Ceramah Master Cheng Yen: Memperbaiki Kehidupan Orang yang Menderita

“Rumah ketua Perkumpulan Ibu-ibu ada di sana. Tiga kandang babinya ada di sini. Di dalamnya seharusnya ada lebih dari 400 ekor babi,” kata seorang warga.

“Posisi kandang babinya ada di sini. Besi-besi yang digunakan untuk membangun kandang babi telah jatuh ke kaki gunung,” kata warga lainnya.

“Kandang babinya jatuh ke kaki gunung dari sini? Berapa banyak babinya? Lebih dari 400 ekor?”

“Ya, lebih dari 400 ekor,” jawab warga.  

“Saya memiliki 3 kandang babi dan 3 rumah. Saat mengemudikan mobil saya keluar, saya melihat tiang-tiang di kandang babi baru saya sudah miring. Saya mendengar pekik babi-babi saya yang sangat memilukan hati. Hati saya sakit sekali,” kata Tan Chunhua, Ketua Perkumpulan Ibu-ibu

“Semua babi Anda tertimbun tanah.”

Orang-orang melihat banjir, juga mendengar suara menggelegar. Tanah longsor menimbulkan suara yang keras. Selain suara tanah longsor yang keras, juga ada pekik babi-babi yang ketakutan. Selain suara tanah longsor dan pekik hewan yang berusaha bertahan hidup, juga ada teriakan manusia. Semuanya bercampur menjadi satu saat bangunan dan hewan-hewan itu jatuh ke kaki gunung dalam sekejap.

Ada pula banjir yang menerjang dari pegunungan saat anak-anak sedang belajar di ruang kelas. Para murid dan guru juga terbawa arus ke luar ruang kelas. Beruntung, mereka tak mengalami luka serius. Semua bencana ini terjadi dalam sekejap. Kekuatan alam sangat besar dan menakutkan.

 

Kita juga mendengar tentang sebuah lokasi bencana di Guizhou. Seorang korban bencana berdiri di sana dengan tidak berdaya.

“Saya berhemat selama bertahun-tahun, baru membangun sebuah rumah. Rumah saya baru selesai dibangun, sekarang sudah tidak ada lagi,” ujar Tu Huayong, seorang warga.

Dia kehilangan rumahnya. Uang yang dia hasilkan selama bertahun-tahun hilang begitu saja. Dia bersusah payah demi membangun rumah. Namun, baru selesai dibangun, sekarang rumah itu sudah tidak ada. Kondisinya sungguh memprihatinkan.

Sungguh, bencana alam tidak bisa ditahan oleh manusia. Apa yang bisa dia lakukan? Dia merasa tidak berdaya. Namun, di saat seperti inilah, insan Tzu Chi muncul dengan kekuatan cinta kasih.

Beberapa hari pascabencana, insan Tzu Chi bersama-sama meninjau lokasi bencana dan mencari tahu apa yang paling dibutuhkan oleh para korban bencana. Berhubung suplai listrik terputus, maka insan Tzu Chi segera mengantarkan genset agar mereka dapat memperoleh penerangan dan pulang ke rumah untuk membersihkan lingkungan. Insan Tzu Chi bergerak dengan cepat agar para korban bencana dapat segera membersihkan lingkungan dan sendi kehidupan mereka bisa pulih.

Warga setempat sangat bersyukur. Menjangkau wilayah pedesaan dan pegunungan tidaklah mudah bagi insan Tzu Chi karena jalan yang sulit ditempuh. Mereka bahkan harus turun dari mobil untuk mendorong mobil. Ada pula sebagian area yang tidak bisa dilintasi oleh kendaraan dan mereka hanya bisa berjalan kaki. Mereka berjalan kaki menempuh jarak yang jauh. Mereka juga harus naik perahu.

 

Meski survei bencana penuh kesulitan, tetapi mereka bisa mengatasi semua kesulitan dan tidak takut bekerja keras. Mereka tetap melangkah maju. Mereka saling menyemangati untuk terus melangkah maju. Kekuatan cinta kasihlah yang mendorong mereka untuk melangkah maju.

Bencana di Tiongkok kali ini sungguh sangat serius. Di sebagian wilayah yang banjir sudah surut, insan Tzu Chi segera menyurvei lokasi bencana dan melakukan upaya pembersihan. Untuk wilayah yang banjir belum surut, relawan kita masih menanti. Dampak bencana kali ini sangat serius.

Selain itu, juga ada pandemi COVID-19. Di Afrika, kasus positif COVID-19 bertambah setiap hari.

“Kami mendapati peningkatan penyebaran wabah di negara-negara Afrika Sub-Sahara. Saya rasa, ini harus ditangani dengan serius. Kondisi di Afrika Selatan mungkin merupakan pertanda. Ini bisa menjadi peringatan bagi negara-negara lain di Afrika,” terang Michael Ryan, Direktur eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO

Semua orang merasa tidak aman. Kondisi di Afrika juga sangat mengkhawatirkan. Meski insan Tzu Chi Mozambik terus menyosialisasikan bagaimana melindungi diri dari virus penyakit, tetapi kasus positif COVID-19 tetap terus meningkat. Kini kita telah memperoleh izin untuk mengadakan baksos kesehatan di Mozambik. Anggota TIMA kita, dr. Long, sudah bisa mengadakan baksos kesehatan di sana.

Selain itu, kita juga mengadakan upacara peletakan batu pertama untuk sebuah sekolah. Kepala komunitas setempat hadir dengan berpakaian formal dan memberi persembahan kepada dewa pohon. Biasanya, mereka menggunakan arak. Namun, berhubung insan Tzu Chi mengimbau orang-orang untuk berhenti minum arak, maka mereka memberi persembahan kepada dewa pohon berupa air soda sebagai wujud rasa hormat terhadap Tzu Chi.


Singkat kata, kita telah memperoleh izin untuk membangun sekolah di sana. Ada ribuan murid yang menanti kita untuk membangun sekolah bagi mereka. Hati mereka dipenuhi sukacita. Warga setempat sangat bersyukur. Di mana pun ada orang yang membutuhkan, insan Tzu Chi akan memberikan bantuan pada mereka dan menabur benih cinta kasih hingga benih ini berakar dan bertumbuh menjadi pohon yang rimbun, berbunga, berbuah, dan menghasilkan benih yang tak terhingga.

Kita berusaha untuk mengubah lahan yang gundul menjadi lahan yang hijau. Kita berharap lahan yang gersang ini bisa menjadi subur agar pohon-pohon bisa tumbuh rimbun. Inilah harapan kita, yakni memperbaiki kehidupan warga Afrika. Para relawan kita juga menggalang donasi sedikit demi sedikit. Kita berharap dengan menghimpun tetes demi tetes donasi, kita bisa menginspirasi orang-orang untuk berbuat baik.

Dengan berbuat baik dan mengerahkan kekuatan cinta kasih, kehidupan warga setempat akan membaik. Demikianlah relawan kita mengajak mereka untuk bersumbangsih. Saya bersyukur pada relawan kita yang mengerahkan kekuatan cinta kasih di sana sekaligus menabur benih-benih cinta kasih.

Di masa mendatang, kita bisa melihat lahan yang hijau dan pohon yang berbuah lebat. Asalkan ada tekad, maka tiada yang sulit. Semoga setiap orang dapat mencurahkan cinta kasih pada mereka.

Tiongkok dilanda bencana yang mendatangkan dampak serius
Mengatasi semua rintangan dengan cinta kasih untuk menolong orang yang membutuhkan
Semua orang menghimpun tetes-tetes cinta kasih
Memperbaiki kehidupan orang yang menderita

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Juli 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 Juli 2020
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -