Ceramah Master Cheng Yen: Memiliki Keyakinan pada Esensi Dharma dan Menghimpun Cinta Kasih
“Gadis kecil ini bernama Srijana. Saya melihat seluruh tubuhnya menggigil. Saat memegang tangannya, saya menyadari bahwa seragamnya basah,” kata Teo Swee See relawan Tzu Chi Malaysia.
“Meski tubuhnya kecil dan menggigil karena cuaca yang dingin, dia tetap membantu melakukan pekerjaan rumah tangga. Anak itu sangat ingin belajar. Meski hidup dalam kesulitan, dia tidak pernah menyerah untuk menuntut ilmu,” kata Yee Chee Yi relawan Tzu Chi Malaysia.
Lihatlah, kehidupan di Nepal penuh dengan kesulitan. Mereka semua hidup dalam kemiskinan. Oleh karena itu, mereka selalu menunaikan tanggung jawab mereka. Mereka mengandalkan bumi untuk mencari nafkah. Jadi, mereka bertahan hidup dengan bercocok tanam. Namun, teknologi pertanian di sana belum berkembang dan tidak banyak orang yang memiliki lahan.
Mereka juga kekurangan tenaga untuk menggarap lahan. Jadi, tanpa teknik bertani yang memadai, mereka hanya bisa mengandalkan tenaga manusia. Namun, jumlah penduduk juga tidak banyak sehingga lahan pertanian tidak dikembangkan dengan baik. Lihatlah, anak itu tinggal di lingkungan Nepal yang seperti itu. Sesungguhnya, orang-orang Nepal sungguh baik. Namun, sumber daya di sana sangat terbatas.
“Banyak siswa sekolah kami yang kehidupannya sangat sulit. Orang tua mereka tidak bekerja dan tidak mampu membelikan mereka baju dan sepatu musim dingin. Mereka terpaksa putus sekolah. Jika kalian dapat membantu mereka, mereka dapat kembali bersekolah dan mengikuti perkembangan anak-anak yang kehidupannya lebih baik,” kata Sonam Chaudar Guru.
Mereka tidak memiliki pakaian yang cukup. Lihatlah, cuaca di sana sangat dingin dan mereka menginjak tanah tanpa alas kaki. Anak-anak di sana juga mengenakan pakaian yang tipis dan sobek. Pikirkanlah bagaimana kondisi kehidupan mereka.
“Akibat ekonomi keluarga yang sulit, ayahnya tidak dapat terus menyekolahkannya. Ketika kami tahu bahwa dia adalah anak yang putus sekolah, kami mencurahkan perhatian kepadanya,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.
“Saya tidak menyangka bahwa saya dapat bersekolah kembali. Sebelumnya, saya hanya dapat menangis dan berpikir mengapa teman-teman saya bisa bersekolah, sedangkan saya tidak bisa,” kata Sonam penerima bantuan Tzu Chi.
“Jarak rumah Sonam dan sekolah sangat jauh. Jika mengendarai sepeda, jaraknya hampir satu jam; jika berjalan kaki, dua jam pun tidak dapat tiba. Dia tidak memiliki uang untuk membeli sepeda sehingga Tzu Chi membelikannya sepeda,” kata Tulsi Narayan Matang relawan Nepal.
“Meski menghadapi banyak rintangan, anak ini tidak pernah menyerah dan terus bertahan untuk pergi ke sekolah setiap hari,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.
Saya sungguh berterima kasih kepada insan Tzu Chi. Seluruh insan Tzu Chi selalu bergantian untuk mengunjungi setiap desa, memahami kondisi kehidupan di sana, dan memberikan informasi ke Griya Jing Si. Insan Tzu Chi senantiasa mengunjungi setiap desa dan memberikan seragam, alat tulis, dan sepatu kepada setiap anak. Insan Tzu Chi juga mengajari mereka untuk menyisihkan uang guna menolong sesama. Mereka sesungguhnya tidak memiliki uang, tetapi kita tetap harus mengajari mereka untuk membantu orang lain.
Kita juga membentuk asosiasi guru di sana agar setiap guru dari sekolah yang berbeda-beda dapat saling berbagi metode pengajaran. Selain itu, kita juga membimbing setiap kepala sekolah untuk menggarap sekolah mereka menjadi lebih baik dan membimbing setiap guru untuk mengajarkan ketertiban dan kerapian kepada para siswa. Saat ini, guru dan siswa di sana sungguh tertib.
“Menurut kami, ini adalah metode yang sangat baik. Ke depannya, para siswa akan menjadi disiplin dan membawa pengaruh yang baik kepada masyarakat,” kata Safieullah Khan Kepala Sekolah.
“Hal yang paling utama ialah saya melihat relawan membungkukkan badan saat memberikan pakaian dingin kepada para siswa. Itu adalah gerakan paling tulus yang pernah saya lihat. Membungkukkan badan dapat melenyapkan kesombongan dan keangkuhan kita,” kata Abhishek Tripathi Guru.
Ketika insan Tzu Chi menyalurkan bantuan, para siswa terlihat penuh tata krama dan taat pada peraturan. Tata krama adalah bagian dari prinsip kebenaran. Kita telah mengajarkan ketertiban dan tata krama pada mereka. Kita belum lama berada di sana, tetapi telah menginspirasi mereka. Melihat hal itu, saya sungguh terhibur dan senang. Saya tidak dapat menahan diri untuk mengucapkan terima kasih kepada para Bodhisatwa di sana.
Bodhisatwa terjun ke tengah masyarakat untuk membawa bantuan bagi orang-orang dan membimbing mereka ke arah yang lebih baik sehingga mereka menjadi sangat tertib. Relawan kita juga terus menginspirasi pengusaha setempat untuk bergabung menjadi relawan. Para pengusaha juga mengenakan seragam relawan dan mulai menjalankan Tzu Chi. Lihatlah, tahap demi tahap, misi Tzu Chi telah dijalankan di Nepal.
Beberapa hari yang lalu, relawan kita melantunkan Sutra Makna Tanpa Batas dan melakukan ritual namaskara di sana. Mereka duduk dan melantunkan Sutra Makna Tanpa Batas. Saya sungguh tersentuh. Sutra Makna Tanpa Batas adalah inti sari ajaran Tzu Chi. Trilogi Sutra Teratai memiliki tiga bagian.
Sebelum membabarkan Sutra Teratai, Buddha memasuki samadhi dan memancarkan cahaya dari antara kedua alis-Nya. Setelah memasuki kondisi Avatamsaka, Buddha hendak membabarkan Sutra Teratai. Namun, sebelum membabarkan Sutra Teratai, Buddha terlebih dahulu membabarkan Sutra Makna Tanpa Batas. Begitu pula yang dikatakan dalam Sutra Teratai.
Setelah membabarkan Sutra Makna Tanpa Batas, Buddha membabarkan Sutra Teratai Tanpa Kata-Kata. Ajaran ini bukan dibabarkan dengan kata-kata. Buddha membabarkannya dengan menunjukkan kondisi batin-Nya yang telah tercerahkan yang disebut sebagai kondisi Avatamsaka. Demikianlah Buddha membabarkan Sutra Teratai. Intinya, Sutra Teratai mengajari kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.
Bodhisatwa sekalian, Sutra Makna Tanpa Batas harus dibaca dan dilantunkan setiap hari. Kita dapat melantunkan satu bab atau membacanya kapan pun. Dengan demikian, kita dapat memahami bagaimana mempraktikkan Jalan Bodhisatwa di dunia. Dengan mempraktikkan Jalan Bodhisatwa di dunia, kita akan merasa bahwa bersumbangsih dengan cinta kasih adalah hal alami yang dapat kita lakukan. Dengan demikian, kita akan dipenuhi dengan sukacita Dharma setiap hari dan terbebas dari segala noda dan kegelapan batin.
Belakangan ini, saya selalu mengingatkan semuanya bahwa inti sari Sutra Teratai adalah Sutra Makna Tanpa Batas. Hendaklah kita menggenggam waktu dengan baik untuk menghayati inti sari Sutra Teratai agar kita memahami bahwa tubuh kita harus digunakan dengan baik untuk membawa manfaat bagi dunia. Kita hendaknya sepenuh hati mempraktikkan Dharma.
Terjun ke tengah masyarakat dan mempraktikkan Sutra Makna Tanpa Batas
Mencari dan menemukan sumber penderitaan
Melindungi setiap siswa dan mendampingi mereka hingga dewasa
Memiliki keyakinan pada esensi Dharma dan menghimpun cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Februari 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 23 Februari 2023