Ceramah Master Cheng Yen: Mempelajari Ajaran Kebajikan dan Memahami Kebenaran
Bencana yang terjadi di dunia ini sungguh memprihatinkan. Mengapa hidup manusia penuh dengan penderitaan? Banyak orang yang menderita dan hidup kekurangan. Orang-orang kurang mampu sangat membutuhkan ketenangan pikiran. Karena itu, orang berada hendaknya membangkitkan cinta kasih.
Kemarin, kita melihat Bodhisatwa dari Kunming yang telah datang ke Taiwan belasan hari. Demi mendalami Dharma, mereka telah mengatasi berbagai kesulitan. Ada seorang relawan yang penglihatannya tidak baik, tetapi merasa sayang untuk mengganti kacamata. Namun, untuk bertemu dengan saya, dia akhirnya mengganti kacamata.
Ada pula relawan lain yang penghasilan suaminya kurang dari 400 yuan per bulan, tetapi dia tetap ingin datang ke Taiwan. Singkat kata, saya bersyukur kepada anggota keluarga relawan kita yang begitu mendukung mereka sehingga mereka bisa datang ke Taiwan untuk mempelajari ajaran kebajikan dengan tenang. Setelah menyerap ajaran kebajikan dan pulang ke rumah, mereka bisa menginspirasi lebih banyak orang membangkitkan kekuatan cinta kasih untuk mencurahkan perhatian kepada lansia dan orang yang membutuhkan di komunitas.
Mereka berdedikasi dengan sukarela. Mereka melapangkan hati untuk menapaki Jalan Bodhisatwa guna menyelamatkan orang-orang yang menderita di dunia ini. Inilah Bodhisatwa. Bodhisatwa dunia seperti ini sungguh mengagumkan. Meski dunia ini diselimuti kekeruhan, tetapi aliran cinta kasih yang tak berujung dapat membersihkan kekeruhan tersebut. Ini bergantung pada cinta kasih di dalam hati.
Cinta kasih para relawan kita sungguh mengagumkan. Relawan dari Qinghai dan Kunming harus berkumpul di Sichuan untuk mengikuti pelatihan. Meski harus menempuh lebih dari 1.000 kilometer dan naik kereta api lebih dari 20 jam, mereka tetap bersedia melakukannya. Sungguh, ini sangat mengagumkan.
Di zaman Buddha, dalam persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar, Buddha memberi tahu murid-murid-Nya bahwa kelak mereka akan mencapai kebuddhaan. Semua orang merasa lega mendengarnya. Dengan bersungguh-sungguh melatih diri dan menapaki Jalan Bodhisatwa, kelak mereka akan menjadi Buddha. Mereka berikrar untuk membabarkan Dharma, tetapi bukan di Dunia Saha yang penuh dengan penderitaan ini.
Semua makhluk di dunia ini terlalu keras kepala dan sombong. Berhubung di dunia ini terdapat banyak sikap buruk, mereka tidak berani berikrar untuk membabarkan Dharma di dunia ini. Mendengar perkataan murid-murid-Nya, Buddha merasa kecewa. Buddha merupakan guru seluruh alam kehidupan dan ayah bagi semua makhluk. Meski akan segera parinirvana, Buddha tetap memperhatikan Dunia Saha ini.
Karena itu, setelah parinirvana, Buddha pasti akan kembali lagi. Akan tetapi, jika murid-murid-Nya tidak ingin membabarkan Dharma di dunia ini, bukankah Buddha akan sendirian? Buddha akan kembali ke dunia ini, tetapi murid-murid-Nya tidak ikut bersama-Nya. Karena itu, Buddha merasa agak kecewa. Jadi, mendengar perkataan mereka, Buddha pun terdiam dan menatap murid lain. Jika mereka tidak ingin, lalu bagaimana dengan murid lain?
Ada juga murid Buddha yang bisa memahami pikiran Buddha. Melihat tatapan Buddha, mereka segera berdiri dan berikrar di hadapan Buddha, “Mereka tidak berani, maka kami yang akan melakukannya. Tenanglah, setelah Buddha parinirvana, kami akan pergi ke setiap tempat yang Buddha khawatirkan. Buddha tidak perlu khawatir.”
Di masa mendatang, kekeruhan di dunia ini akan semakin parah dan sikap manusia akan semakin buruk dan sombong. Selain itu, juga akan ada sekelompok orang yang seakan-akan meninggalkan keduniawian, tetapi bersikap buruk. Mereka bukan hanya tidak melatih diri, tetapi juga memfitnah praktisi Buddhis yang sungguh-sungguh ingin membabarkan ajaran Buddha.
Mereka malah memfitnah praktisi Buddhis yang sesungguhnya. Jadi, jika hal seperti ini terjadi pada diri kita, kita tidak perlu merasa takut. Kelak, jika mengalami kondisi seperti ini, kita tidak perlu merasa takut. Meski hidup di zaman yang penuh kekeruhan dan manusia yang keras kepala, kita tidak merasa takut. Ini karena di zaman Buddha, kita telah membangun tekad dan ikrar.
Jadi, berbuat baik tidaklah mudah. Kita harus membangun keyakinan yang teguh dan mempertahankan arah yang benar, jangan berjalan menyimpang. Kini, kita bisa melihat banyak Bodhisatwa dari Tiongkok yang sepenuh hati menapaki Jalan Bodhisatwa. Mereka menaati aturan Tzu Chi dan mengikuti pelatihan sebulan sekali.
Setiap kali mengikuti pelatihan, mereka menghabiskan waktu selama 3 hingga 4 hari termasuk waktu perjalanan. Mereka bisa mengatasi semua itu. Mereka sungguh mengagumkan. Ini karena mereka memiliki kesatuan hati. Mereka memiliki tekad dan tujuan yang sama. Dengan menyemangati satu sama lain, baru bisa tercipta kekuatan seperti ini. Kekuatan satu orang tidaklah cukup. Dengan kerja sama banyak orang, kita baru berkekuatan untuk memberi bantuan.
“Menurut saya, warga komunitas ini sangat sederhana. Setelah kita melakukan sosialisasi, mereka tahu bahwa lingkungan berkaitan erat dengan manusia. Karena itu, mereka bersedia menyerahkan barang daur ulang pada kita,” kata Qi Haiming, Relawan Tzu Chi.
“Dengan mengumpulkan barang daur ulang, kita bisa membantu anak-anak bersekolah. Ini adalah tanggung jawab kita,” kata Qi Yulian, Relawan Tzu Chi lainnya.
“Kamu sudah tumbuh tinggi. Kamu sudah setinggi Ibu Yang Yan,” kata Qi Haiming, Relawan Tzu Chi.
Pemandangan seperti ini sungguh indah. Anak ini tumbuh besar di bawah curahan perhatian insan Tzu Chi yang tidak memiliki hubungan apa pun dengannya. Meski anak itu sudah kehilangan orang tuanya, tetapi dia memiliki insan Tzu Chi yang bagaikan orang tuanya. Pasangan suami istri ini sering meninggalkan anak mereka di rumah. Anaknya yang sangat patuh berkata, “Ayah, Ibu, bersumbangsihlah dengan tenang.”
Sesungguhnya, usia anak mereka hampir sama dengan penerima bantuan ini, tetapi dia bisa membuat orang tuanya tenang untuk memperhatikan orang lain. Jadi, mereka sekeluarga adalah Bodhisatwa. Dengan membawa Dharma ke dalam keluarga, mereka telah menginspirasi keluarga mereka sehingga jiwa kebijaksanaan mereka bertumbuh dan mereka memiliki tekad pelatihan yang sama. Inilah kebahagiaan yang sesungguhnya.
Menempuh perjalanan jauh ke Taiwan untuk mempelajari semangat Tzu Chi
Mempelajari ajaran kebajikan dan memahami kebenaran
Memperhatikan anak yatim piatu bagai anak sendiri
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Maret 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina