Ceramah Master Cheng Yen: Memperhatikan Saudara Se-Dharma dan Meneruskan Kebajikan
“Suami saya merupakan murid Master yang belum dilantik. Dia telah menjalankan pelestarian lingkungan di tempat kerjanya selama belasan tahun. Selama dia jatuh sakit, ada banyak saudara se-Dharma yang memperhatikannya, terlebih Kakak Bi-qing dan suaminya. Mereka sering membawa buah yang sudah dipotong dan bunga dari kelas merangkai bunga ke rumah kami,” kata Zeng Hui-min relawan Tzu Chi.
“Sebulan sebelum meninggal dunia, dia diopname. Saat itu adalah musim panas dan kami tinggal di sebuah apartemen. Saya menanam sejumlah sayuran dan bunga di atap apartemen yang perlu disiram setiap hari. Setiap hari, suami Kakak Bi-qing naik sepeda motor selama belasan menit demi datang ke atap apartemen kami dan membantu menyiram tanaman di sana,” lanjutnya.
“Saya sangat bersyukur kepada Master. Berkat Master, saya bisa menjadi bagian dari anggota keluarga besar Tzu Chi dan memperoleh begitu banyak perhatian dan cinta kasih yang hangat,” pungkasnya.
“Saya sangat bersyukur kepada para saudara se-Dharma yang bersedia membuka pintu hati mereka bagi saya. Perhatian saya yang dilandasi ketulusan dan kasih sayang direspons oleh para saudara se-Dharma dengan penuh cinta kasih. Saya juga bersyukur dapat menyentuh hati suami saya. Meski belum dilantik, dia selalu mendampingi saya untuk memperhatikan saudara se-Dharma. Dia juga turut melakukan survei kasus sehingga dapat melihat penderitaan dan menyadari berkah. Dia juga membantu pendataan donor sumsum tulang untuk menyelamatkan kehidupan,” kata Cheng Bi-qing relawan Tzu Chi.
“Dengan adanya jalinan jodoh baik, orang-orang akan saling membantu, menghormati, mengasihi, dan bersumbangsih. Dengan demikian, semua orang dapat berinteraksi dengan gembira dan bahagia. Dengan adanya kesatuan tekad, orang-orang akan bersedia menapaki Jalan Bodhisatwa bersama. Master, kami akan menjaga saudara se-Dharma dengan baik. Master tidak perlu khawatir,” pungkasnya.
Lihatlah, kita bisa menjadi penyelamat satu sama lain. Ini disebut memperhatikan saudara se-Dharma. Saat memperhatikan saudara se-Dharma, kita harus berpikir, "Beruntung, saya telah bergabung dengan Tzu Chi. Bergabung dalam organisasi besar ini, barulah saya berkesempatan untuk memperhatikan saudara se-Dharma."
Dengan kondisi kehidupan pada zaman sekarang, populasi lansia terus meningkat. Meski tidak menyerah pada usia, tetapi usia kita memang terus bertambah. Ini adalah kenyataan. Waktu terus berlalu dan usia kita terus bertambah. Kini kita sudah berusia lanjut. Ada banyak insan Tzu Chi yang panjang umur. Apa yang telah mereka lakukan dalam hidup mereka?
Belakangan ini, saya selalu berkata bahwa kita harus menginventarisasi kehidupan kita dan mengenang perjalanan kita. Selain bersama-sama memperhatikan orang-orang yang menderita di dunia ini, mari kita menoleh sejenak. Jangan hanya melangkah maju. Kita juga harus menoleh sejenak untuk melihat apakah orang-orang yang kita bimbing atau orang-orang yang mendampingi kita dapat mengikuti langkah kita. Kita harus memperhatikan mereka. Inilah yang harus kita lakukan sekarang. Kita harus mengamati sekeliling kita dan memperhatikan saudara se-Dharma.
“Lebih dari tiga tahun yang lalu, karena suatu masalah, kesehatan fisik dan batin saya tidak terjaga sehingga saya mengalami depresi, serangan panik, anoreksia, dan insomnia. Saya pernah tidak bisa tidur selama 7 hari 7 malam. Di bawah penderitaan yang ekstrem itu, saya sungguh hampir tumbang. Saya lalu berkata pada diri sendiri, ‘Wang Xian-shu, jika ingin bertahan hidup, kamu harus tegar. Kamu harus menyelamatkan diri sendiri.’ Lalu, saya mulai berjalan kaki selama setengah jam. Saya terus berjalan dan berlatih. Berkat curahan perhatian dari saudara se-Dharma, akhirnya saya bisa bangkit Kembali,” kata Wang Xian-shu relawan Tzu Chi.
“Sejujurnya, kini kesehatan saya tidak terlalu baik, tetapi saya sangat tegar dan tetap bersumbangsih. Saya merasa bahwa dengan bersumbangsih, saya bisa melupakan banyak hal dan fisik saya makin kuat. Dalam memperhatikan saudara se-Dharma, saya mengemban tanggung jawab sebagai penghubung. Sejak tahun lalu hingga kini, empat relawan lansia yang mendapat curahan perhatian dari kita telah meninggal dunia. Saya berpikir, ‘Beruntung, saya telah menggenggam waktu untuk memperhatikan mereka sehingga tidak ada penyesalan dalam hati saya,” lanjutnya.
“Sebagai penghubung, jika saya tidak sempat memperhatikan mereka, saya akan merasa sangat sedih dan menyesal karena tidak melakukannya lebih awal. Saat memikirkan penyakit saya sebelumnya, saya merasa bahwa itu merupakan ujian sekaligus hadiah dari Bodhisatwa. Tahukah kalian hadiah apa itu? Rasa empati. Jika pernah jatuh sakit, kita akan memahami mengapa orang-orang yang jatuh sakit tidak bisa keluar dan mengapa kita yang lebih beruntung harus menjangkau mereka,” pungkasnya.
Mendengar kisah yang dibagikan relawan kita, hampir semuanya berkaitan dengan tubuh ini. Asalkan kita berpikir ke arah yang benar, maka tubuh kita akan sehat dan kita dapat melangkah maju. Kita harus bersungguh-sungguh menjaga pikiran kita agar tidak menyimpang. Janganlah kita berkata, "Saya sudah lanjut usia. Saya hendak beristirahat."
Kita tidak boleh beristirahat. Bagaikan mobil tua, kita harus terus mengendarainya. Jika mobil tua tidak digunakan, mesinnya akan dingin. Jika demikian, menyalakannya akan menjadi sangat sulit. Begitu pula dengan kehidupan kita. Di kehidupan ini, kita hendaknya berikrar untuk tidak beristirahat. Demi semua makhluk yang menderita, kita hendaknya tidak beristirahat dan terus melangkah maju.
Bodhisatwa datang karena adanya makhluk yang menderita. Janganlah kita menjadi makhluk yang menderita. Kita hendaknya menjadi Bodhisatwa yang memperhatikan semua makhluk. Dengan melatih diri di dunia ini, kita bisa menjadi Bodhisatwa. Kita bukan terlahir sebagai Bodhisatwa. Tanpa melatih diri, bagaimana bisa ada Jalan Bodhisatwa? Jadi, untuk melatih diri, kita harus menjangkau semua makhluk yang menderita.
Saya sering berkata bahwa kita hendaknya bersyukur kepada orang-orang yang menderita karena tanpa mereka, kita tidak bisa menjadi Bodhisatwa. Sesungguhnya, penderitaan mereka berasal dari karma dan jalinan jodoh mereka. Kita juga memiliki penderitaan.
Seiring berlalunya waktu, kita juga mengalami usia tua dan penyakit. Anak cucu kita juga belum tentu berada di sisi kita. Jadi, memiliki saudara se-Dharma sangatlah baik.
Lihatlah, kini kita semua duduk bersama di sini. Bukankah kalian merupakan saudara se-Dharma saya?
Sebagai guru dan murid, kita memiliki jalinan jodoh Dharma yang mendalam. Terlebih, para relawan Tzu Chi memiliki guru dan ajaran yang sama. Jadi, jiwa kebijaksanaan akan terus berlanjut. Kita hendaknya tahu untuk menyemangati satu sama lain guna melatih diri dengan tekun dan bersemangat.
Bodhisatwa sekalian, mari kita mendukung pelatihan diri satu sama lain dengan kekuatan cinta kasih. Semua makhluk datang ke dunia dengan membawa karma. Buah karma ini di luar kendali setiap orang. Untuk melatih diri dengan tekun, kita harus memiliki keteguhan tekad. Apakah kalian mengerti? (Mengerti)
Sungguh, sumbangsih kita adalah pencapaian kita. Ingatlah, dengan adanya tubuh yang sehat, tekad, dan tenaga, barulah kita dapat bersumbangsih. Sumbangsih kita adalah pencapaian kita. Orang yang menolong sesama adalah yang paling bahagia. Adakalanya, beberapa patah kata saja dapat membawa pengaruh besar bagi seseorang. Karena itu, kita hendaknya senantiasa menjaga perbuatan, ucapan, dan pikiran kita. Kita dapat membawa manfaat bagi orang lain lewat perbuatan kita.
Saat berbicara, kita juga harus mengucapkan kata-kata baik yang dapat memotivasi orang lain. Dharma juga harus senantiasa ada dalam pikiran kita. Inilah yang disebut menjaga perbuatan, ucapan, dan pikiran. Apakah kalian mengerti? (Mengerti) Baik.
Jika demikian, kalian harus mengingat ucapan saya di dalam hati serta senantiasa berpikir untuk menapaki Jalan Bodhisatwa sesuai Dharma. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.
Menapaki Jalan Bodhisatwa untuk menjangkau semua makhluk yang menderita
Memperhatikan saudara se-Dharma dan saling mendukung
Senantiasa berpikir untuk mempraktikkan Dharma
Meneruskan jiwa kebijaksanaan dan menyempurnakan pelatihan diri
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Mei 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 29 Mei 2022