Ceramah Master Cheng Yen: Memiliki Jalinan Jodoh Dharma untuk Menapaki Jalan Bodhisatwa Bersama
“Nama Dharma yang Master berikan pada saya adalah Si Ying. Mengapa saya bisa bergabung dengan Tzu Chi? Karena jalinan jodoh saya dengan Vihara Yuantong, Pingtung dan kunjungan saya ke Griya Jing Si, Hualien bersama Master Jian Hui. Di aula kebaktian, Guru De Ci berkata pada saya, ‘Kami tidak menerima persembahan. Semua donasi digunakan untuk menyalurkan bantuan.’ Saya merasa bahwa itu sangat luar biasa. Sejak saat itulah, saya mulai mengumpulkan donasi dan terus bersumbangsih,” kata Ma Chang-cheng relawan dengan nomor komite 74.
“Awalnya, saya selalu bersumbangsih sebagai relawan RS. Kini, saya bersumbangsih di depo daur ulang setiap hari. Saya akan bersumbangsih hingga napas terakhir saya. Terima kasih, Master,” pungkas Ma Chang-cheng.
“Saya adalah Jing Zhao. Kini, kita dapat terhubung dengan Griya Jing Si lewat telekonferensi untuk mengikuti kebaktian. Jadi, dari pukul 4.20 hingga pukul 8 lebih setiap paginya, saya merasa bahwa kita berhimpun dengan para guru di Griya Jing Si. Selama beberapa waktu ini, para ketua tim Hexin, Heqi, Hu'ai, dan Xieli di Youchang sangat penuh perhatian. Mereka bersungguh hati mengadakan kegiatan bedah buku di rumah saya. Mereka mengadakan kegiatan bedah buku di rumah saya agar saya berkesempatan untuk mengikutinya,” kata You Yue-he relawan dengan nomor komite 93.
“Tua dan jatuh sakit sangatlah menderita. Namun, berkat adanya dunia Tzu Chi, saya merasakan kebahagiaan. Saya akan menjaga pikiran saya dengan baik. Master tidak perlu khawatir,” pungkas You Yue-he.
Kita bisa melihat banyak relawan senior di Kaohsiung. Saat itu, mereka sering kembali ke Hualien. Mereka sangat dekat dengan saya dan sangat perhatian. Setiap orang menjalankan misi Tzu Chi bagai menjalankan bisnis sendiri. Mereka menjalankan bisnis mereka dengan sungguh-sungguh, juga menjalankan misi Tzu Chi dengan penuh dedikasi.
Mereka telah memberikan dukungan besar pada saya. Mereka telah mendedikasikan diri puluhan tahun. Kini, saat berbagi pengalaman, ada relawan yang berbagi tentang kisah 20 tahun, 30 tahun, bahkan 40 tahun yang lalu. Ini sungguh tidak mudah.
Kita telah membentuk jalinan kasih sayang sebagai saudara se-Dharma. Pada umumnya, jalinan kasih sayang antarsesama sahabat atau anggota keluarga hanya kasih sayang satu kehidupan. Namun, jalinan kasih sayang antarsaudara se-Dharma akan bertahan dari kehidupan ke kehidupan. Ini karena kita membangkitkan tekad yang sama untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.
Berhubung menapaki jalan yang sama, kita akan memiliki arah tujuan yang sama dari kehidupan ke kehidupan. Saya yakin Bodhisatwa sekalian pasti memiliki ikrar yang sama seperti saya dan akan mengikuti saya dari kehidupan ke kehidupan. Berhubung saya mendaki gunung, maka kalian pun membentuk kelompok dan ikut mendaki gunung.
Kita telah mendaki gunung demi gunung. Saya sangat berharap Bodhisatwa sekalian dapat terus mendaki gunung demi gunung. Gunung seterjal apa pun, kita bisa mendakinya bersama. Setelah mendaki gunung demi gunung, kita bisa mencapai puncak Gunung Sumeru.
Kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa untuk mencapai kebuddhaan. Kita semua harus berusaha untuk mencapainya. Bodhisatwa datang karena adanya makhluk yang menderita. Kita semua memperhatikan orang-orang yang kekurangan, menderita, dan jatuh sakit. Tekad dan ikrar ini harus kita pertahankan hingga selamanya.
Saya sangat sukacita melihat para relawan senior. Yue-he berasal dari Hualien. Saat itu, dia bersumbangsih dengan sepenuh hati bersama Nyonya Cao di Yuli. Dari Yuli, Hualien, hingga Kaohsiung, tekadnya untuk bersumbangsih tak pernah mundur. Namun, dia tetap harus menggenggam jalinan jodoh serta lebih tekun dan bersemangat. Selain mempertahankan tekad agar tidak mundur, kita juga harus mengerahkan tenaga kita.
Waktu terus berlalu. Jika kita tidak mengerahkan tenaga, meski memiliki jalinan kasih sayang di Tzu Chi, tetapi kita tidak menjalin banyak jodoh. Jika Yue-he dapat bertemu dengan orang-orang, mereka akan mengenalnya. Dengan mengenalnya, mereka akan tahu bahwa komite ini telah lama bergabung dengan Tzu Chi. Kalianlah yang paling memahami saya. Kalian juga memahami bahwa para bhiksuni di Griya Jing Si mengandalkan kemampuan sendiri untuk menopang kehidupan di Griya Jing Si.
Semua orang memiliki kesatuan hati dan tekad dengan saya sehingga dapat membangun keluarga besar Tzu Chi ini. Keluarga besar Tzu Chi adalah milik kita semua. Setiap orang dari kita bagaikan sebatang pohon besar. Mari kita lebih bersungguh hati dan jangan lupa bahwa kita harus menanam dan merawat pohon ini. Kita berharap pohon ini dapat berbunga setiap tahun dan menghasilkan benih yang baik. Karena itu, kalian harus berikrar.
Kini, saya berkunjung ke Kaohsiung untuk berbicara dengan kalian. Jika kalian pernah lengah di masa lalu, hari ini saya ingin kembali menyemangati kalian. Kalian tetap bisa berbagi tentang Tzu Chi dengan orang-orang untuk menginspirasi mereka. Jangan hanya bersumbangsih sebagai tim konsumsi yang menyediakan camilan atau membimbing orang memasak makanan vegetaris. Kalian juga perlu menjelaskan mengapa semua orang harus bervegetaris.
Makanan vegetaris dapat menyucikan jiwa dan raga serta bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Jika setiap orang memiliki pemikiran seperti ini, kesehatan setiap orang dapat terjaga dan masyarakat dapat tersucikan. Jika bisa demikian, semua orang akan dipenuhi energi berkah.
Kita sering mengulas tentang berkah. Setiap orang hendaknya berbuat baik. Berbuat baik berarti menciptakan berkah. Saat setiap orang berbuat baik dan menciptakan berkah, energi berkah akan terbentuk.
Manusia, langit, dan bumi memiliki energinya masing-masing. Kita harus memurnikan udara dan bumi. Untuk melindungi bumi, kita harus menjaga hati kita agar senantiasa merasa bahagia dan sukacita. Selain itu, kita juga harus membawa kebahagiaan dan rasa sukacita bagi orang-orang dengan sering menyebarkan kebajikan.
Tadi, kita mendengar tentang Aula Jing Si kita yang sangat agung. Ada seorang ibu yang menderita depresi. Anaknya yang sangat berbakti mengajaknya ke Aula Jing Si kita dengan menggandeng tangannya. Suasana di Aula Jing Si membuat ibu tersebut dapat menenangkan pikirannya.
Di bawah bimbingan dan pendampingan relawan kita, dia dapat membuka pintu hatinya. Jadi, mengenai ladang pelatihan, Aula Jing Si kita sungguh penuh suasana pelatihan. Yang dibutuhkan ialah seseorang yang menenangkannya, berbicara secara lembut dengannya, dan mendampinginya mengelilingi Aula Jing Si.
Setelah memberi penghormatan kepada Buddha, dia bisa merasa tenang. Relawan kita mendampinginya duduk di sana dalam diam. Kondisi seperti ini sangatlah indah. Jadi, ladang pelatihan hendaknya memiliki suasana pelatihan. Namun, jika suasananya terlalu hening, lama-kelamaan akan terasa dingin.
Di tengah keheningan harus ada aktivitas. Lewat berbagai aktivitas, kita dapat menyerap kebenaran. Kita memperagung ladang pelatihan kita dan memenuhinya dengan Bodhisatwa yang cemerlang. Saya sangat bersyukur. Kita harus bersungguh-sungguh menggenggam waktu.
Memiliki jalinan jodoh Dharma untuk menapaki Jalan Bodhisatwa bersama
Menjalankan ikrar yang tak berujung dengan hati Buddha dan tekad Guru
Menyebarkan kebajikan dan menciptakan berkah untuk mewujudkan keharmonisan masyarakat
Memperagung ladang pelatihan dengan meyakini, memahami, dan menyerap kebenaran
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 02 Mei 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 04 Mei 2023