Ceramah Master Cheng Yen: Memetik Pelajaran Besar untuk Melangkah dengan Tekun dan Bersemangat
“Banyak tangga dan pintu masuk yang retak. Semua ubin pun terlepas. Saya pergi ke dokter dan minum obat anticemas,” kata Nona Huang warga.
“Tzu Chi akan selalu mendukung mereka,” kata Lin Yue-feng relawan Tzu Chi.
“Kami mengadakan kegiatan doa bersama di sini agar warga sekitar tahu bahwa insan Tzu Chi akan selalu ada untuk mereka. Kami di sini untuk mendampingi mereka, berdoa bagi mereka, dan memberi tahu mereka tentang kepedulian Master,” kata Lü Ci Rang relawan Tzu Chi.
“Bagi saya, seburuk apa pun situasinya, ketika melihat Tzu Chi, hati saya merasa tenang karena para relawan menganggap kami sebagai satu keluarga,” kata salah seorang warga.
“Mereka telah membantu dan menyemangati saya. Sesungguhnya, saya juga harus belajar untuk menenangkan hati saya sendiri,” kata Nona Huang warga.
“Kami berterima kasih banyak kepada Tzu Chi. Terima kasih. Terima kasih,” kata Fang He-sheng Lurah Zhongqin.
Saya sering kali berbicara tentang karma buruk kolektif manusia. Oleh karena itu, hendaknya kita menyucikan hati manusia agar ada lebih banyak orang baik yang mempraktikkan kebajikan. Himpunan kekuatan kebajikan akan menciptakan energi yang kuat. Dengan demikian, secara alami, energi kebajikan yang kuat dapat menghalau segala bencana dan hidup kita akan lebih damai. Jadi, hendaklah kita terus memikirkan cara untuk mewujudkan kedamaian.
Saya sering berkata bahwa kita harus memiliki hati Buddha dan hati Bodhisatwa. Dengan hati Buddha, kita menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita semua telah melakukannya dengan hati tertulus. Sesungguhnya, inilah pelajaran besar. Gempa bumi kali ini adalah sebuah bencana besar. Kalian pasti sering mendengar saya mengulas tentang bencana besar. Inilah bencana besar yang sudah terjadi.
Bencana ini mengajarkan kita tentang ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan. Ketidakkekalan ini telah membangkitkan kekhawatiran dan ketakutan setiap orang. Saat ini, hal terpenting adalah menggalang orang, menggalang cinta kasih, dan menggalang kasih sayang. Hendaklah kita menggalang Bodhisatwa.
Bodhisatwa adalah makhluk dengan cinta kasih berkesadaran. Makin banyak Bodhisatwa yang berhimpun, makin besar pula kekuatan cinta kasih yang terbentuk. Jadi, semua orang bisa bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Ini semua bukan demi uang, tetapi demi membagikan pelajaran besar kepada semua orang.
Dengan adanya bencana ini, kita bisa kembali memulai langkah kita. Sama seperti yang dikatakan dalam Sutra Teratai, semua orang terus berjalan untuk mencapai tempat harta karun berada dengan bimbingan seorang guru. Mereka terus berjalan hingga berkata, "Saya merasa lelah." Lalu, guru tersebut segera mencari sebuah tempat dan berkata, "Kalian dapat beristirahat di sini." Saat semuanya tengah beristirahat, guru tersebut kembali berkata, "Mari kita melanjutkan perjalanan ini. Tempat harta karun sudah dekat."
Jika kalian mendengarkan ceramah saya tentang Sutra Teratai, kalian akan menyadari bahwa saya telah menceritakan kisah ini. Kalian hendaknya sering mempelajarinya. "Tempat harta karun sudah dekat." Kita telah menapaki Jalan Tzu Chi selama puluhan tahun. Saat ini, kita sudah tidak muda. Saya ingin memberi tahu kepada semuanya untuk menggenggam waktu dan jalinan jodoh.
Selama kita masih ada di dunia ini, hendaklah kita bersumbangsih bagi dunia dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Janganlah kita menyia-nyiakan waktu. Pada usia kita ini, kita telah menempuh perjalanan yang sangat jauh. Hendaklah kita menggenggam waktu saat ini. Sepanjang apa pun perjalanan di masa mendatang, kita harus menggenggamnya dengan baik.
Guru itu telah memberi tahu kita bahwa tempat harta karun tidak jauh dari kita. Benar. Ketika kita melangkah dengan baik di Jalan Bodhisatwa, kita dapat menempuh perjalanan dengan selamat hingga mencapai tempat harta karun, yaitu tempat tujuan kita melatih diri. Tujuan kita ialah meneladan Buddha. Semua orang memiliki hakikat kebuddhaan. Kita semua terus menapaki Jalan Bodhisatwa serta bersumbangsih dengan penuh perhatian tanpa pamrih.
Saya sering mendengar kalian mengucap syukur dan berterima kasih. Ini menunjukkan bahwa kalian menapaki Jalan Bodhisatwa dengan sangat tenang. Bersumbangsih adalah ikrar kita semua. Ketika ada orang yang menerima bantuan kita, hendaklah kita berterima kasih kepadanya. Tanpa mereka, kita tidak memiliki kesempatan untuk bersumbangsih. Jadi, hendaklah kita bersyukur setiap saat.
Mari kita menggenggam waktu saat ini dan jalinan jodoh yang ada untuk membantu mereka yang membutuhkan. Setelah momen ini berlalu, mereka mungkin tak lagi membutuhkan bantuan. Ketika kita ingin menyebarkan Dharma, orang-orang mungkin enggan mendengarkan dan berpikir bahwa entah kapan peristiwa itu akan terjadi atau peristiwa itu telah terjadi di masa lalu. Oleh karena itu, kita harus menggenggam waktu saat ini.
Di masa lalu, kita telah menghimpun jalinan jodoh baik sehingga saat ini, ketika kita menyerukan sesuatu, jalinan jodoh pun matang dan kita berkesempatan untuk memberi tahu orang-orang bahwa inilah ketidakkekalan hidup. Inilah yang diajarkan oleh Buddha. Jadi, hendaklah kita menghimpun jalinan jodoh baik.
Saya sering berkata bahwa karma tidak terlihat dan tidak dapat dihentikan. Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan ialah menggenggam waktu yang ada untuk bermawas diri dan berhati tulus. Apa yang dimaksud dengan bermawas diri dan berhati tulus? Kita harus mengasihi dan menghargai kehidupan semua makhluk. Semua Sutra mengajari kita untuk mengasihi dan menghargai kehidupan serta menyelamatkan semua makhluk.
Bencana gempa kali ini memberikan pelajaran besar kepada kita semua. Guncangan gempa ini menunjukkan kekuatan dahsyat alam semesta yang menakutkan. Kita perlu merasa takut. Jangan berkata, "Saya tidak takut." Manusia sangatlah kecil. Kita harus senantiasa menghormati langit dan bumi. Kita harus bersyukur karena dapat hidup dengan damai dan masih dapat bersumbangsih bagi dunia. Di Tzu Chi, ada banyak orang yang menghimpun kekuatan cinta kasih.
“Ini untuk membantu bencana gempa di Hualien, Taiwan. Terima kasih,” kata Alfredo Li Relawan Tzu Chi
“Saya juga ingin turut membantu. Meski berasal dari suku yang berbeda, kita semua adalah manusia yang hidup di Bumi. Mereka adalah teman kami,” kata Suster Eliza Ordo Fransiskan Sekuler
“Kita mengirimkan cinta kasih dan doa bagi Taiwan. Semangat,” ucap para relawan Pulau Bohol, Filipina.
Hendaklah kita mengingatkan diri sendiri untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dengan tekun dan bersemangat. Tempat harta karun sudah dekat. Janganlah kita lengah. Saat Gempa 921, kita juga telah membangun banyak sekolah dan Perumahan Cinta Kasih di wilayah tengah. Ini semua adalah proyek besar.
Saat ini, gempa terjadi di Hualien dan ini adalah pelajaran besar bagi kita semua. Hendaklah kita kembali melangkah untuk membawa bantuan. Seperti yang dikatakan dalam Sutra Teratai, "Semuanya telah berjalan jauh hingga tempat ini. Janganlah berhenti." Hendaklah kita terus berjalan maju. Semua orang bisa mendapatkan pahala. Kita akan memperoleh manfaat dari apa yang kita lakukan.
Kita yang memiliki jalinan jodoh hendaknya menggenggam kesempatan untuk mengajari orang-orang bersumbangsih dengan cinta kasih. Saat ini, hendaklah kita membangkitkan niat baik. Apa pun yang kita lakukan, kita harus memberi tahu semua orang tentang hal ini dan membangkitkan cinta kasih mereka. Berdonasi dalam jumlah kecil tidak akan memengaruhi uang belanja dan kehidupan keluarga kita.
Hendaklah kita membangkitkan niat untuk berdoa dengan penuh cinta kasih. Demikianlah kita menyebarkan Dharma dan memberi manfaat bagi semua makhluk. Ini disebut dengan ajaran bajik. Ketika kita menyebarkan ajaran bajik, kita telah menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Ini semua tidak harus dilakukan dengan uang, hanya perlu membangkitkan niat baik.
Menyucikan hati dan menghimpun kebajikan untuk menghentikan karma buruk
Memetik pelajaran besar dan menyadari ketidakkekalan hidup
Saling mendukung untuk mencapai tempat harta karun
Menghimpun cinta kasih untuk menyelamatkan semua makhluk
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 16 April 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 18 April 2024