Ceramah Master Cheng Yen: Memikul Tanggung Jawab dengan Berani


“Dapat membantu Turki dan Suriah, saya sangat gembira,”
kata Ou Yu-han Murid SD Tzu Chi Tainan.

“Sesungguhnya, pertama kali, saya juga agak malu. Namun, saya melihat anak-anak terus melakukannya hingga perlahan-lahan memiliki keberanian. Sejak dini, anak-anak belajar untuk menolong orang lain dengan kekuatan sendiri,” kata Lin Li-jun Guru Sekolah Menengah Tzu Chi Tainan.

“Lewat kegiatan kali ini, murid-murid belajar untuk menyadari berkah, menghargai berkah, dan kembali menciptakan berkah. Benih Bodhi telah tertanam dalam di kesadaran kedelapan mereka,” kata Yao Zhi-hua Kepala Sekolah Menengah Tzu Chi Tainan.

“Meski Turki sangat jauh dari kita, tetapi melihat antusiasme setiap orang hari ini, saya yakin cinta kasih kita pasti akan menjadi kekuatan yang berarti,” kata Li Ling-hui Kepala SMA Tzu Chi Terafiliasi Universitas Tzu Chi.

“Para guru di Griya Jing Si secara khusus membuat kue lobak ini demi mendukung kami menggalang donasi bagi Turki. Jadi, yang kami jual ini bukan sekadar kue lobak, melainkan niat baik dari para guru di Griya Jing Si,” kata Bai Xiu-yuan Murid SMA Tzu Chi Terafiliasi Universitas Tzu Chi.

Saya berharap pendidikan kita dapat berfokus pada ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Inilah arah tujuan Tzu Chi. Kita harus senantiasa membina ketulusan. Kita selalu menjalankan misi amal dengan tulus. Dalam menjalankan misi pendidikan, kita juga harus mendedikasikan diri dengan tulus. Empat Misi Tzu Chi harus bekerja sama.

Misi pendidikan dan kesehatan kita membina insan berbakat bagi dunia medis dan masyarakat. Kita harus menjadikan cinta kasih agung sebagai tiang dan kebijaksanaan sebagai tembok. Kita harus mengembangkan cinta kasih agung. Sungguh, dalam hidup ini harus ada cinta kasih. Tanpa cinta kasih, tidak akan ada harapan.


Kita menjalankan misi pendidikan demi membawa harapan. Karena itu, kita harus membimbing anak-anak agar mereka memiliki cinta kasih yang disebut welas asih serta memiliki keberanian yang disebut kebijaksanaan. Saat masyarakat membutuhkan kita, kita harus berani memikul tanggung jawab. Inilah tujuan kita membina ketulusan dan sekaligus merupakan tujuan misi pendidikan kita.

Ada yang bertanya, "Mengapa Tzu Chi menjalankan misi pendidikan?" Kita melakukannya tanpa pamrih. Meski demikian, kita berharap dapat membawa manfaat bagi dunia. Karena itu, kita berharap murid-murid kita bersedia memikul tanggung jawab bagi dunia.

“Saat masih kuliah, saya menerima banyak bimbingan dari para dosen. Kembali untuk mendedikasikan diri di Tzu Chi membuat saya merasa sangat tenang dan bersyukur. Saya juga mendapat banyak dukungan dari pihak rumah sakit dan departemen saya,” kata Lin Ding-yun Dokter nefrologi RS Tzu Chi Taipei.

“Meski masih muda, dia sangat kalem dan teratur dalam menjalankan tanggung jawabnya. Dia juga pergi ke bangsal khusus untuk merawat pasien Covid-19. Dalam melakukan penelitian dan menulis tesis, dia juga sangat berbakat,” kata Chao You-chen Kepala RS Tzu Chi Taipei.

Belakangan ini, saya sering berkata bahwa langit memberi tanggung jawab pada orang yang tangguh. Intinya, kita harus memikul tanggung jawab. Ini juga merupakan nilai kehidupan kita.

Saya juga sering berkata bahwa kita harus menginventarisasi nilai kehidupan kita. Mengapa kita harus menuntut ilmu? Demi nilai kehidupan kita di masa mendatang. Apakah ada masalah di tengah masyarakat sekarang? Ada, sangat banyak. Dengan adanya begitu banyak masalah, bagaimana cara kita mengatasinya? Kita harus mengembangkan cinta kasih agung dan kebijaksanaan. Ini kembali pada tujuan misi pendidikan kita.


Untuk bersumbangsih bagi seseorang, kita tidak harus memiliki hubungan apa pun dengannya. Kita selalu membina insan berbakat bagi dunia ini. Saya berharap kita dapat memiliki hati dan pikiran yang lurus dan benar. Setelah menentukan arah yang benar, kita harus melatih diri dengan tekun. Saya tidak perlu berbicara panjang lebar. Apa yang saya katakan telah dilakukan sehingga saya merasa tenang.

Saat kita memulai misi pendidikan di Hualien, transportasi saat itu sangat tidak memadai. Saya merasa bahwa karena transportasi yang tidak memadailah, pendidikan setempat menjadi sangat terbatas. Karena itu, saya mengambil keputusan yang berani. Setelah membangun rumah sakit, kita pun membangun sekolah. Kita bisa melihat bahwa kini, ada banyak alumni yang mendedikasikan diri di badan misi Tzu Chi. Saya merasa sangat terhibur.

Anak-anak yang menuntut ilmu di Tzu Chi merasa bagaikan berada di rumah sendiri karena ada Ayah dan Ibu Yi De. Selain guru, juga ada Ayah dan Ibu Yi De yang mendampingi murid-murid kita. Delapan orang murid diperhatikan oleh tiga ayah dan tiga ibu asuh yang berasal dari enam keluarga. Jadi, dahulu, delapan orang murid diperhatikan oleh enam keluarga.

Saat itu, dalam proses ini, kita mulai membentuk Tzu Ching. Jadi, ini berkat perpaduan berbagai sebab dan kondisi dalam jangka panjang. Karena ada anggota Tzu Ching, barulah kita membutuhkan Ayah dan Ibu Yi De untuk mendampingi mereka. Setelah misi pendidikan Tzu Chi mulai dijalankan, Ayah dan Ibu Yi De terus mendedikasikan diri bagi misi pendidikan. Intinya, jalinan jodoh sungguh tidak terbayangkan.

Di dunia ini, hanya ketulusan yang tidak akan berubah. Hati yang tulus tidak akan berubah. Insan Tzu Chi selalu memiliki hati yang tulus. Saya berharap murid-murid kita dapat mendedikasikan diri di badan misi kita setelah lulus dan meneruskan jiwa kebijaksanaan mereka.


Usia kehidupan kita terbatas. Hanya jiwa kebijaksanaan yang bisa bertahan selamanya. Dengan ketulusan, kita meneruskan jiwa kebijaksanaan dari generasi ke generasi. Semangat misi pendidikan kita ialah memberi pendidikan dengan jiwa kebijaksanaan.

“Tzu Chi telah memperbaiki kehidupan saya. Karena itu, saya harus berubah dari orang yang menerima bantuan menjadi orang yang bisa bersumbangsih bagi sesama,” kata Ran Shao-wen Staf Kantor Urusan Akademik Universitas Tzu Chi.

“Ayah dan Ibu Yi De telah memberinya keberanian untuk menghadapi ujian dalam hidupnya. Perlahan-lahan, dia pun berubah menjadi Shao-wen yang bersedia menolong sesama,” kata Xie Li-hua Kepala Kantor Budaya Humanis Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi.

Jadikanlah cinta kasih agung sebagai tiang dan kebijaksanaan sebagai tembok. Kebijaksanaan dapat membantu anak-anak memahami arah yang benar. Arah kita pastilah benar. Hidup benar tidaklah mudah. Di tengah semua makhluk yang tak terhitung, kita yakin bahwa diri kita benar. Jadi, mari kita menginventarisasi nilai kehidupan kita.

Berhubung telah memiliki arah yang benar, kita harus terus maju dengan sungguh-sungguh dan tekun. Guru harus tulus dan murid harus tekun. Jika bisa demikian, dunia akan memiliki harapan dan misi kita akan bertahan selamanya. 
   
Membina insan berbakat dengan cinta kasih agung dan kebijaksanaan
Berani memikul tanggung jawab dengan tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh
Kembali mendedikasikan diri di badan misi Tzu Chi dan meneruskan jiwa kebijaksanaan
Tahu untuk membawa manfaat bagi semua makhluk dan menjalankannya dengan teguh  

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 25 Maret 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan Tanggal 27 Maret 2023
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -