Ceramah Master Cheng Yen: Memetik Pelajaran Besar dan Mengubah Pengetahuan Menjadi Kebijaksanaan


Pandemi kali ini sungguh mendatangkan pelajaran besar. Setiap hari, saya berkata bahwa ini merupakan pelajaran besar. Kali ini, seluruh dunia diselimuti pandemi dalam waktu yang cukup lama. Pandemi ini disebabkan oleh kuman penyakit yang terusik dan menjadi aktif.

Sesungguhnya, dalam setiap makhluk hidup terdapat berbagai kuman yang dapat menjadi aktif sewaktu-waktu. Ini berkaitan dengan hukum sebab akibat. Buddha mengajari kita sesuatu yang lebih konkret, yaitu demikian benih dan kondisinya, demikian pula buah dan akibatnya. Inilah hukum sebab akibat.

Setelah pandemi Covid-19 merebak, seluruh dunia diselimuti energi penyakit. Dari waktu ke waktu, manusia terus-menerus menciptakan karma buruk. Kekuatan karma buruk telah terakumulasi hingga titik tertentu. Karma buruk ini tercipta lewat berbagai aktivitas kita dalam keseharian. Saat karma buruk kolektif semua makhluk terhimpun, bencana besar akan terjadi. Contohnya pandemi Covid-19 kali ini.

Hingga saat ini, belum ada obatnya. Orang-orang hanya bisa melakukan pencegahan. Kini, selain menjaga jarak fisik, yang terpenting ialah pola makan. Setiap orang hendaklah memetik pelajaran besar tentang pola makan. Kita hendaknya tersadarkan dan berhenti mengonsumsi makanan nonvegetaris. Artinya, kita harus beralih ke pola makan vegetaris.

Saat semua orang memiliki kesadaran untuk bervegetaris, barulah kita bisa sepenuhnya terbebas dari masker. Lihatlah anak-anak. Semakin kecil usia mereka, semakin dekat mereka dengan sifat hakiki yang bajik.


“Saya mendapat perintah baru. Saya harus menangkap empat ekor hewan,” ujar Grissom, seorang murid.

“Apa yang kamu rasakan saat berada di dalam?”

“Sedih sekali. Karena menyayangi ayah dan ibu saya, saya memberi tahu mereka untuk tak makan daging. Saya ingin menyelamatkan hewan,” jawab Grissom.

“Saya ingin menjadi seorang vegetarian karena tidak ingin membunuh hewan, jawab seorang murid lainnya.

“Saya tidak makan daging. Karena itu akan membuat hewan kesakitan.Jika melukai banyak hewan, kita tidak akan melihat hewan lagi. Hewan adalah teman baik kita,” imbuh murid yang lain.

Inilah sifat hakiki manusia yang murni dan bajik. Akan tetapi, manusia tamak akan cita rasa daging sehingga mencemari sifat hakiki yang murni ini. Ketamakan akan cita rasa daging ini menjadi nafsu keinginan di dalam hati. Karena itulah, dengan pengetahuan mereka, orang-orang berusaha mencari cara untuk memenuhi nafsu makan dan bertikai demi mengejar kenikmatan. Demikianlah manusia menciptakan karma buruk.

Saudara sekalian, apa yang harus kita lakukan? Dengan besarnya populasi dunia saat ini, beban Bumi sungguh sangat berat. Semakin besar populasi manusia, kerusakan yang ditimbulkan pun semakin besar. Manusia menebang pohon di hutan dan pegunungan. Selain itu, kebakaran hutan juga terus terjadi. Sungguh, paru-paru Bumi telah meradang.Kita hendaknya mengasihi dan menghargai alam.


Hutan bagaikan paru-paru alam. Jika manusia terus menebang hutan, udara segar akan terus berkurang. Manusia telah menimbulkan polusi udara yang sangat serius. Demi mengonsumsi daging hewan, manusia menghabiskan banyak sumber daya alam untuk menernakkan hewan setiap tahun. Setiap detik, ada ribuan ekor hewan yang dibunuh.

Setiap hari, ada lebih dari 200 juta ekor hewan yang dibunuh oleh manusia. Jadi, ada lebih dari 200 juta ekor hewan yang disembelih setiap hari untuk dikonsumsi. Orang-orang menernakkan hewan demi memenuhi permintaan daging. Apakah kita harus mengonsumsi daging hewan? Kotoran yang dihasilkan oleh hewan juga menimbulkan pencemaran bagi bumi. Jadi, ini merupakan lingkaran buruk. Bukankah lingkaran buruk ini diciptakan oleha manusia?

Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita harus merenung dengan sungguh-sungguh dan tersadarkan. Kita hendaklah mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Dengan kebijaksanaan, barulah kita dapat menjaga mulut kita. Saya mendengar profesor dan dokter kita berkata bahwa di dalam mulut kita, terdapat triliunan bakteri. Bukan hanya miliaran, melainkan triliunan. Jadi, mulut ini tidaklah bersih.

Ketidakbersihan ini berasal dari apa yang dimakan. Karena itu, kita harus tersadarkan, menjalani kehidupan dengan baik, menyucikan hati kita, dan menjadi Bodhisatwa dunia yang membawa manfaat bagi orang banyak. Buddha datang ke dunia ini dengan ikrar untuk mengajarkan praktik Bodhisatwa. Bodhisatwa hendaklah terus membawa manfaat bagi semua makhluk.


Kemarin, saya bertemu sekelompok relawan Tzu Chi dari Kaohsiung. Mereka semua bisa menyebarkan Dharma. Saat berkunjung ke Kaohsiung dahulu, saya pernah berkata pada mereka, "Setelah mendengar Dharma, kalian harus mewariskan dan menyebarkannya. Kalian harus menyebarkan ajaran Tzu Chi dan mewariskan mazhab Tzu Chi. Kalian harus bersungguh-sungguh menganalisis agar lebih mengenal Tzu Chi dan memahami ajaran Buddha. Buddha bukan mengajarkan kekuatan gaib pada kita. Buddha tidak mengajarkan demikian.Buddha mengajari kita untuk menjadi orang baik."

Orang baik yang sesungguhnya adalah Bodhisatwa. Bodhisatwa muncul karena adanya makhluk yang menderita. Inilah kebenaran sejati yang hendaknya dipraktikkan di dunia ini. Saudara sekalian, berhubung telah mendengar ajaran Buddha, kita hendaklah menjaga tekad dan menjalankan ajaran agar jalan kita menjadi lapang.

Kita semua harus menjaga tekad. Kita menjalankan Tzu Chi dengan semangat misi. Kita semua bertekad untuk menjalankan Tzu Chi. Di Tzu Chi, kita mempraktikkan Dharma di dunia dengan semangat Buddha. Untuk mempraktikkan Dharma di dunia, kita harus menjangkau makhluk yang menderita dan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Jadi, selain mendengar dan menyebarkan Dharma, kita juga harus mempraktikkannya di tengah masyarakat.

Memetik pelajaran besar dan mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan
Sifat hakiki yang murni dan bajik bertahan hingga selamanya
Menjaga tekad, menjalankan ajaran, dan mewariskan kebenaran
Menjalankan ikrar demi membawa manfaat bagi semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Oktober 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 13 Oktober 2021
Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -