Ceramah Master Cheng Yen: Memperbaiki Kehidupan dengan Cinta Kasih


“Orang-orang mulai menangis karena putus asa. Mereka membutuhkan bantuan, makanan, penampungan, dan kehangatan,” tutur Dino Foi, Relawan Tzu Chi.

“Kita tidak bisa menyalurkan bantuan dengan kekuatan satu orang saja. Saya sangat bersyukur kepada para relawan lokal. Saat organisasi-organisasi lain belum menjangkau lokasi bencana, kita sering menjadi organisasi amal pertama yang menjangkau lokasi bencana. Yang terpenting, setelah tiba di lokasi bencana, kita segera menyalurkan bantuan,” ujar Denise Tsai, Relawan Tzu Chi.

“Tzu Chi sudah berada di sini selama dua bulan. Kini warga setempat sudah mengenal Tzu Chi. Saat kita lewat dengan mobil atau berjalan di jalan dengan mengenakan seragam ini, mereka akan menyapa kita dan berkata, "Gan en (terima kasih)." Setiap orang sungguh tersentuh oleh apa yang telah kita lakukan,” tambah Denise Tsai.

Kita memiliki jalinan jodoh istimewa dengan Mozambik berkat Denise dan suaminya, Dino. Jalinan jodoh ini disebut benih Tzu Chi. Dino merupakan benih Tzu Chi di Mozambik.

“Master Cheng Yen mengimbau kita untuk memperbaiki kehidupan warga Afrika. Kita semua memiliki misi untuk membimbing Afrika ke arah yang lebih baik. Beruntung, Mozambik adalah negara yang muda. Masyarakat tengah belajar untuk lebih terbuka dan maju. Saya menaruh harapan pada masa depan Mozambik,” tambah Dino Foi.

 

Tanpa dirinya, warga setempat tidak akan menjalin jodoh dengan Tzu Chi. Setelah bergabung dengan Tzu Chi dan membangkitkan niat baik, dia menginspirasi banyak relawan di sana. Ada banyak relawan lokal yang penuh dengan kekuatan cinta kasih. Meski hidup kekurangan, setiap orang memiliki kekuatan. Lihatlah relawan muda ini, Paulo. Dia menyerap ajaran Tzu Chi ke dalam hati. Berhubung tidak memiliki foto saya, dia pun menaruh rompi relawan di atas kursi dan membungkukkan badan padanya dahulu, baru mengenakannya dan keluar rumah. Dia juga berbagi Dharma di jalan.

Bertemu dengan siapa pun di mana pun, dia selalu memiliki semangat misi untuk bertutur kata baik dan berbagi Kata Renungan Jing Si. Demikianlah dia mempelajari Dharma, mempraktikkan Dharma, dan membabarkan Dharma untuk membawa manfaat bagi orang lain. Bukankah Sutra Teratai juga mengajari kita untuk mendengar, membabarkan, dan mewariskan Dharma?

Kita harus menapaki jalan kebajikan, membimbing orang-orang menapaki jalan yang benar ini, serta membentangkan jalan yang lebih lapang dan rata. Dia mempraktikkan semangat dan filosofi Tzu Chi dengan kesungguhan hati dan cinta kasih. Berhubung di sana terdapat banyak lahan kosong, Paulo pun membimbing dan mengajari warga setempat untuk memanfaatkan lahan-lahan itu hingga kini menjadi kebun yang luas dan dapat menghasilkan berbagai tanaman pangan untuk menolong orang yang membutuhkan.


“Saat menemukan lahan ini, kami memberi tahu pemiliknya bahwa tujuan kami ialah menolong orang yang membutuhkan. Karena itu, beliau meminjamkan lahan ini dengan harapan kami dapat menolong lebih banyak warga lansia,” kata Paulo, seorang relawan.


“Terima kasih, Master. Ajaran Master membuat saya mengerti bahwa meski tidak bisa menyumbangkan uang, tetapi dengan kekuatan dan cinta kasih saya, saya tetap bisa menolong sesama,” tutur Zelinha, seorang relawan.

 

Inilah kekuatan dari sebersit niat. Mereka dapat mengerahkan kekuatan mereka setelah dibimbing oleh relawan kita. Melihat bagaimana mereka dibimbing, saya sangat tersentuh. Mereka sangat tertib saat berkumpul bersama di satu tempat. Meski tidak memiliki rumah atau ruang kelas untuk melatih diri, mereka memiliki ladang pelatihan dalam batin sendiri.


Di sebuah lahan kosong, mereka menentukan pembatas sendiri untuk dijadikan ladang pelatihan. Saat akan memasuki ladang pelatihan itu, mereka menanggalkan alas kaki mereka dan menyusunnya dengan rapi. Lihatlah, dengan berdisiplin diri, mereka bisa menampilkan ketertiban. Mereka bisa melatih diri di mana pun. Meski hanya ada lahan kosong yang tidak rata, tetapi asalkan berniat untuk mendalami kebenaran, jalan kita akan rata dan lapang dengan sendirinya.


Karena itulah, dikatakan bahwa Buddha di Puncak Burung Nasar tidak perlu dicari jauh-jauh; Puncak Burung Nasar ada di hati sendiri; setiap orang memiliki stupa Puncak Burung Nasar; berlatihlah di Puncak Burung Nasar dalam batin sendiri. Para relawan di sana telah menemukan stupa Puncak Burung Nasar masing-masing sehingga mereka bisa melatih diri di mana pun.


Kita bisa melihat cinta kasih para relawan kita. Relawan kita mengajak kaum muda untuk mendirikan rumah yang kukuh bagi warga lansia guna melindungi mereka dari angin dan hujan. Asalkan orang-orang bersedia mengerahkan tenaga dan bersumbangsih dengan cinta kasih, mereka dapat membantu orang yang membutuhkan. Jika orang-orang yang membutuhkan ini dapat dibimbing untuk berbuat baik, mereka juga bisa menolong sesama. Di dunia ini, asalkan membina cinta kasih, kita bisa membantu menjaga kelangsungan hidup orang lain.

Lihatlah, para relawan kita membuat tikar sendiri dan mengantarkannya kepada yang membutuhkan agar mereka dapat tidur beralaskan tikar. Kita bisa melihat mereka memanfaatkan pengetahuan dan membangkitkan niat baik untuk memperbaiki kehidupan orang lain. Mereka berharap dapat memperbaiki kehidupan orang lain. Setelah menjalin jodoh dengan Tzu Chi, para relawan di Mozambik perlahan-lahan memperbaiki kehidupan warga setempat. Meski hidup dalam kondisi serba sulit, saya berharap mereka dapat mengembangkan kebijaksanaan dan cinta kasih. Ini juga termasuk melatih diri.

Memperbaiki kehidupan dengan ajaran dan jalinan jodoh baik
Dengan adanya niat untuk mendalami kebenaran, jalan akan rata dengan sendirinya
Mengembangkan kebijaksanaan dan cinta kasih dalam kondisi serba sulit
Membawa manfaat bagi masyarakat dan menampilkan ketertiban

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Juni 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 Juni 2021      
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -