Ceramah Master Cheng Yen: Memperkaya Batin dengan Memupuk Cinta Kasih

“Tepung jagung ini akan disumbangkan. Karena yang saya miliki tidak banyak, maka saya hanya menyumbangkan sedikit. Begitu pula dengan detergen. Kami akan memberikan sedikit detergen kepada penerima bantuan kami. Kalau membawa detergen, kami juga akan mencuci pakaian mereka,” kata seorang relawan Tzu Chi Lesotho.

“Untuk kebutuhan sendiri saja, penghasilan Anda tidak cukup, mengapa masih ingin menjadi relawan Tzu Chi?”

“Meski saya hidup kekurangan, tetapi ada yang lebih kekurangan dari saya. Jika saya bisa menolong mereka, maka Tuhan akan memberkahi saya. Selain itu, tidak peduli memperoleh balasan yang baik atau tidak, saya tetap bersedia menolong orang-orang yang lebih membutuhkan dari saya,” jawabnya.


Melihat relawan lokal di Afrika, saya sungguh sangat tersentuh. Meski kekurangan secara materi, tetapi tekad mereka sangat teguh. Mereka bisa membangkitkan cinta kasih dan menolong sesama. Mereka tidak memiliki banyak bahan pangan, tetapi rela mengurangi porsi makan atau melewatkan waktu makan demi menolong orang lain. Dengan menghimpun sedikit demi sedikit kekuatan untuk menolong sesama, mereka telah menjadi orang miskin yang kaya batinnya. Saya sangat tersentuh melihatnya.

Kita hendaknya saling memperhatikan dan menjaga. Kita harus memiliki niat untuk menolong sesama. Saat ada makanan, cukup makan 80% kenyang. Sisihkan 20 persennya untuk menolong sesama.

Kekayaan batin mereka sungguh membuat orang tersentuh. Mereka bertekad untuk menjadi relawan Tzu Chi dan rela bersumbangsih. Jadi, mereka mulai mengikuti praktik relawan. Setelah bersiteguh melakukan praktik relawan, mereka mendaftar untuk mengikuti pelatihan berikutnya. Dalam masa pelatihan selama 1 hingga 2 tahun, mereka harus memperbaiki pola hidup, menaati sila, dan mendengar Dharma. Mereka sungguh sangat tekun dan bersemangat.


Meski tidak bisa memahami ucapan saya secara langsung, tetapi mereka sangat tulus dan tekun. Selama bertahun-tahun, mereka terus mendengar Dharma lewat penerjemahan. Dengan teks bahasa Inggris yang terdapat dalam program “Sanubari Teduh”, mereka menerjemahkannya ke dalam bahasa setempat. Meski demikian, mereka bisa menyerap inti sari Dharma. Mereka juga bisa mempraktikkannya.

Setelah mendengar Dharma, mereka menerapkannya dalam keseharian. Ini sungguh sangat menyentuh. Di tujuh negara di Afrika, para mutiara hitam ini sungguh sangat menyentuh. Di wilayah yang kekurangan, relawan kita tidak memiliki kursi. Contohnya Mozambik. Ada seorang pengusaha Taiwan, Bapak Chen, yang menyumbangkan lahan kepada Tzu Chi. Para relawan berteduh di bawah pohon mangga dan duduk di atas tanah. Mereka tidak menguasai dialek Taiwan, tetapi bisa duduk selama berjam-jam untuk mendengar Dharma.

Lewat penerjemahan, mereka bisa menyerap Dharma dan memperoleh manfaat darinya sehingga mengubah tujuan hidup mereka. Mereka juga menuangkan Sutra yang saya ulas ke dalam pertunjukan. Mereka mempertunjukkan cerita kereta lembu putih dan mementaskan Sutra Bakti Seorang Anak dengan kisah nyata relawan setempat. Ini sungguh mengagumkan.

Mereka menyerap Dharma ke dalam hati. Semua ini sangat menyentuh. Apakah mereka memahami ajaran saya? Ya. Mereka bukan hanya memahami dan menyerapnya ke dalam hati, tetapi juga mempraktikkannya dalam keseharian. Ini sangat menyentuh. Mereka sangat taat. Ini berkat tekad pelatihan yang teguh. Sekelompok besar relawan ini terinspirasi oleh seorang perempuan Taiwan yang menikah dengan laki-laki asal Mozambik. Setelah tinggal di sana beberapa tahun, dia mulai berpikir mengapa dia berada di sana. Dia merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu yang bermakna.


Setelah mendengar tentang Tzu Chi, dia pun pergi ke Afrika Selatan untuk belajar. Sekelompok relawan lokal di Afrika Selatan membantunya dengan senang hati. Karena itulah, dari Afrika Selatan, para relawan menuju Mozambik. Mereka menghadapi berbagai kesulitan, tetapi perlahan-lahan, banyak warga yang terinspirasi. Setelah bertahun-tahun, kini relawan di Mozambik menapaki Jalan Bodhisatwa dengan tekad yang teguh. Jadi, saya sangat tersentuh oleh para relawan yang sangat jauh ini.

Besok, pada pukul 9 malam, Da Ai TV akan menayangkan episode lanjutan tentang relawan di Afrika. Ini akan ditayangkan dalam beberapa episode. Kita menghabiskan waktu selama 45 hari untuk mendokumentasi pola hidup mereka. Lihatlah kehidupan dan keteguhan tekad pelatihan mereka. Mereka merupakan Bodhisatwa dunia yang sesungguhnya. Meski kekurangan secara materi, tetapi batin mereka sangat kaya. Meski menghadapi berbagai kesulitan, mereka tetap melakukan praktik damai dan sukacita.

Kisah mereka sungguh menyentuh. Singkat kata, kisah yang menyentuh sangat banyak. Karena mengasihi bumi, relawan kita terus bersumbangsih. Lihatlah, relawan perempuan juga bisa melindungi bumi. Di jalan pegunungan yang sulit ditempuh, mereka juga bisa berkemudi untuk bersumbangsih. Mereka bolak-balik beberapa kali dalam sehari untuk mengumpulkan barang daur ulang. Ini sungguh sangat menyentuh.

Kita harus bersama-sama mencurahkan cinta kasih dan perhatian kepada semua makhluk di dunia ini. Kita harus membentangkan setiap inci jalan dengan kesungguhan hati dan cinta kasih untuk menyelaraskan pikiran manusia. Saya sungguh sangat tersentuh.

Menjadi orang yang kaya batinnya dengan bersumbangsih semampunya
Menyerap inti sari Dharma dan memperbaiki kehidupan
Menaati sila, mengatasi kesulitan, dan melakukan praktik damai dan sukacita
Melindungi bumi dan menyelaraskan pikiran

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 November 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 November 2017
Editor: Khusnul Khotimah

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -