Ceramah Master Cheng Yen: Memetik Hikmah dari Peringatan Alam

Perlu diketahui bahwa di Afrika, serangan hama belalang kali ini 20 kali lipat lebih parah dari sebelumnya. Intinya, demikianlah kondisi alam saat ini. Di tengah kondisi seperti ini, orang-orang dilanda kelaparan. Kelaparan termasuk sejenis bencana. Selain itu, juga ada pandemi COVID-19 yang sangat menakutkan dan masih terus menyebar luas. Seluruh dunia merasakan dampaknya.

Satu jenis virus penyakit saja sudah membawa dampak bagi orang-orang di seluruh dunia. Semua orang merasa panik dan tidak tenang. Mengapa? Alam telah memberikan peringatan pada kita. Alam sudah lama memberikan peringatan lewat perubahan iklim.

Banyak ilmuwan yang terus-menerus mendalami dampak perubahan iklim terhadap lingkungan di masa mendatang dan melakukan prediksi. Para ilmuwan sudah lama mengeluarkan peringatan. Namun, orang-orang tidak menanggapinya dengan serius karena merasa bahwa itu adalah prediksi tentang masa mendatang. Apakah prediksi itu sungguh akan terjadi?

Orang-orang meragukannya dan merasa bahwa masa mendatang tidak berkaitan dengan kehidupan dan nafsu keinginan mereka sekarang. Meski ada bencana, itu akan terjadi di masa mendatang. Meski ada malapetaka, itu juga akan terjadi di masa mendatang. Mereka mengira bahwa “masa mendatang” itu masih sangat jauh. Mereka tidak menyangka bahwa masa mendatang yang diprediksi itu sudah ada di depan mata.

 

Semula, bencana mungkin sangat jauh, tetapi manusia terus menciptakan karma buruk dan ini mempercepat datangnya bencana. Jika kita tidak mengontrol perbuatan kita, bencana akan datang semakin cepat. Prediksi tentang kondisi alam di masa mendatang juga terpengaruh oleh karma buruk kolektif semua makhluk. Kekuatan karma terus menarik masa mendatang alam hingga semakin dekat dengan kita dalam waktu yang semakin singkat. Orang-orang harus bersungguh-sungguh memperhatikan peringatan dari alam ini.

Pandemi kali ini membawa pelajaran besar bagi umat manusia. Dalam menghadapi pandemi ini, sudahkah semua orang meningkatkan kewaspadaan? Banyak orang yang belum waspada, tetapi terlihat seperti waspada. Sudahkah mereka tersadarkan? Sudahkah mereka waspada?

Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan. Bencana telah terjadi dan jelas-jelas mendatangkan dampak serius bagi umat manusia. Jika manusia masih tidak tersadarkan, bencana akan datang semakin cepat. Setiap orang harus tersadarkan. Menghadapi pandemi kali ini, kita harus bermawas diri. Bermawas diri berarti harus bertobat. Kita harus menggenggam saat ini untuk segera melatih diri dan membentangkan jalan bagi masa depan.

Kita harus bersungguh-sungguh memetik hikmah darinya. Jadi, kita harus memperbaiki masa lalu dan melatih diri untuk masa depan. Jika berbuat salah, kita harus segera bertobat. Ini disebut memperbaiki masa lalu. Jika pernah berbuat salah, kita harus memperbaikinya dan segera bertobat. Kita juga harus melatih diri untuk masa depan dimulai dari sekarang.

 

Kita harus bermawas diri. Baik perbuatan, ucapan, maupun pikiran, kita harus menjaga semuanya dengan baik. Hati dan pikiran adalah ladang pelatihan kita. Persamuhan Puncak Burung Nasar berlangsung di dalam hati kita.

Beberapa hari ini, di sekeliling Griya Jing Si, nama Buddha terus dilafalkan karena kita sedang mempersiapkan upacara pemandian rupang Buddha. Saat ini, orang-orang tidak diperbolehkan berkumpul. Namun, Buddha datang ke dunia ini untuk membuka jalan kebijaksanaan dan membimbing kita ke arah kebijaksanaan.

Pada Hari Waisak, kita memperingati hari datangnya Yang Mahasadar ke dunia ini. Dengan hati penuh rasa hormat, kita memperingati Hari Waisak seperti biasanya tanpa berkumpul. Ladang pelatihan terdapat di dalam hati masing-masing orang. Orang-orang bisa memanfaatkan teknologi dengan menyalakan televise ataupun menggunakan ponsel dan computer untuk memperingati Hari Waisak secara bersamaan di mana pun mereka berada.


Namun, kita memiliki ladang pelatihan. Di ladang pelatihan kita, Griya Jing Si, dengan menaati aturan dan menjaga jarak fisik, kita tetap harus menunjukkan kekhidmatan kita dalam memperingati Hari Waisak. Saya mendengar kalian melafalkan nama Buddha Sakyamuni. Buddha Sakyamuni merupakan Yang Mahasadar Di Alam Semesta. Saat kita melafalkan nama Yang Mahasadar Di Alam Semesta, apakah hati dan pikiran kita tersadarkan? Kita harus menjalankan praktik Bodhisatwa.

Dalam menjalankan praktik Bodhisatwa, kita harus melatih diri berdisiplin. Selain melatih diri berdisiplin, kita juga harus melatih dan mengembangkan kebijaksanaan kita. Kita harus melenyapkan kebodohan. Kita harus mendengar Dharma agar kita dapat mengetahui kondisi kita sekarang.

Pandemi kali ini belum pernah ada sebelumnya dan membawa dampak bagi seluruh dunia. Kondisi yang kita hadapi sekarang akan tercatat dalam sejarah. Jadi, kita semakin perlu untuk tersadarkan. Alam sedang memberikan peringatan pada kita. Alam memberikan peringatan dan mengingatkan kita untuk menggenggam saat ini dan memetik hikmah dari pandemi ini.

Alam berulang kali memberikan peringatan
Kekuatan karma mempercepat terjadinya bencana
Memetik hikmah dari pandemi COVID-19
Memperbaiki masa lalu dan melatih diri untuk masa depan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 Mei 2020            
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 11 Mei 2020
Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -