Ceramah Master Cheng Yen: Memikul Tanggung Jawab Besar di Jalan Bodhisatwa
Bodhisatwa sekalian, inilah saatnya mengambil hikmah dari bencana yang terjadi. Sesungguhnya, mengenai bencana alam saat ini, saya pernah berkata bahwa manusialah penyebabnya. Tiga bencana besar dan tiga bencana kecil mengingatkan semua orang. Lewat berbagai bencana di dunia, manusia harus sadar dan mengambil hikmahnya. Kita semua sungguh harus memandang serius semua ini.
Akibat pandemi kali ini, banyak orang harus berhenti bekerja. Begitu berhenti bekerja, orang-orang menghadapi banyak kesulitan. Karena itu, beberapa waktu ini saya terus berkata bahwa kita harus membantu orang yang menderita untuk keluar dari kesulitan ekonomi. Kita harus lebih banyak menggalang donator yang bisa bersumbangsih sedikit demi sedikit. Untuk itu, kita harus memperlihatkan bahwa Tzu Chi benar-benar berbuat.
Setiap kali mengikuti rapat dengan para relawan, saya benar-benar melihat bahwa di seluruh dunia, saat ada kesulitan di negara mana pun, insan Tzu Chi bersatu untuk membantu negara itu. Dalam kehidupan sehari-hari, tetes-tetes sumbangsih kita yang terhimpun juga dapat membantu orang lain. Inilah yang disebut pendidikan visual. Orang-orang bisa melihat langsung dengan mata.
“Setelah bencana topan terjadi, banyak keluarga yang belum mendapat bantuan. Dana Tzu Chi berasal dari tetes-tetes sumbangsih yang datang dengan tidak mudah. Ini tentu tidak cukup untuk membantu semua orang. Lalu bagaimana?” kata Cai Qing-shan wakil ketua Tzu Chi Filipina.
“Seluruh anggota asosiasi kami sangat berterima kasih atas bantuan Tzu Chi. Kami juga terinspirasi untuk membagikan cinta kasih,” kata Bong Patino Ketua Asosiasi Penghuni.
“Meski donasi yang kami berikan tidak sebanyak yang Tzu Chi berikan kepada kami, tetapi kami ingin lebih banyak keluarga bahagia. Inilah suasana Natal yang sesungguhnya,” kata Gloria Dasalla Ketua Asosiasi Penghuni.
Semua orang hendaknya membangkitkan tekad untuk menginspirasi dan membimbing lebih banyak orang. Semua orang harus menghubungi kerabat masing-masing. Begitu ada informasi atau berita tentang Tzu Chi, kita bisa membagikannya lewat ponsel kepada mereka.
Saat ini adalah saat untuk menggalang Bodhisatwa. Semua orang hendaknya menyerukan hal ini hingga ke seluruh dunia agar orang-orang di tempat yang tenteram juga dapat melihat dan mendengar seruan saya ini. Semoga semua orang dapat membangkitkan niat tulus untuk bersumbangsih dan menciptakan berkah agar kekuatan semua orang bisa terhimpun.
“Saat membantu pekerjaan rumah, saya bisa dapat 50 sen. Lalu, setengahnya saya sumbangkan kepada orang yang kurang mampu. Dengan begitu, mereka bisa terbantu dan memiliki hari yang bahagia,” kata Chen Zhe-lin murid lulusan TK Cinta Kasih Tzu Chi.
“Melihatnya menyisihkan uang ke dalam celengan bambu, saya pun mengikutinya. Kami ingin membantu orang-orang yang terkena bencana,” kata Chen Zhe-yu Adik Chen Zhe-lin.
“Para guru membangkitkan cinta kasih anak-anak. Jika saya melakukan ini bersama-sama dengannya, saya merasa maknanya akan lebih besar,” kata Chen Xiang-jun orang tua Chen Zhe-lin.
“Setelah saya menjelaskan, jika mereka tidak mengerti, saya bisa menjelaskannya kembali karena saya berharap semua orang dapat melakukan ini bersama saya agar bisa membantu lebih banyak orang yang kekurangan,” pungkas Chen Zhe-lin.
Saya berharap Bodhisatwa sekalian dapat memanfaatkan ponsel di tangan kalian untuk menyampaikan kata-kata yang baik dan kalimat penyemangat. Kalian juga bisa mengajak kerabat kalian untuk berdonasi dan membangkitkan sebersit niat baik.
Kalian bisa menggunakan panggilan video. Kalian juga dapat berbagi tentang berapa banyak teman di dalam daftar kontak ponsel kalian yang telah mulai bertekad. Ini juga bisa dilakukan. Ini berarti menunjukkan keteladanan untuk saling menyemangati.
“Saya tahu Tzu Chi dimulai dari masa celengan bambu. Saya juga berharap dapat bersumbangsih sedikit,” kata salah seorang warga.
“Terima kasih atas cinta kasih kalian. Ini membuktikan bahwa tiada orang yang miskin, tiada orang yang tak mampu berdana atau beramal. Asalkan memiliki niat, pasti bisa. Kami berterima kasih sedalam-dalamnya atas cinta kasih kalian,” kata Juana Garcia relawan Tzu Chi.
Kita semua harus bisa melakukan ini. Dengan seruan seperti ini, barulah cinta kasih akan berkembang, bencana dapat diredam, dan ketenteraman bisa dicapai. Ini tak lepas dari hukum sebab akibat. Sebutir benih kebajikan yang kita tanam bisa tumbuh menjadi tak terhingga.
Kita membuka tabir cinta kasih di hati semua orang. Kita harus membangkitkan cinta kasih mereka. Bukan berarti kita berhenti mengekspresikan perasaan hanya karena memakai masker. Kita hendaknya membangkitkan ketulusan kita dan menunjukkannya agar orang-orang bisa melihat senyuman kita, dan mendengar seruan kita. Ini juga harus kita lakukan saat ini.
Dalam kondisi pandemi global saat ini, jika bukan kita yang bergerak, siapa lagi? Jadi, harap semua orang membangkitkan tekad. Kita tidak boleh berhenti ataupun ragu. Kita semua harus menyumbangkan kekuatan. Inilah yang harus kita lakukan.
Saat ini juga merupakan waktu untuk membentangkan Jalan Bodhisatwa. Dahulu saya sering berkata bahwa kita harus membentangkan jalan kecil dan membuka jalan besar. Sekaranglah saatnya, karena di dalam Sutra Bunga Teratai juga dikatakan bahwa banyak hal yang akan terjadi di masa ini. Karena itu, kita harus menghimpun semangat Bodhisatwa. Kita sudah lama menghimpun semangat ini.
Saya terus mengingatkan bahwa kita harus membentangkan Jalan Bodhisatwa. Namun, Bodhisatwa muncul karena adanya makhluk yang menderita. Sasaran para Bodhisatwa ialah semua makhluk yang menderita. Prinsip ini sangat sederhana, tetapi berkaitan dengan perkara besar di alam semesta. Jadi, menghadapi berbagai perkara besar di dunia, manusia harus memiliki keberanian untuk memikul tanggung jawab. Inilah yang disebut memikul bakul beras dunia.
Butiran beras dapat memenuhi bakul. Ini terus saya katakan sejak lama. Kita harus ingat prinsip dasar butiran padi bisa memenuhi lumbung; tetesan air bisa membentuk sungai. Tetesan air dapat terhimpun menjadi sebuah aliran sungai. Air sungai terdiri atas tetesan-tetesan air yang kecil. Jadi, kita harus menjalankan praktik Bodhisatwa yang tak terhingga, yakni puluhan ribu praktik Enam Paramita.
Kita tidak boleh takut akan kesulitan. Sejak semula, begitulah prinsipnya. Jadi, kita semua harus mendongakkan kepala dan memahami bahwa langit memberi tanggung jawab kepada orang yang tangguh. Kita harus memikul tanggung jawab ini.
Memikul tanggung jawab besar dan
menjadi teladan
Bertekad untuk menolong orang-orang
yang menderita
Memikul bakul beras dunia dan
membentangkan jalan dengan cinta kasih
Bersumbangsih sedikit demi sedikit
di Jalan Bodhisatwa
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 27 Desember 2021