Ceramah Master Cheng Yen: Memperluas dan Memperdalam Makna Kehidupan
Apakah kalian
semua gembira? (Gembira) Ya, gembira. Pada saat ini setiap tahunnya, anggota
keluarga Tzu Chi kita bertambah. Pada saat ini setiap tahunnya, kita sangat
gembira. Rangkaian Pemberkahan Akhir Tahun di Taiwan dimulai di Changhua. Di
sana ada sesuatu yang membuat saya tergugah.
Saat para
relawan akan mulai berbagi tentang pasien kasus, dipentaskan sebuah drama
singkat tentang seorang nenek. Nenek ini terus makan tanpa henti. Makanannya
pun mengotori seluruh meja. Menantunya yang sudah lama menahan diri akhirnya
merasa gusar dan berteriak terhadap ibu mertuanya ini. Sang nenek bagaikan anak
kecil yang takut terhadap orang dewasa.
Kita melihat
orang tua itu sangat kasihan. Kemudian, relawan Tzu Chi muncul dan mengajaknya
bergabung di Tzu Chi. Kita memiliki pusat pendidikan masyarakat yang
diperuntukkan bagi para lansia. Dahulu, saat melihat para lansia, saya selalu
merasa usia tua adalah bagian dari hukum
alam. Usia tua adalah sesuatu yang alami. Saya tidak memiliki perasaan khusus.
Namun, kali ini
saya merasakan kesan yang dalam karena para lansia yang saya lihat ini mengalami
demensia. Mereka bahkan lupa pada diri mereka sendiri. Perilaku mereka pun
menyerupai anak kecil berusia tiga atau empat tahun. Melihat kondisi itu, saya
merasa sangat sedih.
Saat ditanya
tentang usia mereka, para lansia ini baru berusia 70-an tahun atau mendekati 80
tahun. Namun, penyakit demensia mereka sudah parah. Saya pun terkejut. Wah,
banyak dari mereka yang berusia
lebih muda daripada saya. Usia mereka tidak jauh berbeda dari saya, hanya lebih
tua sedikit dari saya.
Melihat para
Bodhisatwa lansia ini, saya sangat terkejut. Ternyata saya sekelompok usia
dengan mereka. Ada yang lebih muda dari saya, ada yang lebih tua. Orang-orang
seusia saya juga termasuk kelompok ini. Sejak hari itu, saya sadar bahwa saya
benar-benar sudah tua. Kemudian saya tiba di Yunlin. Di sana ada beberapa
relawan berusia 80-an tahun yang berbagi cerita di atas panggung. Mereka
bercerita dengan sangat baik.
“Bisa bertemu Master hari ini, saya sangat senang,” kata Luo Liu Cai-rui, Relawan daur ulang Tzu Chi.
Melihat para
relawan Tzu Chi, saya juga sangat gembira. Amitabha.
“Sekarang saya
berusia 87 tahun. Saya sudah melakukan daur ulang selama lebih dari 20 tahun. Saya
sangat gembira. Orang-orang menasihati saya untuk berhenti, tetapi saya tetap
ingin melakukannya sampai saya tak dapat lagi melakukannya. Master selalu
menolong orang. Saya selalu menyaksikan Da Ai TV. Master selalu mengajak untuk
menolong orang. Sekarang saya juga tidak melakukan apa-apa, hanya melakukan
daur ulang untuk membantu Master menolong orang. Saya bilang saya ingin terus
melakukannya sampai saya
tidak mampu lagi melakukannya. Saya lebih baik mati saat melakukan daur ulang daripada
mati karena sakit. Saya lebih rela begitu daripada mati karena sakit. Sakit
sangatlah menderita. Saya harus melakukan daur ulang. Saya gembira saat
melakukan daur ulang. Saya sangat menyayangi Master. Saya juga menyayangi Bumi.
Bumi menjadi lebih baik, juga bisa menolong orang. Saya juga sangat bersyukur
dan merasa gembira. Saya juga sangat menyayangi Master,” kata Luo Liu Cai-rui.
Pada siang hari,
mereka kembali masuk ke ruang tamu dan berkata kepada saya, "Master, kami
ingin mengatakan sesuatu, kami ingin berikrar untuk tidak mati di tempat tidur
karena sakit, melainkan melakukan daur ulang sampai mati."
Kata-kata ini
memberi semangat bagi saya. Benar, saya juga harus berikrar seperti itu. Saya
harus terus membabarkan Dharma karena kapan pun mungkin saja ada orang yang
berjodoh dengan saya. Saya tidak akan meninggalkan satu orang pun hingga embusan
napas terakhir. Saya berharap saya dapat melakukannya.
Bodhisatwa
sekalian, meski panjang pendeknya usia kehidupan kita tidak bisa kita
kendalikan sendiri, tetapi seberapa luas dan dalamnya kehidupan kita ditentukan
oleh diri kita sendiri. Seberapa jauh kita dapat memperluas kehidupan kita?
Kita melihat
para relawan Tzu Chi di Meksiko. Barang bantuan dari Taiwan sudah tiba di sana.
Selimut yang kita kirimkan sudah tiba dan telah melewati pemeriksaan bea cukai.
Staf kita, Bapak Shyong, mengatakan bahwa meski sudah elewati berbagai
pengalaman misi bantuan internasional, kali ini menangis di hadapan peti kemas.
Empat orang yang mengurus peti kemas, semuanya menangis. Mendengarnya, saya
juga terharu dan ingin menangis.
Ini semua
terwujud berkat jasa insan Tzu Chi, terutama para relawan daur ulang. Mereka
mengumpulkan botol dan kaleng bekas. Selimut yang kita salurkan ke daerah
bencana berasal dari daur ulang botol plastik Selimut ini sengaja dibuat lebih
tebal dan dikirimkan ke daerah bencana. Semua relawan terlibat dalam misi
bantuan internasional.
Kini, relawan
Tzu Chi dari belasan negara berkumpul di Meksiko dan mulai membagikan bantuan
pada 7 Desember. Seluruhnya ada enam titik pembagian bantuan. Wali kota
setempat pun sangat tesentuh.
Bodhisatwa
sekalian, kekuatan cinta kasih harus kita pupuk sedikit demi sedikit setiap
saat dalam kehidupan kita. Tiada yang tahu panjang pendeknya usia kita, tetapi
kita dapat memperluas kehidupan kita. Meski hanya berada di Taiwan, kita bisa
melihat bahwa semua yang insan Tzu Chi lakukan di dunia juga tak lepas dari
sumbangsih kecil kita.
Untuk
memperdalam kehidupan kita, kita harus lebih tekun dan bersemangat. Kita harus
mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Ajaran Buddha juga harus kita dengar dengan
tulus. Inilah cara memperdalam kehidupan kita. Kedalaman makna hidup dapat kita
capai jika kita mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Kita bukan hanya
menggunakan kesadaran pikiran dan pengetahuan, melainkan juga menggunakan
kebijaksanaan. Inilah yang terus saya bagikan kepada kalian.
Sebagai praktisi
Buddhis, kita harus menyelami dan memahami hati Buddha. Kita harus menghadapi
semua makhluk dengan hati Buddha. Jadi, kita harus menjadikan hati Buddha
sebagai hati sendiri dan tekad Guru sebagai tekad sendiri. Saya bertekad dan
berikrar untuk mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Setiap praktisi Buddhis harus
membangun ikrar ini.
Saya juga
memiliki ikrar ini. Jadi, kita memiliki ikrar dan tekad yang sama. Kita terus
mengajak banyak orang untuk menjadi Bodhisatwa. Inilah hati Buddha dan tekad
Guru yang harus kalian ingat.
Kami, murid Jing Si dari Tainan berikrar kepada Master: kami akan giat melatih
sila, samadhi, dan kebijaksanaan; menjaga tubuh, ucapan, dan pikiran; bekerja
sama dengan rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih; saling memperhatikan
dengan empat metode pendekatan; terjun ke tengah masyarakat serta menyucikan hati manusia dengan Enam Paramita. Kami pasti akan
selalu bersungguh hati. Mohon agar Master dapat merasa tenang.
Kegiatan daur ulang bermanfaat bagi penderita demensia
Membangun tekad dan ikrar di Jalan Bodhisatwa
Mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan untuk melenyapkan
kegelapan batin
Memperluas dan memperdalam makna kehidupan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Desember 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina