya Jing Si dan staf dari Divisi Kerohanian yang pergi ke sana. dan staf dari Divisi Kerohanian yang pergi ke sana. Karena itu, ada hampir 10.000 relawan dari seluruh Malaysia yang dapat mengikuti kelas pelatihan. Sungguh, melihat pemandangan seperti ini, saya sangat tersentuh. Saya sangat berterima kasih kepada para anggota Tzu Cheng dan komite dari Taiwan yang pergi ke sana untuk memberikan dukungan. Aula pameran di sana juga ditata dengan sangat agung. Para anggota Tzu Cheng dari Taiwan juga membantu mereka menyelesaikannya. Jadi, semua orang di seluruh dunia adalah satu keluarga.

Kita juga bisa melihat bahwa kini cuaca menjadi sangat tidak bersahabat dan perubahaan iklim menjadi sangat ekstrem. Kita bisa melihat sebuah pulau kecil, Dominika. Badai Tropis Erika yang menerjang pulau kecil tersebut telah menimbulkan kerusakan besar. Badai tropis ini masih terus bergerak menuju Kuba dan Amerika Serikat. Di Florida, Amerika Serikat, pemerintah setempat telah memberlakukan keadaan darurat. Demikian pula dengan Kuba. Sungguh, kekuatan manusia sangatlah kecil. Dalam keseharian, kita harus memenuhi pikiran kita dengan kebajikan dan kebenaran untuk menata jalan yang lapang dan rata. Setiap orang harus bersatu hati dan bergotong royonguntuk bersumbangsih bagi masyarakat.

Perbaikan gedung sekolah tidak bisa ditunda

Membantu memulihkan kegiatan belajar di sekolah dan mengukir ajaran kebajikan di dalam hati

Memperagung ladang pelatihan dan menapaki Jalan Bodhisattva di dunia

Memenuhi pikiran dengan kebajikan dan senantiasa mawas diri

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Agustus 2015

Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -