Ceramah Master Cheng Yen: Memikul Tanggung Jawab di Jalan Bodhisatwa
Bodhisatwa sekalian, waktu berlalu dengan sangat cepat. Pada perjalanan kali ini, Yilan adalah persinggahan pertama saya. Kini, saya pun kembali ke sini untuk melantik relawan dan memberikan doa.
Saya melihat para relawan mengenakan korsase dengan tulisan "hati Buddha, tekad Guru" di bawahnya. Saya merasa akrab dengan pemandangan ini. Ya, hati Buddha dan tekad Guru. Saat pertama kali saya bertemu ajaran Buddha, guru saya memberi saya nasihat "demi ajaran Buddha, demi semua makhluk". Jalinan jodoh berlanjut hingga saat ini.
Selama lebih dari 50 tahun ini, setiap kali melantik relawan, setiap tahunnya saya selalu memberi pesan yang sama, yakni menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri dan tekad guru sebagai tekad sendiri. Itulah pesan saya saat melantik relawan baru. Saat setiap orang berdiri di hadapan saya, saya selalu memberikan doa.
Kini, tidak mudah bagi saya untuk mengeluarkan suara. Kepada setiap orang, saya berusaha untuk mengatakan, "Saya mendoakanmu." Sepatah kata ini saya ucapkan dengan mengerahkan tenaga. Saya mengucapkannya dengan tulus sekuat tenaga. Ini adalah doa dari lubuk hati saya.
Saya pun bersyukur dengan tulus karena Tzu Chi bisa ada seperti hari ini berkat kalian semua yang memegang teguh tekad. Entah kalian bertekad pada tiga puluh tahun lalu, dua puluh tahun lalu, sepuluh tahun lalu, atau baru bertekad dan dilantik hari ini, berapa pun waktu yang telah kalian lalui di Tzu Chi, kalian tetap menjaga tekad itu dan terus memupuknya.
Kalian telah melakukan banyak hal di Tzu Chi. Makin lama berada di Tzu Chi, tentu makin banyak yang dilakukan, mulai dari menggalang dana amal hingga pelestarian lingkungan. Kalian semua bersemangat dalam pelestarian lingkungan.
Saya selalu mendengar kalian berusaha sepenuh hati dan tenaga dalam membimbing orang dan menggalang donatur. Yang dicari bukanlah jumlah uangnya. Tentu, saya sangat berterima kasih kepada semua orang yang bersumbangsih sedikit demi sedikit.
Segala ajaran dalam Buddhisme berpulang pada cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin adalah arah dari ajaran Buddha. Cinta kasih yang dimaksud adalah cinta kasih tanpa syarat. Welas asih adalah perasaan senasib sepenanggungan. Selain itu, ada pula sukacita dan keseimbangan batin.
Bodhisatwa sekalian, dalam mempelajari ajaran Buddha, bukankah kita harus meneladan hati Buddha? Hati Buddha begitu berharga. Kebanyakan orang hanya memohon perlindungan dari Buddha.
Saya katakan kepada kalian, keselamatan tak bisa hanya dimohon. Tanpa melakukan sesuatu, apa yang bisa dimohon? Tanpa ketulusan, penghormatan apa yang kita berikan? Saat bersujud kepada Buddha, kita juga harus sangat tulus dan penuh rasa hormat. Ini barulah bernilai.
Saya terus berpesan agar kita menginventarisasi nilai kehidupan kita. Saat terakhir kali datang ke sini, saya juga berkata demikian. Saat pergi ke wilayah Barat dan Tengah, saya juga mengatakan hal yang sama kepada para relawan. Periksalah nilai kehidupan kita.
Saya berpesan demikian karena saya merasa kita sungguh harus memeriksa kehidupan kita dan menyadarkan diri kita. Jika tidak, kita akan hidup dalam kesesatan tanpa menyadari masa lalu ataupun mengetahui masa depan karena kita tidak sungguh-sungguh menggenggam kesempatan pada saat ini. Jika kita tidak menggenggam waktu yang ada saat ini, waktu ini akan berlalu sia-sia tanpa kita sadari.
Di Yilan tiga puluh tahun lalu, kita memulai survei kasus misi amal. Saya terus memuji kalian semua yang telah mengulurkan tangan bagi orang-orang yang menderita dengan sepenuh hati dan penuh cinta kasih. Meski saat itu jumlah anggota komite tidak banyak, saya terus memberi pujian dan menyampaikan terima kasih dengan tulus.
Saya selalu berkata kepada kalian bahwa kita harus banyak menjalin jodoh baik antarmanusia. Kita semua harus sama-sama berada di arah yang benar, yakni mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Jangan hanya banyak mendengar teori. Jika hanya berkata, "Saya tahu, saya mengerti banyak hal, saya mengerti semua prinsip ini," dan hanya banyak mendengar teori, kita akan sulit untuk benar-benar menyatu dengan Dharma.
Tanpa benar-benar bergerak dan menjalankan praktik nyata, bagaimana bisa Dharma meresap ke dalam hati kita? Tanpa adanya benih yang ditabur, bagaimana tunas bisa tumbuh di tanah? Tidak mungkin. Jadi, kita harus mempertahankan tekad.
Kita telah melihat dan memahami Tzu Chi. Kita lalu bertekad dan berikrar untuk menjalankannya. Inilah yang disebut menjaga tekad dan menjalankan ajaran. Jika tidak menjaga tekad dan menjalankan ajaran, meskipun saat ini dilantik, kalian hanya akan menjadi rumput atau bunga kecil dan tidak bisa menjadi pohon besar yang menghasilkan benih yang tak terhingga jumlahnya. Kalian hanya akan menjadi rumput atau bunga kecil dan menikmati kehidupan saat ini saja. Kalian akan sulit untuk menginspirasi banyak orang.
Saya sering mengatakan bahwa satu dapat tumbuh menjadi tak terhingga; yang tak terhingga berasal dari satu. Semoga kalian semua dapat menjaga tekad masing-masing untuk menjalankan praktik nyata di Jalan Bodhisatwa. Jadi, harap kalian semua senantiasa menjaga tekad dan menjalankan ajaran agar jalan kalian menjadi lapang. Janganlah meremehkan potensi diri yang bagai kunang-kunang.
Kini, kita semua tengah berada dalam "kota jelmaan". Apakah tempat harta karun sudah dekat? Sepertinya masih sangat jauh. Jika tekun dan bersemangat, barulah kita bisa mendekat ke sana. Jadi, Bodhisatwa sekalian, kini saya berbicara lebih tegas dan berterus terang kepada kalian semua dengan harapan kalian semua mengingatnya di dalam hati dan mengerti perkataan saya. Karena sangat mengasihi kalian, barulah saya berbicara terus terang kepada kalian.
Jadi, saya berharap kalian selalu tekun dan bersemangat serta bertumbuh menjadi Bodhisatwa dari tingkatan awal hingga yang tertinggi. Inilah harapan saya.
Memegang teguh tekad Guru dan meneladan hati Buddha
Bersedia memikul tanggung jawab di Jalan Bodhisatwa
Senantiasa memberikan doa dan seruan agar semua orang sadar
Menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Desember 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 12 Desember 2021