Ceramah Master Cheng Yen: Memperingati Hari Waisak Bersama

Kita bisa melihat pemandian rupang Buddha di Filipina tahun ini. Upacara berlangsung khidmat dan diikuti oleh banyak orang yang memiliki tekad pelatihan yang teguh. Meski sebagian besar adalah umat Katolik, tetapi mereka tetap mengikuti pemandian rupang Buddha dengan khidmat. Mereka juga mempersembahkan pertunjukan drama singkat dengan tema “Pintu Neraka”.

Apa yang disebut dengan neraka dan mengapa Bodhisatwa Ksitigarbha memilih untuk menjaga pintu neraka? Setelah mendengar ceramah saya, mereka bisa menulis naskah sendiri. Mereka menggambarkan dengan jelas orang-orang seperti apa yang akan jatuh ke alam neraka. Mereka juga menggambarkan adanya malaikat dan Bodhisatwa penyelamat.


Singkat kata, drama singkat mereka penuh makna, menyenangkan, dan interaktif. Pada hari yang sama, insan Tzu Chi di seluruh dunia memperingati Hari Waisak. Sebelum itu, relawan di Filipina juga mengikuti ritual namaskara dengan khidmat. Sehari sebelum ritual namaskara, turun hujan deras sehingga tanah menjadi becek. Namun, mereka tidak takut bekerja keras.

“Agar bisa bersujud setiap berjalan tiga langkah, kami harus meratakan jalan,” kata Kim, relawan Tzu Chi.

“Kami semua merasa gembira,” kata Janrev, relawan cilik.

“Meski harus bekerja keras, tetapi bagi kami, memperingati ultah Tzu Chi yang ke-52 sangatlah penting,” ujar David, relawan Tzu Chi.

Mereka membuat tanda di atas tanah dengan tutup botol plastik dan paku. Mereka mengumpulkan paku bekas, meluruskannya, lalu menggunakannya untuk membuat tanda dengan tutup botol. Demikianlah mereka membuat tanda di atas tanah. Hari itu, partisipan ritual namaskara membentuk barisan yang panjang. Yang lebih menyentuh adalah melihat beberapa partisipan membawa bunga dan melangkah maju dengan khidmat.


Ada pula yang membawa setandan pisang. Kalian pasti tahu betapa beratnya setandan pisang. Dia berkata bahwa itu sebagai wujud rasa syukur dan persembahan bagi saya karena hari itu adalah hari ulang tahun saya. Meski tidak pernah bertemu dengan saya, dia memiliki niat seperti itu. Begitu pula dengan yang membawa bunga. Melihat mereka mengungkapkan rasa syukur mereka, saya sangat tersentuh.

Akibat terjangan Topan Haiyan, Ormoc dan Tacloban di Provinsi Leyte hampir ditinggalkan. Berhubung merasa tidak tega, insan Tzu Chi pun menjalankan program bantuan lewat pemberian upah kepada warga yang berpartisipasi. Setiap hari, kita memberikan upah kepada warga yang berpartisipasi. Akhirnya, setelah hampir sebulan, Kota Tacloban dibersihkan secara tuntas berkat kerja sama warga. Begitu pula dengan Kota Ormoc.


Saat itu, kita juga mendirikan ruang kelas sementara dan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Meski bangunannya sangat sederhana, tetapi kualitas materialnya sangat bagus. Meski berkali-kali diterjang topan, ruang kelas dan rumah tersebut masih berdiri dengan kukuh. Yang terpenting, hati seluruh penghuni Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi telah tersucikan. Mereka memperbaiki tabiat buruk mereka dan menuju arah yang benar.

Mereka berhenti dari berjudi, merokok, mengonsumsi minuman keras, dan kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya. Semua orang giat bekerja sehingga kehidupan mereka membaik. Lingkungan setempat menjadi sangat indah. Kita mungkin merasa bahwa rumah sementara sangat sederhana, tetapi bagi mereka, itu sangat berharga.


Kita juga melihat Indonesia yang mayoritas warganya menganut agama Islam. Tzu Chi Indonesia mengadakan dua sesi upacara pemandian rupang Buddha. Para anggota Sangha hadir untuk memimpin para partisipan upacara. Pemandian rupang Buddha Berlangsung khidmat dan menyentuh.

Kita juga bisa melihat negara yang kecil, tetapi sangat makmur, yaitu Singapura. Di sana, para anggota Sangha, pejabat pemerintah, dan perwakilan dari berbagai agama juga hadir untuk mengikuti upacara pemandian rupang Buddha.

“Tzu Chi Singapura menolong banyak warga kurang mampu. Jadi, saya berterima kasih pada Tzu Chi dan kalian semua,” kata Kasiviswanathan Shanmugam, Menteri Hukum dan Dalam Negeri.

“Lewat upacara seperti ini, orang-orang lebih mudah terinspirasi dan membangkitkan rasa hormat terhadap Buddha,” kata Master Ben Wen.

“Saya rasa, ini adalah salah satu kelebihan Singapura. Bukan hanya itu, antarumat beragama juga tahu untuk hidup berdampingan, bekerja sama, saling menghormati, dan mewujudkan keharmonisan masyarakat,” tutur Huang Ming-fu, Perwakilan Baha’i.


Hati saya dipenuhi sukacita dan rasa kagum. Kita juga melihat upacara pemandian rupang Buddha pertama di Aula Jing Si Hualien tahun ini. Pagi-pagi sekali, para staf dan relawan dari Empat Misi Tzu Chi berkumpul bersama. Para bhiksuni dari Griya Jing Si juga pergi ke sana untuk memimpin upacara. Upacara berlangsung khidmat dan tertib. Dari tempat yang tinggi, pemandangan yang terlihat sungguh mengagumkan.

Usai pemandian rupang Buddha, Kepala RS Lin berkata bahwa beliau harus segera kembali ke RS untuk mengajak para pasien melakukan pemandian rupang Buddha di kamar pasien. Setiap RS Tzu Chi mengadakan upacara pemandian rupang Buddha. Di lapangan RS Tzu Chi Taichung, ada lebih dari 6.000 partisipan, termasuk para staf dan relawan RS. Lihatlah indahnya upacara pemandian rupang Buddha yang dipimpin oleh Kepala RS Chien. Kepala RS Chao di RS Tzu Chi Taipei juga sepenuh hati memimpin para staf medis kita menampilkan keindahan, kebenaran, dan kebajikan. Begitu pula di RS Tzu Chi Dalin.


Singkat kata, kisah tentang semangat badan misi Tzu Chi tidak habis untuk diceritakan. Banyak orang yang menyerap kebenaran Dharma dan menuangkannya dalam kebajikan. Insan Tzu Chi bagaikan Bodhisatwa dunia. Dengan bekerja sama, kita bisa menampilkan kebajikan dan keindahan yang sesungguhnya.

Mengikuti ritual namaskara dan mewariskan inti sari Dharma

Bersyukur atas bantuan yang diterima dan memperbaiki tabiat buruk

Mengikuti pemandian rupang Buddha tanpa memandang perbedaan agama

Menerapkan semangat budaya humanis di tengah masyarakat

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Mei 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 17 Mei 2018
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -