Ceramah Master Cheng Yen: Memetik Hikmah dari Wabah Penyakit

“Ini adalah medan perang, medan perang medis. Setiap hari datang ke sini, yang saya lihat ialah rasa sakit, keputusasaan, penderitaan, dan ketidakberdayaan,” ujar seorang dokter di New York.

“Kami akan menggunakan berbagai tempat yang diperlukan untuk menolong orang-orang, termasuk Central Park. Kita akan semakin sering melihat hal seperti ini karena krisis terus berlanjut,” kata Bill de Blasio, Wali kota New York.

Virus COVID-19 menyebar dengan sangat cepat. Kini virus sudah menyebar ke 207 negara dan wilayah. Kondisi di AS sungguh sangat serius. Kasus positif sangat banyak dan orang yang meninggal dunia juga tidak sedikit. Jadi, kita semua harus meningkatkan kewaspadaan. Saya berharap semua orang dapat melindungi diri sendiri dengan baik.


Kita harus mempelajari langkah pencegahan wabah dan sungguh-sungguh menjalankannya. Lihatlah arahan yang diberikan oleh para ahli sains, ahli medis, dan pemerintah untuk masyarakat. Kita harus mengikuti arahan mereka. Kita harus menjalani pemeriksaan jika diperlukan. Jika hasilnya positif, kita harus diisolasi. Meski masih dalam pengamatan, kita juga harus menjaga jarak dari orang lain.

Kini menjaga jarak sangatlah penting. Sesungguhnya, berapa jarak amannya? Satu meter. Bisakah semua orang menjaga jarak satu meter satu sama lain? Seiring menjaga jarak satu sama lain, apakah hati orang-orang juga menjadi jauh satu sama lain? Meski kita harus menjaga jarak aman satu sama lain, jalinan kasih saying tetap bisa dipertahankan dengan ekspresi dan suara yang lembut. Kita tetap bisa berinteraksi seperti itu.

Dalam menghadapi wabah kali ini, kita harus belajar menaati aturan. Kita juga harus mengimbau orang-orang untuk belajar menaati aturan. Saya masih ingat dahulu, saat murid-murid SD masuk sekolah, para guru akan menyuruh mereka berbaris. Saat berbaris, murid-murid akan mengulurkan tangan ke depan untuk menjaga jarak satu sama lain sejauh satu lengan. Inilah aturan yang harus mereka taati.


Akibat perebakan wabah kali ini, kita perlu kembali menaati aturan dahulu. Sebelum wabah ini merebak, orang-orang saling merangkul dan berinteraksi tanpa menjaga jarak. Dalam kesempatan ini, kita harus sungguh-sungguh belajar untuk kembali menjaga jarak aman. Kita harus menggenggam kesempatan untuk belajar dari pandemi ini, menaati aturan, dan memperbaiki pola hidup.

Tidak peduli seketat apa pun seorang guru, melihat para murid mengikuti arahannya, dia pasti akan merasa senang dan memaafkan mereka. Dalam menghadapi pandemi ini, kita harus membangkitkan rasa hormat. Kita harus rendah hati dan menghormati orang lain. Saya yakin bahwa pandemi ini memberi kesempatan bagi umat manusia untuk belajar tata karma dalam interaksi antarmanusia dan mendalami prinsip kebenaran. Prinsip kebenaran ini menunjukkan arah yang benar pada kita dan kita cukup menapakinya saja.

Kini kita bisa menenangkan pikiran karena ada banyak kegiatan yang dihentikan untuk sementara. Semua kegiatan hendaknya dihentikan dahulu. Baik kegiatan pemerintah, pekerjaan, lalu lintas, maupun hubungan dengan luar negeri, semua hendaknya dihentikan untuk sementara. Berhubung akses transportasi ditutup, kita bisa menenangkan pikiran dan membuat rencana yang baik untuk masa depan.


Dengan dihentikannya berbagai kegiatan, kita bisa membenahi diri hingga kehidupan kita kembali normal dan pandemi ini terkendali. Ia bagaikan sebuah topan. Saat peringatan topan dikeluarkan, kita harus melakukan persiapan. Saat terjangan topan mendatangkan angin kencang dan hujan deras, kita yang telah melakukan persiapan bisa melaluinya dengan selamat. Saat topan berlalu, kita harus bersyukur karena selamat darinya. Inilah pengalaman kita.

Kita harus membangkitkan rasa hormat, mawas diri, dan rendah hati. Pandemi ini merupakan peringatan yang diberikan oleh alam pada umat manusia. Saya berharap semua orang dapat memetik hikmah dari peringatan alam ini. Jika kita tidak memetik hikmah darinya, bencana akan kembali terjadi.

Wabah SARS telah berlalu 17 tahun. Kini kita kembali menghadapi wabah penyakit. Dalam menghadapi wabah kali ini, jika kita bisa memetik hikmah darinya, ia akan segera berlalu. Yang dibutuhkan ialah semua orang bersatu hati dan tulus bervegetaris.

Bersatu hati mencegah penyebaran wabah dengan menaati aturan
Membangkitkan rasa syukur dan hormat serta kembali menaati aturan dahulu
Menenangkan pikiran dan membuat rencana berdasarkan pengalaman
Rendah hati, memetik hikmah dari bencana, dan menuju arah yang benar

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Maret 2020            
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 2 April 2020
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -