Ceramah Master Cheng Yen: Memiliki Hati yang Kaya meski Hidup Kekurangan


Kita lihat di Myanmar, relawan Tzu Chi sangat bersungguh hati. Di masa pandemi ini, para relawan Tzu Chi setempat telah melakukan penyaluran bantuan ke berbagai pelosok untuk membagikan barang kebutuhan kepada warga yang membutuhkan. Inilah yang dilakukan oleh insan Tzu Chi.

Di Myanmar, kita juga memiliki sekelompok Tzu Ching. Mereka sungguh sangat mengagumkan. Selama pandemi, banyak tempat yang memberlakukan karantina wilayah. Relawan Tzu Chi dan Tzu Ching telah mengembangkan semangat muda. Mereka juga sangat ramah dan energik.

Mereka mendedikasikan diri bersama relawan Tzu Chi untuk menjaga warga Myanmar yang membutuhkan dengan melakukan kunjungan kasih dari rumah ke rumah. Dibutuhkan banyak kekuatan dalam penyaluran bantuan. Karena itu, Tzu Ching setempat juga ikut membantu membawa barang bantuan. Jadi, selama kita berniat untuk melakukannya, tidak ada yang sulit.

Kita juga melihat seorang pria di sana yang awalnya adalah tukang becak. Karena kondisi ekonomi yang kurang baik, kini dia bekerja sebagai kuli angkut barang. Dia bisa mendapatkan 1.900 kyat per hari, yang setara dengan 40 dolar Taiwan. Dia mendonasikan sebanyak 900 kyat, hampir setengah dari upah hariannya.


Dia masih memiliki istri dan anak yang harus dinafkahi. Karena kondisi ekonomi yang tidak baik akibat pandemi, dia terpaksa mengantar istri dan anak-anaknya untuk tinggal bersama kerabatnya. Meski melakukan pekerjaan yang sangat melelahkan, dia tetap memberikan donasi dengan sukarela.

Setelah mendengar kisahnya, saya sungguh sangat tersentuh. Ada dua puluh kesulitan dalam kehidupan manusia, salah satunya ialah sulit bagi orang miskin untuk berdana. Namun, pria ini tetap bertekad untuk berdana meski harus berjuang di tengah kesulitan hidup.

Sesungguhnya, berapa pun jumlah yang didonasikannya, bagi saya itu semua sangatlah bernilai dan berharga. Sulit bagi orang kaya untuk melatih diri, dan sulit bagi orang miskin untuk berdana. Inilah yang tertulis dalam Sutra.

Di tengah pandemi ini, kita telah melihat banyak orang kurang mampu yang tetap bertekad untuk bersumbangsih.

Kami ingin membagikan sebuah kisah tentang seorang nenek yang berusia 96 tahun. Nenek ini menanam dan menjual lemon. Namun, akhir-akhir ini, tidak ada lemon yang terjual. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak mampu membeli minyak goreng lagi. Jadi, selama beberapa hari ini, beliau hanya makan nasi putih yang direndam dengan air,” kata Li Jin-lan relawan Tzu Chi.


“Pada bulan Januari, ketika kami mengunjunginya untuk pertama kalinya, beliau mendengar anggota Tzu Ching berkata bahwa dengan menyisihkan segenggam beras setiap hari, dapat menolong orang. Beliau mengingat kata-kata ini di dalam hati. Beliau mengatakan bahwa ini adalah Dharma yang benar. Jadi, walaupun hanya makan nasi yang direndam air, beliau tetap bersiteguh untuk menyisihkan segenggam beras setiap hari,”
pungkas Li Jin-lan.

“Kami bertanya kepada Nenek apakah ada yang ingin beliau makan. Beliau menjawab bahwa beliau tidak pernah memikirkan apa yang beliau inginkan. Beliau makan apa pun yang beliau punya. Jika ada keinginan dalam hati, akan menimbulkan ketamakan. Dengan demikian, terciptalah karma buruk,” kata Su Wai Htet Anggota Tzu Ching.

Nenek itu makan nasi dengan air putih saja, tetapi masih menyisihkan beras untuk orang lain. Ini membuat orang-orang ingin menghormatinya dan mengasihinya. Orang-orang seperti nenek ini telah mempelajari Dharma dan memiliki keyakinan di dalamnya.

Keyakinan adalah ibu dari segala pahala. Mereka yakin bahwa meski hanya sebutir beras, selama mereka bersumbangsih dengan sepenuh hati dan tulus, pasti memperoleh pahala. Mereka memberikan niat baik mereka.


Setiap hari, saat memasukkan beras ke dalam panci, nenek itu mengeluarkan segenggam beras. Demikianlah cara bersumbangsih dengan sepenuh hati. Andaikan dalam masyarakat kita setiap orang dapat melakukan hal yang sama, maka akan lebih sedikit orang di dunia yang menderita kemiskinan dan kelaparan.

Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu, saya mulai menggalakkan gerakan cukup makan 80 persen kenyang dan menyisihkan 20 persen lainnya untuk menolong orang lain. Kini, ada lebih dari 800 juta orang di dunia yang menderita kelaparan.

Andaikan setiap orang dapat menyisihkan makanan untuk orang lain, maka ratusan juta orang di dunia bisa terbebas dari kelaparan. Dengan demikian, bukankah lebih dari 800 juta orang ini bisa menjadi kenyang? Singkat kata, mari kita mengurangi konsumsi dan memperbanyak menciptakan berkah.

Melakukan hal ini memang tidak akan memengaruhi kehidupan kita sehari-hari, tetapi kita dapat menciptakan berkah besar bagi dunia, sehingga orang-orang bisa terbebas dari kelaparan, kemiskinan, dan penyakit. Selama mempunyai niat, kita pasti bisa melakukannya. Jadi, Dharma harus diterapkan di dunia.


Buddha mengajarkan kepada semua orang bahwa dengan mengurangi ketamakan, kita dapat membantu mengurangi kemiskinan. Intinya, dengan mengubah niat kita dan membangkitkan cinta kasih, kita dapat menolong orang lain.

Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita hendaklah membangun tekad dan ikrar untuk lebih memahami prinsip-prinsip kebenaran di dunia ini. Jika kita bersedia melakukannya, kita akan menjadi kaya dan selamanya akan lebih dari cukup. Asalkan kita bersedia bersumbangsih, kita tidak akan pernah kekurangan.

Sebuah ungkapan berbunyi, "Memasuki pintu Buddha tidak akan miskin; keluar dari pintu Buddha tidak akan kaya." Jika tidak bersedia menolong orang lain, kita tidak akan menjadi lebih kaya. Jika bersedia untuk bersumbangsih, kita juga tidak akan menjadi lebih miskin.

Sama halnya, jika air sumur tidak diambil, air itu akan tetap berada di dalam sumur. Kalaupun kita mengambil air dari sumur setiap hari untuk menyediakan air bagi orang-orang serta menyirami tanah, air di dalam sumur itu tetap tidak akan berkurang. Inilah bagaimana kita memupuk kekayaan dalam kehidupan kita.

Sumber daya alam amat melimpah di Bumi ini. Selama kita memiliki cinta kasih di hati, sumber daya alam yang melimpah ini akan menjadi milik kita.

Bodhisatwa sekalian, kalian semua hendaknya senantiasa bersungguh hati untuk memahami perkataan saya.  

Mengatasi semua kesulitan dengan tekad yang teguh
Memiliki hati yang kaya dan rela berdana meski hidup kekurangan
Mengembangkan berkah dan kebijaksanan berlandaskan keyakinan yang tulus
Dunia terasa lapang saat manusia mengurangi nafsu keinginan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 01 November 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 03 November 2021
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -