Ceramah Master Cheng Yen: Memperlakukan Semua Orang Bagai Keluarga Sendiri
Pada bulan Maret, insan Tzu Chi pergi ke sana dan melihat bahwa warga setempat sulit untuk bertahan hidup. Setelah kembali ke sini pada awal April, insan Tzu Chi segera mengadakan rapat dan memutuskan untuk memberikan bantuan kepada warga Qinghai. Beberapa relawan yang kembali dari sana berkata bahwa perjalanan ke sana sangat berbahaya. Untuk memanjat gunung yang tingginya lebih dari 5.000 meter, mereka harus sangat bekerja keras. Selain itu, akses jalan pada saat itu tidak begitu baik. Terlebih lagi, jalannya penuh dengan salju, sungguh sangat berbahaya. Tempat yang akan dituju sangat tinggi dan sangat berbahaya, siapa yang harus pergi ke sana? Untuk itu, dibutuhkan kerelaan diri sendiri. Banyak relawan yang mendaftarkan diri, tetapi saya berkata bahwa tempat tujuan kita kali ini tidak bisa dijangkau oleh sembarang orang. Hanya relawan yang masih sehat dan mudalah yang bisa pergi ke sana.
Relawan yang pergi ke sana harus membawa tabung oksigen. Lihatlah, setelah tiba di sana, para Bodhisatwa dunia bersumbangsih dengan sukarela dan penuh sukacita. Mereka bersumbangsih tanpa berkeluh kesah. Setelah pulang pun mereka tidak mengeluh di hadapan saya. Saat saya bertanya kepada mereka apakah mereka bersedia kembali ke sana lagi, mereka menyatakan bahwa mereka tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbuat baik. Inilah yang disebut menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita bisa melihat sejarah 20 tahun yang lalu. Sungguh, setiap hari penuh dengan sejarah. Setiap sejarah membuat orang sangat tersentuh. Singkat kata, beruntung ada Tzu Chi. Saya sungguh sangat bersyukur.
Saat mengenang perjalanan relawan kita menuju wilayah pegunungan di Qinghai pada 20 tahun yang lalu, hati saya penuh kehangatan dan sukacita. Saya juga sangat kagum kepada relawan kita yang terus melangkah maju dengan berani. Saya berharap insan Tzu Chidapat menyebarkan ajaran Buddha di dunia ini. Relawan pertama kita di Qinghai adalah Relawan Qi Haiming. Lewat siaran Da Ai TV, dia mengenal Tzu Chi dan sangat tersentuh. Dia merasa bahwa dia harus menemukan Tzu Chi. Kemudian, dia berhasil menghubungi Tzu Chi. Sejak saat itu, dia mulai mengikuti pelatihan relawan di Sichuan. Yang lebih mengagumkan adalah dia mendapat dukungan dari seluruh keluarganya. Relawan Qi telah dilantik tahun lalu. Kini, istrinya sedang mengikuti pelatihan.
“Bersumbangsih memberi kita kekuatan. Saya merasa bahwa pendapatan kami tidak berkurang dan kondisi kehidupan kami tidak menjadi sulit karena mengikuti kegiatan Tzu Chi,” ucap Lu Xuexia, Istri Qi Haiming.
“Saya menyisihkan uang untuk anak-anak yang tidak punya makanan dan tidak bersekolah. Saya ingin menjadi Bodhisatwa cilik. Saya ingin menyumbangkan uang dan melakukan daur ulang,” kata Qi Ziyan, Putri Qi Haiming.
Putrinya sangat menggemaskan. Setiap hari, dia menyisihkan uang ke dalam celengan bambu. Dia berkata bahwa dia menyumbangkan uang untuk anak-anak yang tidak bisa bersekolah. Dia ingin menjadi Bodhisatwa cilik. Tekadnya untuk menjaga kelestarian lingkungan juga sangat teguh. Anak kecil itu melihat sumbangsih ayahnya dan meneladani ayahnya. Melihatnya membangkitkan tekad dan ikrar untuk menolong sesama dan berbuat baik, orang tuanya sangat mendukung. Relawan Qi juga mendapat dukungan dari istrinya. Dia mempercayakan usahanya pada karyawannya dan berfokus pada kegiatan Tzu Chi. Keluarga ini sungguh membuat orang tersentuh. Relawan Qi telah dilantik tahun lalu.
Dalam Pemberkahan Akhir Tahun kali ini, kita bisa melihat Relawan Qi menjadikan rumah lamanya sebagai kantor Tzu Chi. Usai direnovasi, rumahnya terlihat sangat agung, bahkan ada ruang kebaktian di sana. Di sanalah Pemberkahan Akhir Tahun digelar. Satu benih bertumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga bertumbuh dari satu. Dia juga menginspirasi temannya menjadi fungsionaris Tzu Chi. Jadi, setiap orang bisa menjadi Bodhisatwa. Menjadi Bodhisatwa dunia tidaklah sulit. Dengan membangkitkan cinta kasih, kita pasti bisa mengatasi segala kesulitan. Dengan mengendalikan nafsu keinginan dan melapangkan hati, kita pasti bisa bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Kini relawan di Qinghai juga mulai memberikan beasiswa.
“Meski yang kami berikan padamu tidak banyak, tetapi kami ingin memberikan yang terbaik untukmu. Saya berharap apa pun yang putri saya miliki, kamu juga memilikinya,” ucap Lu Xuexia, Relawan Tzu Chi.
“Yang putri kalian miliki, saya juga memilikinya. Kalian bahkan memberikan cinta kasih yang sama. Karena itulah, saya berkata bahwa kalian bagaikan orang tua saya,” ucap murid penerima bantuan.
“Kamu juga memberi kami kekuatan,” ucap Lu Xuexia, relawan Tzu Chi.
Relawan kita mengasihinya seperti putri sendiri. Lihatlah, bukankah semua orang di seluruh dunia adalah satu keluarga? Kini anak ini bisa bersekolah dengan tenang. Tanpa bantuan Tzu Chi, dia pasti tidak bisa melanjutkan pendidikan. Dia juga mulai melakukan daur ulang.
“Sepanjang jalan ini penuh dengan ‘emas’. Setiap hari, saya bisa mengumpulkan banyak ‘emas’. Adakalanya, bahkan tidak muat di kantong ini,” ucap murid penerima bantuan Tzu Chi.
Ini bernilai lima sen, ini juga lima sen. Jadi, dua benda ini bernilai sekitar 10 sen. Setelah mengumpulkan banyak botol dan menjualnya, saya juga bisa menyumbangkan 50 sen untuk beramal. Jika kalian bisa beramal dengan satu dolar, maka saya juga bisa beramal dengan 50 sen. “Jika kamu dapat terjun ke tengah masyarakat dan membalas budi masyarakat, kami akan sangat bersyukur. Kami akan merasa bangga sekali,” ucap Dong Zhenghua, Relawan Tzu Chi.
“Saya pasti akan membuat kalian sangat bangga,” ujar murid penerima bantuan Tzu Chi.
Orang yang pernah menerima bantuan juga turut bersumbangsih dan melakukan daur ulang. Terdapat banyak kisah yang menyentuh di Xining, Qinghai. “Melindungi bumi merupakan tanggung jawab setiap orang,” ucap Li Xianglin, Relawan daur ulang. Melihat sang anak rela bersumbangsih bagi dunia ini, ayahnya merasa sangat bangga. “Tidak masalah jika tubuh kita kotor, yang penting hati kita tetap bersih. Dia harus menuruti kata-kata Master Cheng Yen dan terus melakukan daur ulang. Saya mendukungnya dengan segenap tenaga,” kata Ayah Li Xianglin.
Dengan begitu, cinta kasih bisa tersebar luas. Dengan adanya Bodhisatwa dunia, ajaran Buddha dapat tersebar hingga ke seluruh dunia. Karena itu, tahun ini, kita harus membentangkan jalan cinta kasih hingga ke seluruh dunia. Membentangkan jalan cinta kasih ke seluruh dunia bukanlah hal yang mustahil asalkan kita memiliki jalinan kasih sayang dan cinta kasih. Jadi, kita harus membentangkan jalan dengan cinta kasih dan membina jalinan kasih sayang. Inilah kekuatan cinta kasih.
Hari peringatan 20 tahun berlalunya pembagian bantuan di Qinghai
Melintasi gunung dan bukit tanpa takut akan kesulitan
Bertindak secara nyata untuk menjadi teladan
Mengasihi penerima bantuan bagai keluarga sendiri
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 April 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 29 April 2016