Ceramah Master Cheng Yen: Mempelajari Ajaran Buddha dengan Terjun ke Tengah Masyarakat
Banyak orang yang menderita di dunia ini. Sesungguhnya, menderita karena apa? Pertama, lima kekeruhan dan tiga bencana membuat semua makhluk mengalami penderitaan.
Mengenai lima kekeruhan, ada banyak kekeruhan yang menyatu pada masa ini. Kekeruhan sama dengan kekotoran. Di dalam masa kekeruhan kalpa saat ini, ada kekeruhan pandangan, kekeruhan usia, kekeruhan makhluk hidup, dan kekeruhan noda batin. Semuanya berada di masa yang sama sehingga membentuk kekeruhan kalpa. Lihatlah, berbagai penderitaan terhimpun di masa ini, baik akibat bencana alam maupun ulah manusia.
Lihatlah bencana peperangan. Di Bumi ini, ada banyak negara yang dilanda peperangan tanpa henti. Aroma bahan peledak semakin pekat. Selain itu, ada pula wabah penyakit dan kelaparan.
“Curah hujan di daerah kami sangat rendah. Akibatnya, tiga perempat dari seluruh penduduk tidak memperoleh cukup pangan. Siklon Idai tahun lalu juga membawa pengaruh besar bagi kami,” kata salah seorang warga Zimbabwe.
“Lahan basah juga sudah mengering. Tahun lalu, sepanjang tahun aliran sungai hanya ada saat musim hujan. Namun, tahun ini, aliran sungai sudah kering sama sekali karena hujan tidak turun. Kami juga tidak mengharapkan panen apa-apa,” kata salah seorang petani Zimbabwe.
“Berhubung hujan tidak turun, Kami juga tidak mengharapkan panen apa-apa,” kata petani yang lain.
Berbagai bencana yang terus terjadi, seperti kelaparan, wabah penyakit, dan peperangan membawa penderitaan bagi manusia. Hidup di dunia yang diliputi lima kekeruhan dan tiga bencana ini, semua makhluk tentu menderita. Namun, justru karena adanya penderitaan, maka diperlukan orang yang menolong dan membangkitkan cinta kasih.
Berbagai penderitaan ini juga dapat membuat manusia sadar. Saya sering mengatakan bahwa setelah bencana yang menggemparkan dunia terjadi, semua makhluk harus sadar dan memetik hikmahnya. Kita hidup di masa yang penuh suka duka. Kita dapat melihat banyak penderitaan dan membuktikan ajaran Buddha. Ketidakkekalan dan rentannya bumi telah kita buktikan.
Kini, di tengah terjadinya wabah, orang-orang di seluruh dunia tengah meningkatkan kewaspadaan. Demikianlah, setelah bencana terjadi, barulah manusia berkesempatan untuk terinspirasi. Setelah melewati bencana yang menggemparkan, barulah kesadaran manusia dapat meningkat. Jadi, di Dunia Saha ini, ada suka dan duka. Ada orang yang menderita. Ada orang yang berkemampuan lebih. Orang yang punya kemampuan dapat menolong orang yang menderita. Inilah manfaat mempelajari ajaran Buddha.
Sebagai manusia, jika tidak memahami ajaran Buddha, sungguh sangat disayangkan. Jadi, kita harus mengerti bahwa dalam mengembangkan kebajikan, jangan biarkan diri kita terintangi. Jangan tamak akan kelahiran dan kenikmatan alam manusia dan dewa. Kita harus menghargai kelahiran sebagai manusia. Manfaatkan kelahiran sebagai manusia ini untuk berlatih Dharma adiduniawi. Dharma adiduniawi adalah jalan untuk terbebas dan tidak lagi terlahir kembali di enam alam kehidupan. Meski alam dewa penuh kenikmatan, tetapi berkah kenikmatan itu juga bisa berakhir. Meski di alam manusia kita bisa mengembangkan kebajikan, tetapi kita diliputi lima kekeruhan.
Di tengah kekeruhan makhluk hidup, sulit untuk mempertahankan pikiran bajik dan kemurnian hati. Yang terbaik adalah berlatih Dharma adiduniawi. Dharma adiduniawi adalah yang kita sebut sebagai ajaran Buddha. Mempelajari ajaran Buddha bertujuan untuk mencapai kebuddhaan. Mencapai kebuddhaan adalah tujuan kita. Meski para Buddha dan Bodhisatwa juga kembali ke dunia dengan ikrar penuh cinta kasih, tetapi Mereka tidak akan terpengaruh oleh suka duka duniawi. Semua itu tak akan mencemari hakikat sejati.
Ibarat dalam sebuah rumah sakit, terdapat banyak pasien dengan penyakit menular. Para dokter dan perawat yang penuh cinta kasih harus memiliki kebijaksanaan yang cukup untuk menjaga diri mereka dengan baik. Mereka tidak takut tertular penyakit yang dibawa oleh pasien. Mereka ingin menolong pasien. Demikian pula, semua makhluk di dunia bagaikan didera berbagai penyakit sehingga membutuhkan bimbingan dari para Buddha dan Bodhisatwa agar dapat mengatasi berbagai penyakit itu.
Bukan hanya mengatasi penyakit dalam hubungan antarmanusia, yang terpenting ialah mengatasi penyakit batin sendiri. Jadi, dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus terus menyelaraskan pikiran kita agar kondisi luar tidak memengaruhi tekad kita untuk melatih diri. Meski kita telah banyak berbuat baik, tetapi jika di dalam batin kita muncul kesombongan karena kita merasa telah menolong orang dan telah memberikan sejumlah materi, kemelekatan ini akan merintangi kita dalam pelatihan diri menuju pembebasan.
Saya sering mengatakan, "Saat kaki depan menapak, kaki belakang harus melangkah." Benar, dalam menjalankan hal yang harus dilakukan, arah kita tidak boleh menyimpang. Kita harus berjalan selangkah demi selangkah di arah yang benar. Saat kaki depan menapak, kaki belakang harus melangkah. Dengan demikian, barulah kita dapat melangkah maju tanpa rintangan batin.
Dalam mempelajari ajaran Buddha, Buddha membimbing kita untuk membangkitkan welas asih terhadap semua makhluk. Kita sering membahas tentang cinta kasih agung, welas asih agung, sukacita agung, dan keseimbangan batin agung. Cinta kasih agung bebas dari penyesalan, welas asih agung bebas dari keluh kesah, sukacita agung bebas dari kerisauan, keseimbangan batin agung bebas dari pamrih. Bukankah saya sering mengatakan ini? Insan Tzu Chi harus berlatih hingga level ini. Cinta kasih agung bebas dari penyesalan.
Demi kebahagiaan semua makhluk di dunia, kita rela untuk bersumbangsih. Jika semua orang memiliki kesehatan, kebahagiaan, dan kekayaan, kita turut berbahagia. Jika semua orang dapat membangkitkan cinta kasih dan menapaki Jalan Bodhisatwa, kita juga turut bersukacita untuk mereka. Meski banyak kesulitan saat bersumbangsih, kita sama sekali tidak menyesal. Saat ada orang yang menderita, kita turut merasakan penderitaan mereka. Demi orang-orang yang menderita karena tertimpa bencana, kita rela menempuh bahaya untuk menolong. Sesulit apa pun, kita tetap berusaha. Demi membebaskan orang lain dari penderitaan, kita bersumbangsih. Kita tidak mengeluh sedikit pun. Inilah Bodhisatwa.
Dengan sukacita dan keseimbangan batin, Bodhisatwa bersumbangsih tanpa pamrih. Inilah semangat ajaran Buddha yang harus kita cari di dunia ini.
Lima kekeruhan dan tiga bencana
membawa penderitaan
Para Buddha dan Bodhisatwa
kembali ke dunia demi menyelamatkan semua makhluk
Menjaga batin sendiri agar tidak
tercemar
Memberi manfaat bagi makhluk lain
dengan welas asih tanpa keluh kesah
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 30 Maret 2020