Ceramah Master Cheng Yen: Memiliki Perasaan Senasib dan Sepenanggungan
Kekuatan alam sungguh besar. Pada bulan Mei, hujan mulai mengguyur Sri Lanka. Terjangan depresi tropis juga mendatangkan hujan badai. Kita bisa melihat tiba-tiba terjadi gunung longsor yang menghancurkan tiga desa dalam sekejap. Insan Tzu Chi terus mencari cara agar dapat segera melakukan survei untuk memahami kondisi bencana. Akan tetapi, akses jalan ditutup sehingga kita tak bisa memasuki lokasi bencana.
Sekitar sebulan yang lalu, akses jalan baru dibuka kembali. Seorang bhiksu yang sangat mengenal daerah setempat membimbing insan Tzu Chi untuk mengunjungi militer dan polisi setempat. Mereka mengajak relawan kita ke lokasi bencana untuk melihat dan menjelaskan kondisi di sana. Relawan kita segera pergi melihat di mana para korban bencana tinggal. Ada yang tinggal di kuil, sekolah, dan tempat penampungan lainnya. Banyak orang yang kehilangan tempat tinggal.
“Ini merupakan sebuah kuil di Kegalle, Sri Lanka. Kini kuil ini menjadi penampungan bagi para korban tanah longsor. Ruang di sebelah kanan saya ditempati oleh 12 keluarga. Ruang yang ditutupi dengan kain ini merupakan tempat tidur para korban bencana. Mari kita lihat kondisi di dalam. Di sini hanya terdapat tiga buah kasur, tetapi ditempati oleh 40 orang. Yang lain hanya bisa tidur di koridor beralaskan tikar, “ Qiu Wan-jing Reporter dalam laporannya .
“Berhubung kekurangan kasur dan kelambu, maka kami sering digigit nyamuk. Anak-anak juga merasa tidak nyaman. Saat turun hujan, air hujan akan memercik ke dalam, Gangani seorang Korban bencana.
Anggota dari 12 keluarga hanya bisa tidur di kasur secara bergilir. Mereka sungguh menderita. Kapan baru mereka bisa memiliki tempat tinggal? Setelah tiba di lokasi bencana dan melakukan survei, inilah kondisi tempat tinggal para korban yang dilihat insan Tzu Chi.
Banyak orang yang berbaik hati menyumbangkan makanan bagi mereka sehingga mereka tidak kelaparan. Saat insan Tzu Chi tiba di sana serta memberi mereka tempat tidur lipat dan selimut, mereka berkata bahwa itulah yang paling mereka butuhkan untuk melewati masa-masa darurat. Pemerintah dan warga setempat sangat tersentuh.
Insan Tzu Chi bukan hanya memberikan barang bantuan yang paling dibutuhkan korban bencana, tetapi juga menggunakan ketulusan hati dan cinta kasih untuk menghibur mereka. Setelah dua bulan lebih, para korban bencana akhirnya bisa tersenyum. Karena itu, pemerintah dan warga sangat tersentuh.
Dunia ini penuh dengan penderitaan. Prinsip kebenaran sebanyak apa pun tidak ada gunanya jika hanya berupa teori. Kita harus menyerap Dharma yang merupakan ajaran kebajikan ini ke dalam hati dan mempraktikkannya secara nyata. Kita harus melangkah dan mengulurkan tangan untuk merangkul dan menghibur orang yang menderita. Kita hendaknya dapat turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain.
Melihat kondisi kehidupan para korban bencana, kita hendaknya dapat
menempatkan diri di posisi mereka. Sungguh, mereka melewati setiap detik dengan susah payah. Setiap hari, kita yang berada di sini berkata bahwa waktu berlalu dengan sangat cepat. Namun, para korban bencana merasa bahwa waktu datangnya harapan bagi mereka masih sangat jauh.
Insan Tzu Chi mengatasi berbagai kesulitan untuk menjangkau lokasi bencana, menyurvei kondisi bencana, serta bersumbangsih secara langsung
dan menghibur para korban bencana. Kekuatan cinta kasih ini menunjukkan kebajikan hakiki manusia. Setiap orang bisa melakukannya. Ini bukanlah hal yang mustahil. Daripada membicarakan teori saja, lebih baik kita melakukan praktik nyata. Kita bisa melihat di Sri Lanka yang jaraknya begitu jauh dari kita, relawan kita bisa bersumbangsih seperti ini.
Begitu pula dengan relawan di Fujian. Setelah meninggalkan Taiwan, Topan Nepartak menerjang Tiongkok dan mendatangkan hujan deras di sana. Kita bisa melihat kerusakan parah dan penderitaan yang ditimbulkan di sana. Namun, asalkan ada niat, maka segala kesulitan bisa diatasi. Pemerintah setempat dengan penuh rasa syukur membimbing kita ke lokasi bencana agar kita dapat memahami kondisi setiap keluarga dan mengevaluasi jumlah barang bantuan yang dibutuhkan.
Untuk bersumbangsih seperti ini, kita membutuhkan cinta kasih. Saya sangat berharap di Tiongkok, jumlah relawan Tzu Chi dapat bertambah. Kita membutuhkan lebih banyak orang untuk bekerja sama dengan harmonis. Hanya ketulusan hatilah yang bisa membuat iklim kembali bersahabat. Di mana pun bencana terjadi, jika ada banyak orang yang mengulurkan tangan, maka akan terhimpun kekuatan besar. Semakin banyak orang, maka pekerjaan akan semakin ringan. Namun, semakin banyak orang, maka semakin dibutuhkan kesatuan hati untuk bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih.
Karena itu, insan Tzu Chi harus menjangkau orang-orang yang menderita agar dapat menyadari berkah setelah melihat penderitaan. Kita juga harus memperteguh kebajikan kita agar kita dapat menapaki jalan yang benar dengan langkah yang mantap. Penyaluran bantuan di Taiwan masih terus dilakukan hingga kini. Selanjutnya, kita akan merencanakan bantuan jangka menengah dan jangka panjang agar para korban bencana dapat memiliki tempat tinggal yang aman.
Inilah yang akan kita lakukan kelak. Karena itu, menyurvei kondisi bencana dan memahami kondisi korban bencana sangatlah penting. Ini membutuhkan waktu dan dukungan pemerintah setempat. Kita juga harus bersungguh hati dalam melakukan survei agar bisa benar-benar memahami
apa yang harus dilakukan.
Baiklah, singkat kata, banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Kita harus terus menghimpun kekuatan cinta kasih. Yang terpenting adalah setiap orang harus membangkitkan ketulusan.
Ketidakkekalan kerap melanda bumi yang rentan
Memberikan barang bantuan yang dibutuhkan untuk menstabilkan kehidupan korban bencana
Berdana secara langsung dengan mempraktikkan Dharma
Merangkul semua makhluk yang menderita dan dapat turut merasakan penderitaan mereka
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Juli 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 20 Juli 2016
Sekitar sebulan yang lalu, akses jalan baru dibuka kembali. Seorang bhiksu yang sangat mengenal daerah setempat membimbing insan Tzu Chi untuk mengunjungi militer dan polisi setempat. Mereka mengajak relawan kita ke lokasi bencana untuk melihat dan menjelaskan kondisi di sana. Relawan kita segera pergi melihat di mana para korban bencana tinggal. Ada yang tinggal di kuil, sekolah, dan tempat penampungan lainnya. Banyak orang yang kehilangan tempat tinggal.
“Ini merupakan sebuah kuil di Kegalle, Sri Lanka. Kini kuil ini menjadi penampungan bagi para korban tanah longsor. Ruang di sebelah kanan saya ditempati oleh 12 keluarga. Ruang yang ditutupi dengan kain ini merupakan tempat tidur para korban bencana. Mari kita lihat kondisi di dalam. Di sini hanya terdapat tiga buah kasur, tetapi ditempati oleh 40 orang. Yang lain hanya bisa tidur di koridor beralaskan tikar, “ Qiu Wan-jing Reporter dalam laporannya .
“Berhubung kekurangan kasur dan kelambu, maka kami sering digigit nyamuk. Anak-anak juga merasa tidak nyaman. Saat turun hujan, air hujan akan memercik ke dalam, Gangani seorang Korban bencana.
Anggota dari 12 keluarga hanya bisa tidur di kasur secara bergilir. Mereka sungguh menderita. Kapan baru mereka bisa memiliki tempat tinggal? Setelah tiba di lokasi bencana dan melakukan survei, inilah kondisi tempat tinggal para korban yang dilihat insan Tzu Chi.
Banyak orang yang berbaik hati menyumbangkan makanan bagi mereka sehingga mereka tidak kelaparan. Saat insan Tzu Chi tiba di sana serta memberi mereka tempat tidur lipat dan selimut, mereka berkata bahwa itulah yang paling mereka butuhkan untuk melewati masa-masa darurat. Pemerintah dan warga setempat sangat tersentuh.
Insan Tzu Chi bukan hanya memberikan barang bantuan yang paling dibutuhkan korban bencana, tetapi juga menggunakan ketulusan hati dan cinta kasih untuk menghibur mereka. Setelah dua bulan lebih, para korban bencana akhirnya bisa tersenyum. Karena itu, pemerintah dan warga sangat tersentuh.
Dunia ini penuh dengan penderitaan. Prinsip kebenaran sebanyak apa pun tidak ada gunanya jika hanya berupa teori. Kita harus menyerap Dharma yang merupakan ajaran kebajikan ini ke dalam hati dan mempraktikkannya secara nyata. Kita harus melangkah dan mengulurkan tangan untuk merangkul dan menghibur orang yang menderita. Kita hendaknya dapat turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain.
Melihat kondisi kehidupan para korban bencana, kita hendaknya dapat
menempatkan diri di posisi mereka. Sungguh, mereka melewati setiap detik dengan susah payah. Setiap hari, kita yang berada di sini berkata bahwa waktu berlalu dengan sangat cepat. Namun, para korban bencana merasa bahwa waktu datangnya harapan bagi mereka masih sangat jauh.
Insan Tzu Chi mengatasi berbagai kesulitan untuk menjangkau lokasi bencana, menyurvei kondisi bencana, serta bersumbangsih secara langsung
dan menghibur para korban bencana. Kekuatan cinta kasih ini menunjukkan kebajikan hakiki manusia. Setiap orang bisa melakukannya. Ini bukanlah hal yang mustahil. Daripada membicarakan teori saja, lebih baik kita melakukan praktik nyata. Kita bisa melihat di Sri Lanka yang jaraknya begitu jauh dari kita, relawan kita bisa bersumbangsih seperti ini.
Begitu pula dengan relawan di Fujian. Setelah meninggalkan Taiwan, Topan Nepartak menerjang Tiongkok dan mendatangkan hujan deras di sana. Kita bisa melihat kerusakan parah dan penderitaan yang ditimbulkan di sana. Namun, asalkan ada niat, maka segala kesulitan bisa diatasi. Pemerintah setempat dengan penuh rasa syukur membimbing kita ke lokasi bencana agar kita dapat memahami kondisi setiap keluarga dan mengevaluasi jumlah barang bantuan yang dibutuhkan.
Untuk bersumbangsih seperti ini, kita membutuhkan cinta kasih. Saya sangat berharap di Tiongkok, jumlah relawan Tzu Chi dapat bertambah. Kita membutuhkan lebih banyak orang untuk bekerja sama dengan harmonis. Hanya ketulusan hatilah yang bisa membuat iklim kembali bersahabat. Di mana pun bencana terjadi, jika ada banyak orang yang mengulurkan tangan, maka akan terhimpun kekuatan besar. Semakin banyak orang, maka pekerjaan akan semakin ringan. Namun, semakin banyak orang, maka semakin dibutuhkan kesatuan hati untuk bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa pamrih.
Karena itu, insan Tzu Chi harus menjangkau orang-orang yang menderita agar dapat menyadari berkah setelah melihat penderitaan. Kita juga harus memperteguh kebajikan kita agar kita dapat menapaki jalan yang benar dengan langkah yang mantap. Penyaluran bantuan di Taiwan masih terus dilakukan hingga kini. Selanjutnya, kita akan merencanakan bantuan jangka menengah dan jangka panjang agar para korban bencana dapat memiliki tempat tinggal yang aman.
Inilah yang akan kita lakukan kelak. Karena itu, menyurvei kondisi bencana dan memahami kondisi korban bencana sangatlah penting. Ini membutuhkan waktu dan dukungan pemerintah setempat. Kita juga harus bersungguh hati dalam melakukan survei agar bisa benar-benar memahami
apa yang harus dilakukan.
Baiklah, singkat kata, banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Kita harus terus menghimpun kekuatan cinta kasih. Yang terpenting adalah setiap orang harus membangkitkan ketulusan.
Ketidakkekalan kerap melanda bumi yang rentan
Memberikan barang bantuan yang dibutuhkan untuk menstabilkan kehidupan korban bencana
Berdana secara langsung dengan mempraktikkan Dharma
Merangkul semua makhluk yang menderita dan dapat turut merasakan penderitaan mereka
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Juli 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 20 Juli 2016