Ceramah Master Cheng Yen: Memperbaiki Kehidupan dengan Bantuan Jangka Panjang
“Dua puluh tahun lalu, Kakak Qiu dan Sekretaris Zhang bersama-sama datang ke sini dan membangun kembali SD Baizhu yang hampir hancur. Hingga kini, saya sangat bersyukur,” kata Wan Baosheng, Kepala SD Tzu Chi Baizhu pertama.
“Saya berharap murid-murid kita bisa tumbuh besar di lingkungan penuh cinta kasih dan kelak bisa menolong orang-orang yang membutuhkan di sekitar mereka,” kata Wan Long, alumnus SD Tzu Chi Baizhu.
“Lewat acara kali ini, saya bisa merasakan bahwa selama 20 tahun sejak sekolah ini dibangun kembali, Tzu Chi terus mencurahkan perhatian. Ini sungguh tidak mudah. Begitulah amal yang sesungguhnya, Setelah membangunnya, kalian terus memberi perhatian dan bantuan. Setiap tahun, mereka datang untuk mengajari kita Kata Renungan Jing Si agar kita bisa lebih memahami bagaimana bersyukur dan mengasihi,” ujar Wu Xiaoxia, seorang relawan.
Kita bisa melihat SD Baizhu di Yichun. Tzu Chi telah membantu sekolah tersebut selama 20 tahun lebih. Lebih dari 20 tahun yang lalu, akibat terjangan angin ribut, sekolah itu mengalami kerusakan parah. Karena itu, mereka meminta bantuan kepada Relawan Qiu Yufen di Shanghai dengan harapan insan Tzu Chi dapat melakukan survei dan mengevaluasi apakah kita bisa membantu mereka. Saat ada yang meminta bantuan, relawan kita pasti menerimanya.
Untuk mengunjungi SD Baizhu di Yichun dari Shanghai, mereka harus melintasi gunung dan naik kapal. Akses transportasi sangat terbatas, tetapi mereka memiliki cinta kasih, welas asih, dan kebijaksanaan. Setelah menyurvei kondisi sekolah, relawan kita memutuskan untuk membantu pembangunan kembali sekolah itu. Relawan kita juga mendapati bahwa banyak warga yang hidup kekurangan. Mereka kesulitan untuk menyekolahkan anak-anak. Karena itu, kita pun membagikan beasiswa.
“Sejak saya masih SD hingga kini SMP, kalian terus membantu saya. Saya sangat terharu sampai tidak tahu harus berkata apa. Kalian mungkin tidak tahu, keluarga saya terdiri atas lima orang. Keluarga saya sangat kekurangan, terlebih saat saya masih SD. Karena kesulitan ekonomi, orang tua saya memutuskan bahwa saya harus telat setahun masuk sekolah. Namun, setelah menerima beasiswa kalian, keluarga saya sangat senang karena saya bisa bersekolah. Kalian mungkin tidak tahu, dua kakak laki-laki saya menerima beasiswa kalian selama 5 tahun. Kami sangat berterima kasih pada kalian. Saya berharap bisa seperti kakak saya, masuk universitas ternama,” kata Wan Lianghong, murid penerima bantuan
“Di masyarakat zaman sekarang, kita tidak boleh tidak berpendidikan. Menurut saya, sesulit dan selelah apa pun, saya harus menyekolahkan anak-anak,” kata ayah Wan Lianghong.
Keluarga tersebut hidup dalam kondisi sulit dan tinggal di pegunungan terpencil dari generasi ke generasi. Namun, anak-anak harus menerima pendidikan agar kelak bisa meniti karir di tengah masyarakat dan terbebas dari hidup kekurangan. Karena itulah, tidak peduli betapa beratnya pekerjaan dan betapa sulitnya kehidupan mereka, orang tua tetap berusaha untuk menyekolahkan anak-anak.
Mendengar mereka begitu memikirkan kepentingan anak-anak, insan Tzu Chi memutuskan untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak mereka. Asalkan anak-anak bisa giat belajar, insan Tzu Chi pasti akan membantu mereka. Ketiga anak dalam keluarga tersebut sangat mengasihi diri sendiri dan giat. Anak yang kita lihat tadi telah lulus dari perguruan tinggi. Saat ini, dia adalah seorang insinyur geologi.
“Saya masih ingat dahulu, saat menghapus papan tulis, saya tidak bisa menjangkau bagian atas. Saat sudah kelas 5 SD pun tidak bisa. Jadi, saya melompat agar bisa menghapusnya,” kata Wan Lianghong, murid penerima bantuan.
Dia adalah anak bungsu dalam keluarga tersebut. Saya sangat tersentuh melihatnya. Setiap tahun, insan Tzu Chi pergi ke sana untuk membagikan beasiswa. Di Yichun, Jiangxi, kita telah membagikan beasiswa kepada lebih dari 35.000 anak. Dari data yang kita peroleh, ada 23 anak yang masuk perguruan tinggi. Ada yang sudah lulus, ada pula yang masih kuliah. Selain itu, juga ada tiga anak yang mengambil program pascasarjana.
Saya juga sering mengulas tentang Guizhou. Program bantuan di Guizhou juga telah dijalankan selama 20 tahun lebih. Ada pula anak-anak yang telah lulus dari perguruan tinggi dan mendedikasikan diri di kampung halaman atau kabupaten setempat. Teringat akan hal ini, saya sungguh sangat gembira.
Dalam ceramah pagi hari ini, saya mengulas tentang sepuluh Bhumi Bodhisatwa. Bagaimana cara melatih diri agar bisa mencapai Bhumi sukacita? Kita harus menggenggam waktu yang ada. Para relawan kita memiliki cinta kasih tanpa mementingkan jalinan jodoh serta perasaan senasib dan sepenanggungan. Dengan cinta kasih, relawan kita mengembangkan kebijaksanaan. Jadi, dengan welas asih dan kebijaksanaan, relawan kita rela bekerja keras dan menempuh jarak yang jauh demi menolong orang yang membutuhkan meski tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka.
Asalkan terdapat jalinan jodoh dan mereka benar-benar membutuhkan, maka relawan kita akan menjangkau mereka untuk memberi bantuan. Dalam ceramah pagi, saya juga berkata bahwa kita harus memupuk berkah sekaligus mengembangkan kebijaksanaan. Untuk memupuk berkah, kita harus menciptakan berkah bagi masyarakat. Setelah terjun ke tengah masyarakat dan memahami penderitaan semua makhluk, kita harus bersumbangsih bagi mereka. Inilah welas asih.
Kita juga harus menggunakan kebijaksanaan agar bisa tepat waktu memberi bantuan kepada yang benar-benar membutuhkan. Dengan demikian, sumber daya kita bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memperbaiki kehidupan orang-orang. Dalam menjalankan misi amal, dibutuhkan kebijaksanaan dan welas asih. Jadi, kita harus memupuk berkah sekaligus mengembangkan kebijaksanaan. Dalam menapaki Jalan Bodhisatwa, kita membutuhkan Dharma.
Kita juga melihat di Afrika Selatan, relawan kita merayakan Tahun Baru Imlek. Demi korban gempa di Hualien, Taiwan, mereka juga berdoa dan berdonasi. Lihatlah, di negara yang jauh dari Taiwan, juga ada banyak orang yang menapaki Jalan Bodhisatwa. Dengan kebijaksanaan, mereka membimbing orang-orang mendalami Dharma dan bersumbangsih dengan cinta kasih.
Lihatlah para relawan yang bagai Bodhisatwa Avalokitesvara Berlengan Seribu. Bodhisatwa Avalokitesvara memiliki 32 ciri manusia agung. Para relawan kita memiliki semua itu. Bukankah mereka merupakan Bodhisatwa dunia? Saudara sekalian, sepuluh Bhumi Bodhisatwa dimulai dari Bhumi sukacita, kemudian Bhumi bebas kotoran. Dengan mencapai Bhumi sukacita, Bhumi bebas kotoran, dan seterusnya, kita bisa menjadi Bodhisatwa dunia. Bodhisatwa dunia benar-benar ada. Jadi, kita harus senantiasa bersungguh hati.
Membagikan beasiswa di wilayah pegunungan
Membantu murid kurang mampu agar menjadi orang yang bisa diandalkan
Bodhisatwa dunia mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan
Membina berkah sekaligus kebijaksanaan untuk membawa manfaat bagi masyarakat
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 Maret 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 5 Maret 2018