Ceramah Master Cheng Yen: Mempelajari dan Menyadari Kebenaran Lewat Praktik Nyata


Pencemaran alam yang ada hari ini disebabkan oleh kekeruhan batin manusia yang bermula dari ketamakan dan nafsu keinginan. Akibat ketamakan, manusia tidak peduli pada orang lain dan hanya berpikir untuk memuaskan nafsu diri sendiri. Nafsu keinginan ini bagai lubang tanpa dasar. Bagaimanapun kita mengisinya, ia tidak akan pernah penuh. Sama seperti mulut kita, selama puluhan tahun hidup kita, bayangkan, berapa banyak nyawa yang ia telan? Selain memakan makhluk bernyawa, kita juga mencemari alam.

Hewan ternak dikembangbiakkan selama beberapa bulan. Jumlah pakan yang mereka makan mencapai berkali-kali lipat dari makanan manusia. Terlebih lagi, selain memakan daging hewan, kita juga masih memakan banyak makanan lainnya. Jadi, inilah nafsu keinginan. Bagaimanapun lubang tanpa dasar ini diisi, ia selamanya tak akan penuh. Mulut selamanya akan terus menelan banyak makanan dan tidak akan penuh.

Intinya, banyak hal yang tak terbayangkan dalam kehidupan ini. Yang disebabkan oleh semua makhluk, baik dari napas maupun sisa pencernaan, semuanya membawa pencemaran. Begitu pula dengan pandemi kali ini.


Pandemi kali ini meliputi seluruh dunia. Saya terus menekankan pelajaran besar agar kita semua dapat merenung. Kita harus berhenti, mendengar, dan melihat. Kita harus menghentikan pikiran yang penuh nafsu keinginan.

Pandemi kali ini, mengapa saya sebut sebagai jalinan jodoh? Karena inilah saatnya bagi kita untuk menerima pelajaran besar. Pikiran kita bagaikan air danau. Jika kotoran dalam air tidak mengendap, itu sama dengan ketamakan dan nafsu keinginan yang mengotori hakikat sejati kita yang murni. Hakikat sejati kita yang murni terganggu oleh nafsu keinginan. Akibatnya, kegelapan batin bangkit. Batin kita yang mulanya jernih bagai air menjadi keruh akibat nafsu keinginan, sama seperti air yang diaduk, membuat kotoran yang mengendap naik kembali. Prinsipnya sama. Ini adalah sebuah perumpamaan.

Buddha mengajarkan agar batin kita teguh dan tenang, sehingga menjadi bagaikan cermin atau air danau. Buddha menggunakan berbagai cara dan perumpamaan sesuai dengan kapasitas dan sifat kita.

Saat mendengar perumpamaan tentang air, ada orang yang tidak mengerti. Apa hubungannya air dan batin? Mereka tidak mengerti. Mereka tidak mampu memahaminya. Ini disebut "tidak terbimbing".


Orang yang berkapasitas tajam, saat mendengar perumpamaan ini, akan mengerti hubungan antara air dan lumpur di dasar guci air, perbedaan antara air yang diaduk dan tidak, serta perbedaan antara air jernih dan air keruh. Mereka mengerti bahwa lumpur harus diendapkan. Inilah orang yang "dapat terbimbing".

Saat mereka mengerti, mereka telah terbimbing. Saat tidak mengerti, pikiran mereka akan terus bergejolak dan tidak bisa tenang.

Dalam ajaran Konfusius, murid Konfusius juga berkata, "Memancarkan keluhuran cemerlang, mengasihi rakyat, dan berdiam dalam kebajikan sempurna." Untuk mampu berdiam dalam kebajikan sempurna, dibutuhkan keteguhan yang membawa ketenangan. Intinya, Konfusianisme dan Buddhisme, meski memiliki jalan yang berbeda, tetapi berpulang pada kebenaran yang sama dan menekankan poin yang sama. Jadi, saya sangat bersyukur pada zaman ini, kita dapat mempelajari ajaran orang suci zaman dahulu.

Sepanjang sejarah, banyak orang menjalankan ajaran yang ditunjukkan oleh para orang suci dan membentangkan jalan yang rata dan lapang. Dengan demikian, kita dapat membuat batin kita menjadi jernih, cemerlang, dan indah di jalan ini.

Kebenarann, kebajikan, dan keindahan ini bersifat nyata. Asalkan kita melangkah dengan mantap di jalan yang benar, menuju arah yang bajik, dan menjaga keindahan dengan tidak menyimpang sedikit pun, maka dengan melangkah maju di jalan ini, kita dapat mencapai tataran orang bijak dan suci. Kita dapat berubah dari awam menjadi suci dan mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan.


Terhadap insan Tzu Chi, saya sering berkata, "Kalian telah bersusah payah dan penuh berkah." Saya paham bahwa kalian bersumbangsih dengan susah payah. Bohong jika kalian mengatakan tidak bersusah payah. Aktivitas ini sungguh melelahkan dan butuh kerja keras. Namun, insan Tzu Chi melakukannya dengan sukarela. Mereka melakukan dengan sukarela dan menerima hasilnya dengan sukacita. Insan Tzu Chi bersumbangsih dengan sukarela.

Segala yang didapat berasal dari langkah mantap di arah yang benar. Kita tidak merugikan diri sendiri. Tentu, kita juga tidak menyia-nyiakan kehidupan. Setiap hari saya selalu merasa bahwa seumur hidup ini, saya tidak pernah menyia-nyiakan kehidupan saya karena kehidupan saya di dunia ini saya lewati dengan sangat bernilai.

Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik, saya berjalan di Jalan Bodhisatwa demi semua makhluk yang menderita. Bodhisatwa muncul karena ada makhluk yang menderita. Jadi, saya terus mengukur nilai diri saya.

Sesungguhnya, berapakah beratnya? Sesungguhnya, ini juga tak dapat diukur. Apakah bisa dikatakan bahwa beratnya setengah kilogram atau satu kilogram? Seberapa besar bobot atau ukurannya? Tunjukkan pada saya untuk saya nilai sejenak. Tidak ada wujudnya. Jadi, ia disebut tak terhingga. Kita sering mengatakan tentang pahala yang tak terhingga karena kita tidak dapat mengukurnya. Namun, Anda telah melakukan perbuatan baik itu. Anda disebut sebagai orang baik. Anda adalah orang baik yang berbuat baik. Inilah jalan kehidupan yang sederhana. Inilah jalan yang lapang.

Bodhisatwa sekalian, di mana pun kalian berada, saya selalu ada di sini. Kalian telah mendengar kebenaran. Jika belajar dengan sepenuh hati, kalian akan memperoleh pemahaman. Lewat belajar, kita memperoleh kesadaran. Karena itu, kita harus belajar dengan sungguh-sungguh. Belajar apa? Belajar jalan Buddha. Kita memulainya dari Jalan Bodhisatwa.

Di Jalan Bodhisatwa ini, kita harus saling menyemangati, tekun, dan bersemangat. Namun, ingatlah selalu untuk mengutamakan keselamatan saat bersumbangsih.

Ketamakan dan nafsu manusia tidak berbatas
Keteguhan dan ketenangan membangkitkan kebijaksanaan dan kemurnian batin
Mengubah kondisi awam menjadi suci lewat jalan kebenaran
Mempelajari dan menyadari kebenaran lewat praktik nyata
 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Juni 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 27 Juni 2021
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -