Ceramah Master Cheng Yen: Memikul Bakul Beras dan Membimbing Semua Makhluk
“Saya bersumbangsih sebagai relawan pendamping bus RS Tzu Chi Taichung,” kata Luo Wen-zheng, relawan Tzu Chi berusia 84 tahun.
“Selama berobat 11 tahun ini, saya selalu melihat beliau. Beliau bagaikan keluarga saya,” kata Ibu Wu, warga Shuili, Nantou.
“Dahulu, di Shuili belum ada bus rumah sakit kita sehingga sebagian warga tidak leluasa untuk berobat. Sejak ada bus, saya terus bersumbangsih sebagai relawan pendamping bus hingga sekarang,” kata Luo Wen-zheng, relawan Tzu Chi berusia 84 tahun.
“Saya dan suami saya, kesehatan kami juga kurang baik. Suami saya menderita hipertensi dan diabetes, sedangkan saya menderita aritmia. Saya juga memahami penderitaan akibat penyakit,” kata Qiu Gui-en, relawan Tzu Chi.
“Selama kami berobat, Kakak Qiu sangat memperhatikan kami,” kata salah satu pasien.
“Saya dapat mengenal banyak orang dan berbagi tentang Tzu Chi di bus. Bahkan, ada orang yang menjadi donatur Tzu Chi. Dengan memercayai satu sama lain, kita bisa menjadi teman baik. Saya merasa bahwa di usia saya ini, masih dapat keluar untuk melayani orang banyak merupakan suatu kehormatan dan berkah,” Qiu De-zong, relawan Tzu Chi.
Seiring berlalunya hari demi hari, kita berusaha untuk menulis sejarah sendiri atau hanya menjalani hari demi hari begitu saja? Saya sering berpikir bahwa berkat adanya jalinan jodoh baik dan berkah, barulah kita dapat terlahir sebagai manusia. Di tengah masyarakat, kita mengenal satu sama lain. Orang-orang membantu saya dan saya pun dapat membantu banyak orang. Ada banyak orang yang menolong sesama. Jadi, setiap orang dapat menolong sesama. Inilah nilai kehidupan kita. Tanpa Anda, saya, dan dia, seperti apakah kondisi kehidupan dan dunia ini?

Kita tidak akan tahu bagaimana menjalani hidup dan tidak bisa berinteraksi dengan orang lain. Kita mengenal berbagai jenis makhluk hidup, yakni manusia, hewan, dan tumbuhan. Bagaimana hendaknya kita memperlakukan makhluk lain? Terhadap tumbuhan, saya selalu sangat bersyukur. Alam telah menyediakan sumber daya yang berlimpah bagi manusia. Apa yang bisa manusia berikan pada alam? Bodhisatwa sekalian, renungkanlah hal ini baik-baik.
Beberapa hari ini, saya juga mengingatkan kalian untuk mengenang apa jalinan jodoh yang menginspirasi kalian menjadi murid saya dan apa ikrar yang kalian bangkitkan saat meninggalkan keduniawian. Kalian harus menulis sejarah kalian sendiri. Jangan meremehkan diri sendiri. Setiap orang memiliki kisah yang menyentuh. Lihatlah ketua dan para wakil ketua badan misi amal kita. Sebelumnya, mereka memiliki karier masing-masing. Demi mendukung saya, mereka melepas kedudukan mereka yang tinggi di tengah masyarakat.
Saat terpikir akan hal ini, saya sungguh merasa bahwa kehidupan kalian sangat bernilai. Tanpa kalian, Tzu Chi tidak mungkin mencapai level setinggi ini. Kalian hendaknya juga menginventarisasi kehidupan kalian yang sangat bernilai. Saya berharap kalian dapat mendokumentasikan kisah kehidupan kalian dan saya yang sangat bernilai. Saya sungguh sangat bersyukur.

Dalam sebuah foto, saya melihat Chen You-peng, Huang Jin-yi, dan Ruan Yi-zhong. Saya sangat bersyukur kepada Huang Jin-yi yang masih terus mendampingi saya. Saat melakukan perjalanan, saya selalu melihat kendaraannya di depan saya. Dia sering menghentikan kendaraannya di titik tertentu untuk mendokumentasikan perjalanan saya. Dia mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk misi budaya humanis kita. Saya sangat bersyukur.
Kita harus menghargai misi budaya humanis kita. Saya sangat bersyukur. Saya berharap setiap orang dapat bersungguh hati menyusun sejarah Tzu Chi. Setiap langkah kita di Tzu Chi meninggalkan jejak dalam kehidupan kita. Tanpa orang-orang yang mendedikasikan kehidupan, sejarah Tzu Chi tidak akan ada. Mari kita mengubah jejak kehidupan kita menjadi jejak misi Tzu Chi dan menyusunnya menjadi sejarah. Ini adalah sejarah era sekarang yang mengandung kisah orang-orang, bagaikan Sutra Agama.
Ada berbagai kisah yang sangat menyentuh dalam Sutra Agama. Jika tidak dicatat ataupun dibuat menjadi buku, sejarah ini mungkin akan terlupakan atau berantakan. Ini bagaikan kalung mutiara. Setiap butir mutiara sangatlah berharga. Namun, kita membutuhkan seutas benang untuk merangkai butir demi butir mutiara ini. Saat merangkai butir demi butir mutiara, kita juga harus mengikat ujung benangnya agar mutiara yang dirangkai tidak terjatuh. Jika kita merangkai mutiara tanpa mengikat ujung benangnya, mutiara itu akan terjatuh. Jadi, kita harus merangkainya dengan sungguh-sungguh.

Bodhisatwa sekalian, menyusun sejarah Tzu Chi termasuk misi kita. Kita dibutuhkan setiap waktu, bukan hanya sekarang, tetapi juga di masa mendatang. Bodhisatwa sekalian, setiap kata sangatlah berharga karena setiap kata mengandung kisah perjalanan saya, apa yang dilakukan oleh para insan Tzu Chi, dan sejarah Tzu Chi. Jadi, saya harap setiap orang dapat merapikan kisah perjalanan hidup masing-masing dan menunjukkan nilai kehidupan kalian. Hal yang saya syukuri sangatlah banyak, termasuk hal-hal yang terjadi di seluruh dunia.
Tiada hari Minggu bagi ketua badan misi amal kita. Setiap hari, saat melewati kantornya, saya selalu melihat dirinya bekerja keras. Begitu pula dengan para wakil ketua dan relawan kita. Bodhisatwa sekalian, genggamlah waktu yang ada. Bagi para Qingxiushi, memikul bakul beras bagi dunia bukanlah misi yang mudah. Mereka harus mempercepat langkah untuk melakukannya. Para staf di Griya Jing Si juga hendaknya sungguh-sungguh membimbing semua makhluk dan terus menginspirasi generasi berikutnya. Bimbinglah orang-orang yang berjodoh dengan kalian untuk menjadi murid kalian. Mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi, inilah harapan terbesar saya.
Menginventarisasi nilai kehidupan masing-masing
Menghargai dan mempererat jalinan jodoh Dharma
Merangkai cinta kasih untuk menulis sejarah Tzu Chi
Memikul bakul beras untuk membawa manfaat bagi orang banyak
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 05 Februari 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 07 Februari 2025