Ceramah Master Cheng Yen: Memperdalam Akar Kebajikan untuk Membalas Budi Masyarakat
“Kebocoran ini dari lantai atas. Anda harus berhati-hati. Tangga kayu ini sudah tidak aman. Ini sudah berlubang. Di sini ada lubang besar. Lubang di sini lebih besar lagi. Ini sudah berlubang. Mereka tidak bisa tidur di sini. Rumah ini sudah tua,” terang Cai Wen-xiong, Relawan Tzu Chi.
“Siapa yang tidur di sini?”
“Xue-hai. Dahulu, kami pernah menggerakkan belasan relawan untuk membantu membersihkan rumah ini. Ini sangat berbahaya karena tubuhnya agak gemuk. Ini sudah tidak aman untuk ditempati. Tangga ini juga sangat berbahaya. Memperbaiki bagian ini dan itu saja mungkin akan menghabiskan ribuan hingga dua puluh ribuan dolar NT, tetapi tetap tidak aman. Jadi, lebih baik kami mengubahnya menjadi sebuah rumah yang sesungguhnya. Mereka mandi di sini, tetapi tidak ada pintu,” jelas Cai Wen-xiong.
Melihat kondisi seperti ini, kita hendaknya mengingatkan diri sendiri untuk menyadari berkah yang kita miliki dalam kehidupan kita. Jika tidak menyadari berkah, kita tidak akan tahu bahwa kita dipenuhi berkah. Jika tidak sadar bahwa diri sendiri dipenuhi berkah, kita akan selamanya menderita. Nafsu keinginan tidaklah berujung. Karena itu, nafsu keinginan membawa penderitaan. Buddha datang ke dunia ini dan memberi tahu kita dengan jelas tentang penderitaan dan sebab penderitaan.
Orang-orang selalu merasa kurang. Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, mereka tetap merasa kurang dan menginginkan yang lain. Nafsu keinginan ini tidak berujung. Nafsu keinginan selalu mendatangkan penderitaan. Buddha mengajarkan prinsip kebenaran yang tidak bisa dilihat ataupun diraba. Kita sangat beruntung saat ini, ketika menjalankan Tzu Chi, insan Tzu Chi selalu menjaga keselarasan dengan semua orang, materi, dan prinsip kebenaran.
Saat menghadapi orang, hal, dan materi, kita selalu dengan cepat menyelaraskannya dengan prinsip kebenaran. Jadi, relawan kita dapat merasakan dan melihat berbagai kasus serta berbagi kisah-kisah nyata itu. Relawan kita dapat berbagi tentang kasus-kasus, lengkap dengan waktu, alamat, penerima bantuan, masalah yang ada, dan bantuan yang diberikan. Kita membagikan kisah-kisah nyata. Inilah yang disebut menapaki Jalan Kebenaran.
Saya sering mengulas tentang Jalan Kebenaran. Apa yang dimaksud dengan Jalan Kebenaran? Jalan Kebenaran adalah jalan yang kita tapaki dengan kedua kaki kita untuk menjangkau rumah orang yang membutuhkan. Dengan maju selangkah saja, orang yang membangun tekad dapat masuk ke rumah mereka.
“Saya adalah Liu Yu-chen. Kondisi saya sekarang ialah mata kanan tidak bisa melihat dan daya penglihatan mata kiri hanya 20/50 atau 20/40.”
“Yu-chen.”
“Halo.”
“Halo. Halo, Pak.”
“Saat kami baru menjangkau keluarga ini, dia adalah anak yang pemalu dan tidak suka berbicara,” kata Wu Yu-cai, relawan Tzu Chi.
“Saya terus bertumbuh dewasa dan waktu terus berlalu, tetapi Bibi tetap selalu berkunjung ke sini. Saya merasa bahwa saya bisa keluar dari ini karena ada yang menyadari keberadaan saya. Bibi juga sering berkunjung ke sini. Saya juga mengikuti program beasiswa Tzu Chi. Bagi saya, itu merupakan dukungan besar,” tutur Liu Yu-chen, Penerima beasiswa Tzu Chi.
“Saya berterima kasih kepada Tzu Chi yang memberikan bantuan dan beasiswa pada saya dalam proses pertumbuhan saya. Saya sangat berterima kasih kepada Paman atas pendampingannya selama belasan tahun ini,” ujar Hu Xiang-yun, Penerima beasiswa Tzu Chi.
Mendengar tentang penerima beasiswa kita, saya juga sangat tersentuh. Para relawan kita sangat bersungguh hati dalam memperhatikan generasi muda. Relawan kita memperlakukan anak-anak itu bagaikan anak sendiri. Lihatlah, anak-anak itu juga menganggap insan Tzu Chi sebagai sandaran.
Jadi, saya berharap para relawan kita yang menyayangi dan mengasihi mereka juga dapat mendampingi dan menyemangati mereka dengan bijaksana. Dengan demikian, barulah kita dapat membina insan berbakat bagi masyarakat. Anak-anak bagaikan benih-benih yang bertunas dan terus bertumbuh menjadi pohon kecil. Kita harus bersungguh-sungguh memberi pendampingan dalam pertumbuhan mereka agar mereka dapat berbunga, berbuah, menghasilkan benih yang berlimpah, dan terus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Jika kita mengasihi mereka serta mendukung mereka dalam pencapaian akademis dan karier, tetapi tidak membantu mereka mengembangkan jiwa kebijaksanaan, maka benih kebajikan mereka tidak akan bertahan selamanya. Tidak bisa. Jika menyayangi dan mengasihi mereka, kita hendaklah menginspirasi benih kebajikan di dalam hati mereka agar benih Tzu Chi dapat tertanam di ladang batin mereka.
"Yin" adalah sebab atau benih. Kita harus bersungguh hati. Jika di bawah aksara "yin" ditambahkan aksara "xin" (hati), maka akan terbentuk aksara "en" (syukur). Kita menginspirasi mereka untuk bersyukur bukan agar mereka membalas budi kita. Kita bersumbangsih tanpa pamrih. Namun, kita menaruh harapan pada mereka. Kita berharap mereka dapat bersyukur dan membalas budi atas cinta kasih masyarakat yang mendukung pencapaian mereka.
Setelah mereka sukses, kita berharap mereka tetap mengingat Tzu Chi dan dapat terus menapaki Jalan Bodhisatwa ini. dan dapat terus menapaki Jalan Bodhisatwa ini. Jadi, kita berharap dapat membina mereka menjadi insan mulia. Insan mulia yang bersungguh hati akan memiliki tekad dan menjadi relawan. Relawan adalah orang yang bertekad untuk melayani masyarakat.
Jika dapat bergabung dengan Tzu Chi, mereka dapat belajar bersumbangsih tanpa pamrih, bahkan mengucap syukur. Jadi, saya berharap anak-anak ini dapat bertekad untuk menjadi Bodhisatwa dunia dan bersumbangsih kelak. Jika bisa demikian, benih-benih kebajikan dapat terus diwariskan dan bertumbuh di dalam hati mereka.
Saya berharap Bodhisatwa sekalian dapat membangun tekad yang lebih besar dan membina insan berbakat untuk bergabung dengan Tzu Chi agar Tzu Chi semakin berkembang dan dapat melakukan lebih banyak kebaikan bagi seluruh dunia. Jalan Bodhisatwa Tzu Chi dilandasi oleh ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Jadi, jalan ini sangatlah konkret. Semangat dan filosofi ini harus terus diwariskan dalam keluarga besar Tzu Chi. Inilah harapan terbesar saya.
Menapaki Jalan Kebenaran untuk menolong warga kurang
mampu
Membina insan berbakat dengan pendampingan penuh
cinta kasih
Memperdalam akar kebajikan untuk membalas budi
masyarakat
Menjadi pilar masyarakat dengan ketulusan dan
kebenaran
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 30 Desember 2020