Ceramah Master Cheng Yen: Memikul Sebab dan Mengikuti Kondisi untuk Mengikis Rintangan Karma

 

“Sekitar tahun 1980-an, saya melihat Master. Lewat siaran televisi, saya tahu bahwa di Hualien ada seorang bhiksuni yang sangat mulia hendak membangun rumah sakit. Sejak saat itu saya mulai menyisihkan uang. Pada tahun 1990-an, saya mulai melakukan daur ulang,” ujar Lin Xiu-lan, relawan Tzu Chi.

“Putramu mengalami kecelakaan lalu lintas.”

“Sudah delapan tahun lalu. Kebetulan saya sedang menjadi relawan rumah sakit. Saat Tahun Baru Imlek, saya bertugas di RS Tzu Chi Taichung. Dia mengalami kecelakaan tepat pada Tahun Baru Imlek. Dia kehilangan banyak darah dan meninggal. Saat itu saya merasa sangat sedih. Kemudian, saya merasa beruntung mengikuti Master dan menjadi murid Master sehingga dapat keluar dari kesedihan ini,” tambah Lin Xiu-lan.

“Saya tetap menjadi relawan rumah sakit seperti biasa. Mereka bertanya apakah saya sanggup. Sanggup, tak apa. Saya punya ajaran Master. Pada selang waktu itu, saat berceramah, Master kebetulan ada membahas kisah orang-orang yang mengalami berbagai masalah. Sungguh, jika tidak mengikuti Master, saat ini mungkin saya sudah tidak ada. Master, terima kasih,” pungkasnya.

Bodhisatwa sekalian, saya sangat terharu mendengarnya. Namun, di balik kisah yang mengharukan itu ada kesulitan. Begitulah kehidupan. Dalam kehidupan ini, saat sesuatu menimpa orang yang kita kasihi, rasanya sungguh menyakitkan, menderita sekali. Inilah kebenaran di dunia.

Dunia kita ini disebut Dunia Saha yang artinya dunia yang makhluknya harus menahan derita. Terlahir ke dunia ini, kita harus berlatih untuk bertahan dan bersabar. Dengan demikian, kita bisa mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Tanpa kesabaran, kita tak bisa menjadi Bodhisatwa.

Jika tak bisa menjadi Bodhisatwa, kita akan terus menjadi makhluk awam yang tersesat. Ada dua pilihan di dalam kehidupan ini. Pertama, menjadi makhluk awam yang tersesat. Kedua, menjadi Bodhisatwa yang penuh cinta kasih berkesadaran. Kita semua yang duduk di sini saat ini adalah Bodhisatwa yang penuh cinta kasih berkesadaran.

 

Kita datang ke dunia ini karena adanya sebab dan kondisi. Kita harus memikul sebab dan mengikuti kondisi untuk dapat mengikis rintangan karma. Dengar dengan jelas. Kita harus memikul sebab dan mengikuti kondisi. Di masa lalu kita telah menanam benih sebab. Segala benih yang kita tanam tanpa sadar di masa lalu akan kita bawa ke kehidupan sekarang dan menyebabkan berbagai kekhawatiran dan kesedihan.

“Master, Anda telah menolong saya beberapa kali. Master telah menolong saya. Saya tak bisa berpikiran terbuka karena anak-anak saya. Saat tak bisa berpikiran terbuka, saya akan risau. Saya akan bermimpi dan teringat Master. Master terus berkata kepada saya, "Kamu harus sungguh-sungguh bersumbangsih, jangan tidak bisa berpikiran terbuka." Master menghibur saya. Saya sangat gembira. Saya akan sungguh-sungguh mengikuti bedah buku. Saya akan rajin membaca buku setiap hari. Saat memikirkan anak sendiri, pikirkan juga semua anak di dunia,” ujar Wang Chou, Relawan pelestarian lingkungan.

“Ya, sungguh-sungguhlah membaca buku.”  

“Saya ingin menjalani hidup dengan baik dan sungguh-sungguh bersumbangsih. Saya senang melakukan daur ulang,” kata Lin Xiu-lan.

“Lebih banyaklah mendengar kata-kata saya.”

“Saya akan selalu mendengarkan nasihat Master,” jawab Wang Chou.

Di Tzu Chi, nilai kita terletak pada relawan dan jalinan jodoh baik dengan semua orang. Tanpa para relawan di sekeliling kita, kita mungkin tidak akan mampu bertahan menghadapi berbagai kesulitan yang berasal dari noda dan kegelapan batin kita. Tanpa orang-orang ini, kita mungkin tak dapat mengatasi kerisauan dan malah menambah kegelapan batin.


Bertemu dengan para insan Tzu Chi ini, meski rintangan karma muncul di hadapan kita, kita beruntung memiliki jalinan jodoh ini sehingga diri kita mampu bertahan dan mengikis rintangan karma. Bagaimanapun karma masa lalu yang kita bawa, karena kini kita telah memiliki Dharma, kita dapat membimbing batin kita sendiri. Inilah yang disebut ada jalan keluar.

Jadi, kalian semua telah mendengar nasihat saya. Gunakanlah Dharma ini untuk mentransformasi noda batin dan karma masa lalu agar kini kita dapat bersumbangsih.

“Saya beruntung dapat bertemu Master. Saya juga pernah memimpikan Master. Master mengatakan kepada saya agar tidak membiarkan banyak belenggu ada di hati saya. Belenggu ini harus dilepaskan. Dahulu saya tidak bisa melepaskannya. Setelah mengikuti kegiatan di posko daur ulang dan bersumbangsih perlahan-lahan, barulah saya dapat memahami bahwa batin manusia jangan dibiarkan terbelenggu. Terima kasih Master telah membangun dunia Tzu Chi sehingga saya berkesempatan untuk melatih diri dan dapat perlahan-lahan melepaskan belenggu kemelekatan terhadap orang-orang yang saya kasihi,” tutur Relawan pelestarian lingkungan, Li Ying-jiao.

“Mulanya, saat berkata ingin melepas, sungguh lebih mudah bicara daripada melakukan. Sungguh tidak mudah untuk melepas. Satu tahun setelah kepergian suami saya, saya terus mengikuti kegiatan di posko daur ulang dan melanjutkan pekerjaan suami saya yang belum selesai di posko daur ulang. Saya melanjutkannya. Saya menganggap posko daur ulang sebagai rumah sendiri. Ketika ada waktu, saya selalu pergi ke posko daur ulang dan akhirnya saya bisa melepaskan kesedihan saya. Master pernah berkata, saat kaki depan menapak, kaki belakang harus melangkah. Saya terus mengingat ajaran Master di dalam hati. Karena itu, saya bisa terus melakukan daur ulang,” tambah Relawan pelestarian lingkungan, Li Ying-jiao.

Inilah yang disebut mengubah noda batin menjadi Bodhi. Jadi, dengan mengubah pola pikir, kita tidak akan menyia-nyiakan waktu dan dapat melakukan sesuatu untuk mengikis noda batin kita. Sebaliknya, jika hanya duduk dalam kegalauan, tiada hal yang akan dicapai. Kita hanya akan menyakiti tubuh dan batin sendiri. Kita akan terus risau.

Intinya, kita memiliki Dharma untuk mentransformasi diri sehingga kegelapan batin tidak merasuk ke dalam batin. Dengan begitu, noda batin dan kerisauan akan terhenti. Kita tidak lagi terbelenggu oleh kegelapan batin. Jadi, kita harus mentransformasi batin dengan Dharma; melenyapkan kegelapan dan noda batin. Apakah kalian mengerti? (Mengerti). Ya, inilah yang disebut mendengar dan mempelajari Dharma.


Dengan Dharma, kita membimbing diri sendiri. Ini sudah benar. Hal yang benar, lakukan saja. Dengan begitu, kita bisa mengubah yang tak berguna, yakni noda batin kita, menjadi sesuatu yang berguna. Kita harus menjaga pikiran untuk tetap jernih dan bijaksana. Demikian pula, kita mengubah barang yang tak berguna menjadi berguna.

Sebaliknya, kita melihat sebuah pabrik besar yang berhenti beroperasi karena kegiatan ekspor terhenti. Kain yang tak berguna dari pabrik itu didonasikan ke Tzu Chi. Dengan cinta kasih, para relawan mengerahkan keterampilan untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang indah dan berguna. Semua orang sangat senang menggunakannya. Beginilah kita mengubah kegelapan batin dan mengembangkan potensi sumber daya.

Intinya, masyarakat saat ini sangat membutuhkan kekuatan kita. Menghadapi dunia yang penuh dengan orang-orang yang menderita, kita merasa tidak sampai hati. Kita ingin membantu. Kalian semua telah memiliki jalinan jodoh masa lampau dengan saya sehingga tidak tega melihat saya khawatir.

Karena itu, semua orang berusaha mendukung saya agar saya tidak khawatir dan dapat bersumbangsih bagi dunia. Kalian membuat saya dapat bersumbangsih sepenuh hati dan mendukung saya dari belakang.  Berbagai barang yang dianggap tidak berguna kalian kumpulkan dan jadikan karya seni.

Singkat kata, berkah didapat dari bersumbangsih. Berkah adalah rasa sukacita yang didapat saat bersumbangsih. Para relawan Tzu Chi menciptakan berkah lewat sumbangsih penuh sukacita. Lewat sumbangsih kita, kita dapat menolong banyak orang. Ini adalah berkah yang berlipat ganda. Ini sungguh merupakan pahala yang tak terhingga. Terima kasih.

Kalian telah melakukan daur ulang dengan tangan kalian. Terima kasih. Pahala kalian sungguh tak terhingga.

Memikul sebab dan mengikuti kondisi untuk mengikis rintangan karma
Melepaskan noda batin dan mencapai kebodhian
Mengubah barang yang tak berguna menjadi berguna dengan keterampilan
Menciptakan berkah dengan sukacita dan membawa manfaat bagi semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Desember 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 16 Desember 2020
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -