Ceramah Master Cheng Yen: Memikul Tanggung Jawab dengan Keberanian dan Welas Asih

Pandemi kali ini terus meluas. Kita melihat hewan cerpelai juga terinfeksi virus COVID-19. Penularan ini pun terus meluas. Banyak cerpelai mati dalam waktu singkat. Jadi, saya sering mengatakan bahwa manusia jangan tamak terhadap cita rasa makanan. Manusia harus tulus.

Kita harus tulus menjaga kesehatan tubuh dan melindungi alam. Kita harus kembali pada kealamian makhluk hidup. Semua satwa memiliki kehidupan alaminya sendiri. Meski dikatakan bahwa hewan juga memiliki penyakit menularnya sendiri, tetapi asalkan tidak ada kontak dengan manusia, mereka tetap dapat hidup di dunia mereka sendiri.

Kita jangan mengusik mereka. Dengan demikian, manusia tak akan tertular penyakit dari hewan yang menambah jenis penyakit bagi manusia. Virus dari hewan bisa menular kepada manusia mulanya karena manusia tamak akan nafsu makan. Inilah yang menyebabkan virus masuk ke tubuh manusia lewat hewan yang dimakan dan akhirnya menular antarmanusia.

Jadi, sebagai manusia, di mana pun berada, kini hendaknya tetap menjaga jarak fisik. Jangan tidak memercayai hal ini. Jadi, kini yang kita khawatirkan ialah wabah yang telah meluas ke berbagai negara di dunia.


Selain itu, di Amerika Selatan dan Afrika, banyak warga yang mulanya sudah memiliki kesulitan ekonomi. Kini kondisi mereka bertambah sulit akibat pandemi. Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana kita membantu mereka untuk melakukan tes cepat? Kita harus memasukkannya ke dalam rencana kita.

Banyak hal yang membutuhkan orang banyak dari berbagai negara untuk turut menyumbangkan tenaga dan pikiran. Beruntung, teknologi informasi kini sangat maju. Dengan memanfaatkan teknologi, kita bisa mengajak orang yang memiliki kemampuan dan memiliki kebijaksanaan untuk turut membantu. Kita semua dapat bersumbangsih bagi orang-orang yang tertimpa bencana dan menderita di dunia. Semua ini dapat dilakukan.

Kita harus membusungkan dada dan menegakkan kepala. Khawatir saja tidak ada gunanya. Kita harus menghimpun kekuatan untuk mengerahkan kebijaksanaan dan tetes-tetes sumbangsih dari semua orang.

“Tadi saya mendengar relawan berbagi tentang semangat celengan bambu. Jadi, saya segera pulang untuk mengambil celengan. Saya sudah tua, pengasilan pun tidak seberapa. Saya memberikan celengan ini kepada cucu saya. Setiap hari saya memberinya seribu atau dua ribu dong untuk dimasukkan ke dalam celengan untuk amal,” kata Thạch thị Sơn Warga.

“Diapakan kalau sudah penuh?” tanya relawan Tzu Chi.

“Untuk berbuat baik,” jawab Be Khang Cucu Thạch thị Sơn.

“Untuk membantu siapa?” tanya relawan lagi.

“Semua orang,” jawab Be Khang.


“Koin ini adalah hasil dari saya menyopir setiap hari. Relawan Tzu Chi memberi tahu kami bahwa mereka juga membutuhkan dukungan kami. Jadi, setiap hari saya menyisihkan koin-koin ini,” kata Rogelio Baladon Sopir Jeepney.

“Meski kehidupan sebagai sopir tidak begitu baik, tetapi kami akan tetap menyisihkan uang ke dalam celengan bambu untuk membantu Tzu Chi menolong lebih banyak orang yang juga membutuhkan seperti kami. Terima kasih kepada para relawan yang membuka wawasan kami sehingga kami bisa merasakan bahwa memberi lebih beruntung daripada menerima,” kata Danilo Dancel Sopir Jeepney.

Orang-orang yang menerima bantuan pun turut mengerahkan sedikit kemampuan mereka untuk bersumbangsih. Sedikit sumbangsih berupa uang logam juga bagaikan tetesan air yang terhimpun ke lautan dan dapat membantu orang lain. Jadi, kita harus kembali menyerukan bahwa di dunia ini, semua orang harus tahu bahwa saat ini banyak negara tengah dilanda bencana.

Kita harus menjalankan bantuan bencana internasional. Kita yang hidup tenteram di mana pun berada, tak peduli kaya atau miskin, hendaknya turut mengulurkan sedikit kekuatan. Selain bersumbangsih, kita juga hendaknya memanjatkan doa dengan tulus serta membangkitkan pertobatan di dalam hati. Kita harus bertobat dan berdoa dengan tulus.


Saat ini dibutuhkan niat dan tekad yang teguh dan berkesinambungan dari semua orang untuk menghimpun kekuatan demi memberi perhatian bagi orang-orang yang tertimpa bencana di dunia. Pikiran kita harus senantiasa tulus berdoa bagi ketenteraman dunia. Inilah yang paling dibutuhkan saat ini. Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita tidak dapat berpangku tangan.

Berada dalam ketenteraman, kita harus bersyukur. Sebagai wujud rasa syukur, kita harus tulus mengerahkan kekuatan cinta kasih kita. Jadi, keberanian yang berlandaskan cinta kasih harus dibangkitkan.

Setiap orang hendaknya mengajak satu orang dan menyebarkan seruan ini dari mulut ke mulut agar cinta kasih benar-benar terkerahkan sehingga masyarakat kita dapat tetap tenteram.

Lilhatlah, saat relawan Tzu Chi berbagi tentang semangat celengan bambu, banyak orang yang menyambut ajakan itu. Ya, kita telah membantu warga yang kurang mampu. Orang yang telah dibantu pun dapat menolong sesama. Ini berarti mengubah nasib dari penderitaan menjadi kekayaan dan kebahagiaan.

Asalkan Anda dapat berpikir bahwa Anda adalah orang yang berlebih dan dapat menolong orang lain, meski hanya menyisihkan satu dolar atau 50 sen sehari, Anda tetap dapat menolong orang lain serta telah menanam pahala dan berkah.


Untuk memupuk berkah, meski hanya dengan satu dolar ataupun 50 sen, kita tetap dapat melakukannya. Kita dapat merelakan sedikit yang kita miliki untuk membantu orang lain. Inilah yang disebut memupuk berkah. Kita dapat senantiasa menjadi penolong orang lain, bukan yang ditolong orang lain. Kita hendaknya memiliki sebuah tekad untuk tidak menjadi orang yang ditolong, melainkan selalu menjadi orang yang dapat menolong orang lain. Inilah orang yang penuh berkah.

Lihatlah, koin-koin yang telah dikumpulkan meluncur lewat bilah bambu. Himpunan donasi ini digunakan untuk menolong orang.

Saya berterima kasih kepada relawan Tzu Chi yang selalu sabar mendengarkan saya berbicara. Saya berbicara dengan penuh ketulusan dengan harapan semua orang mengingatnya di dalam hati dan dapat mengembangkan keberanian yang penuh cinta kasih dan welas asih.

Saat bertemu orang, kita bisa menyosialisasikan ini. Kita bukan hanya berharap mereka mendonasikan uang, melainkan berharap hati manusia tersucikan. Kita berharap cinta kasih setiap orang terbangkitkan. Dengan adanya cinta kasih, setiap orang akan memiliki berkah. Dengan adanya berkah, ketenteraman akan terjaga. Apakah kalian paham? (Paham)

Baiklah, jika paham, harap semuanya mulai bergerak. Inilah keberanian, cinta kasih, dan welas asih. Terima kasih kepada kalian semua. Terima kasih.

Semua makhluk hendaknya hidup berdampingan agar terbebas dari bencana wabah
Memikul tanggung jawab dengan berani atas dasar welas asih
Bersumbangsih sesuai kemampuan demi mengubah nasib
Menyucikan hati manusia dan menghimpun berkah

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Oktober 2020          
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 22 Oktober 2020
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -